14-Bahagia

708 76 8
                                    

Kali ini kita coba pakai target, ya. 100 vote dan 50 Komen langsung update part selanjutnya.

So, happy reading! 💖

"Iya, ih! Bawel banget sih kamu."

"Kamu itu kalo gak dibawelin malah main sama cowok lain nantinya!"

Kurang lebih seperti itulah omelan yang Veyla dapatkan dari Jevan ketika ia tengah berkomunikasi via telfon seperti sekarang.

Tak seperti malam-malam biasanya ketika ia masih berada di Indonesia, kali ini Veyla dan Jevan sudah kembali berbaikan. Garis bawahi, berbaikan!

Semuanya berawal saat Veyla kembali mengecek ponselnya ketika telah berada di rumah Paman Jack. Saat itu ia menerima sebuah balasan dari Jevan yang tentu saja diawali dengan sebuah umpatan. Ya, walaupun sebuah umpatan Veyla tetap senang dengan hal itu.

Selanjutnya Veyla langsung menghubungi Jevan hingga telfonan itu berlaku hingga sekarang.

Veyla terus mengembangkan senyumnya malam ini. Tak ada lagi malam-malam panjang Veyla lalui dengan menyendiri. Tak ada lagi lamunan yang mengisi malam Veyla yang ada hanya tawa, tawa, dan tawa.

Tak peduli berapa jam telah ia habiskan dengan menempelkan ponselnya di telinga hingga memanas, intinya Veyla malam ini sangat bahagia bisa kembali seperti malam-malam sedia kala. Berbagi tawa, cerita, dan omelan dengan Jevan.

"Hmm.. sama cowok lain ya? Terus apa kabar kamu yang sama cewek disana?" Tanya Veyla tepat pada sasaran sehingga membuat Jevan terdiam sejenak.

Dalam hati Veyla tertawa puas. Sudah lama ia tak membuat Jevan tak enak begini. Jadi, sebelum berbincang santai seperti sekarang Veyla dan Jevan terlebih dahulu membicarakan masalah yang terjadi beberapa waktu lalu.

Veyla dan Jevan sama-sama mengeluarkan unek-unek yang ada di dalam hati mereka masing-masing hingga kemudian keduanya sama-sama mengucapkan minta maaf. Itulah pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan. Bisa dikatakan komunikasi adalah pondasi dalam sebuah hubungan. Jika pondasi itu runtuh, maka hubungan yang dibangun pun akan hancur.

Di seberang sana terdengar helaan nafas Jevan, "Kan udah aku jelasin siapa dia. Dia itu--"

"Iya percaya," potong Veyla cepat sambil terkekeh. "Kapan-kapan nanti kenalin aku sama dia, ya? Biar tau satu sama lain."

"Yakin mau kenalan?"

"Yakinlah, emang kenapa?"

"Entar kamu ngamuk kayak singa lagi pas ketemu sama dia."

Veyla mendengus. Bisa-bisanya suaminya ini menyamakan dirinya dengan singa, "Mana pernah aku gitu." Sahut Veyla dengan bibir sedikit mengerucut.

Jevan tertawa renyah, "Bercanda sweet. Sweety aku mana pernah kayak gitu. Sweety aku itu kalem banget."

Veyla yang mendengar ucapan dari Jevan yang terdengar seperti pujian itu tiba-tiba menyemburkan tawanya, "Halah, basi! Mana mempan aku digituin." Veyla tahu jika ucapan Jevan itu bertujuan agar Veyla tak ngambek dengan laki-laki itu. Karena Jevan selalu melakukan hal tersebut jika keadaannya sedang terancam.

"Selalu kayak gini, ya? Aku gak mau lagi ada kesalahpahaman diantara kita."

Veyla tersenyum simpul, "Sama, aku juga. Kita kayaknya harus sering-sering komunikasi kayak sekarang biar gak salah paham melulu."

Stay Where stories live. Discover now