24-Kesalahpahaman yang Tak Berujung

442 62 19
                                    

Veyla sekarang tengah menanti datangnya taksi online yang ia pesan beberapa menit lalu di depan pagar rumah Fika. Tadinya ia memang ingin ikut pulang bersama Caca dan Tama. Namun, karena ada sesuatu yang mendesak dialami oleh Caca, Veyla pun meminta Tama untuk mengantar sahabatnya tersebut saja.

Hari sudah mulai sore dan taksi online yang ia pesan belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan muncul ke hadapannya. Veyla menghela napas beratnya. Harus berapa lama ia menunggu di sini? Seorang diri lagi. Ingin meminta Jevan untuk mengantarkannya pulang, Veyla gengsi.

Masa iya saat ia masih berusaha mati-matian untuk tidak menjadi orang pemaaf ketika lelaki itu melakukan sebuah kesalahan besar yang membuatnya sakit hati, lalu hanya gara-gara hal ini ia menjadi seorang pengemis di depan Jevan yang padahal suaminya sendiri?

Baiklah, ini masalah perempuan dan gengsinya.

Disaat Veyla masih celingukan ke kanan dan ke kiri memastikan datangnya taksi online yang ia pesan, tiba-tiba suara seseorang dari arah belakang membuat wanita itu membalikkan badannya.

"Lo masih di sini aja, Vey?" Seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya Fika itu membuat Veyla memutar otaknya sebentar agar tak mengeluarkan jawaban yang salah.

"Iya, lagi nunggu taksi online. Bentar lagi mungkin datang," sahut Veyla seadanya.

Namun, Fika yang mendengar jawaban itu justru mengerutkan dahinya. "Nggak balik sama Jevan aja?" tanyanya disertai wajah bingung yang membuat Veyla terdiam untuk beberapa detik.

Jangan sampai Fika berbuat macam-macam!

"Ini udah sore loh, Vey. Lagian lo sama dia 'kan suami-istri. Masa pulang sendiri-sendiri? 'Kan aneh," sambung wanita yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya dengan Yadi.

Veyla diam seribu bahasa setelah mendengar ucapan Fika barusan. Menurutnya, semua akan semakin aneh jika mereka terlihat baik-baik saja di depan semua orang sedangkan keadaan yang sebenarnya tidak seperti itu.

Alih-alih menjawab ucapan sahabatnya tersebut, Veyla mengalihkan pandangannya kembali ke arah jalan sambil memanjangkan lehernya sambil berharap dalam hati agar taksi online yang ia pesan segera datang dan pulang ke rumahnya agar ia tak direcoki terus-menerus.

Namun, sepertinya Tuhan menghendaki pasangan suami-istri tersebut berbaikan. Beberapa detik setelah ucapan Fika tersebut, tiba-tiba Jevan keluar dari rumah Fika bersama Yadi dengan wajah seperti biasanya, datar.

Melihat hal tersebut, sontak Fika tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. "Jevan!" panggilnya yang membuat pria tersebut menolehkan kepalanya ke arah Fika dengan wajah sedikit bingung. Sedangkan Veyla hanya bisa memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya berharap agar sahabatnya tersebut tak akan melakukan sesuatu yang membuatnya harus bersama orang yang beberapa hari terakhir ia hindari kehadirannya.

"Lo kok tega banget sih sama istri. Masa Veyla lo biarin balik sendirian sama taksi online?" omel Fika yang langsung mendapat tatapan penuh peringatan dari Veyla. Namun, wanita tersebut menghiraukan hal itu. Ia tetap meluruskan pandangannya ke arah Jevan yang sekarang tengah berada tepat di samping motor ninjanya.

Yadi yang seakan paham akan perintah apa yang tersirat dari kalimat Fika barusan langsung menyenggol lengan sahabatnya tersebut lalu menunjuk Veyla menggunakan dagunya.

Jevan terdiam sejenak sambil memperhatikan Veyla yang masih setia berdiri di depan pagar rumah Fika. "Gue udah bilang tunggu. Dianya yang gak sabaran," sahut Jevan acuh tak acuh lalu memakai helm ke kepalanya sambil naik ke atas kuda besinya.

Wanita berambut panjang kecoklatan itu sontak membalikkan badannya guna memberikan tatapan tajam untuk suaminya tersebut. Ia benar-benar tak terima dengan pernyataan Jevan barusan. Kapan dia mengatakan pada Veyla jika ia harus menunggunya?

Stay Where stories live. Discover now