📍MCB||38

26.3K 1.2K 41
                                    


***

Di ruangan yang tak terpakai dan di penuhi banyak debu dan sarang laba-laba, seorang gadis terduduk lemas di kursi usang dengan kedua tangan di ikat di belakang tubuhnya. Kedua kelopak mata gadis tersebut mengerjap secara perlahan, yang pertama kali ia lihat adalah keadaan gelap dengan bantuan cahaya matahari yang remang-remang memasuki fentilasi jendela ruangan tersebut, sarang laba-laba di setiap sudut ruangan dan debu yang menebal di setiap benda-benda yang tak terpakai.

"G-gue dimana?" gumam Vania, kepalanya masih terasa pusing karena efek dari obat bius.

Vania mencoba menggerakan kedua tangannya tetapi ia sadar bahwa kedua tangannya itu diikat.

"Ar, tolongin aku," isak Vania, sungguh ia sangat takut berada di ruangan ini.

Vania terus meronta berusaha agar ikatan di tangannya terlepas tetapi nihil, ikatan itu sangat erat hingga menimbulkan jejak di tangan Vania. Ia kemudian melirik ke kanan dan kekiri mencari sesuatu agar bisa membantu membuka ikatan itu. Seketika ia melihat sebuah serpihan kaca yang tak jauh dari kakinya.

Vania mencoba meraih serpihan kaca itu dengan menggunakan kakinya yang tak terikat. Ia terus berusaha sampai di depan tubuhnya tetapi bagaimana caranya ia menggambil kaca tersebut sedangkan kedua tangannya terikat. Vania segera menjatuhkan tubuhnya yang masih terduduk di kursi hingga tubuhnya seketika terasa nyeri. Sedikit lagi serpihan kaca tersebut ia gapai, namun saat ingin mengambil kaca itu pintu tiba-tiba terbuka menampilkan dua orang pemuda yang menggunakan pakaian serba hitam.

"Nih cewek nyusahin mulu," decak salah satu pria tersebut lalu membantu Vania kembali duduk seperti semula, sedangkan Vania hanya pasrah karena rencananya gagal untuk menggambil pecahan kaca itu.

"Kalian siapa?" ucap Vania dengan suara lemas.

"Lo ngak perlu tau kita siapa, yang lo harus tau kalau lo itu akan mati ditangan bos kita," ucapan pria itu membuat tubuh Vania menegang.

"S-siapa bos kalian?" gagap Vania dengan sisa tenaga yang ia punya.

"Lo bakal tau sendiri."

Setelah mengatakan kalimat itu kedua pria tersebut keluar dari ruangan itu menyisakan Vania yang terisak dalam diam.

Tolongin aku Ar, aku takut sendiri di sini. batin Vania.

"Udah bangun princess," ujar seseorang yang sudah berdiri tak jauh dari Vania.

"L-lo s-siapa?" tanya Vania.

Cewek itu membuka penutup wajahnya dan terlihatlah wajahnya yang membuat Vania tertegun.

"A-Alena."

"Iya gue. Kaget lo," ucap Alena dengan senyum sinisnya.

"Kenapa lo lakuin ini sama gue Len, gue salah apa sama lo?" pekik Vania membuat senyum iblis Alena menggembang.

"Salah lo banyak Vania, lo yang udah buat gue di keluarin dari sekolah dan lo juga yang udah rebut Arga dari gue. Itu semua KARENA LO VANIA!!!" bentak Alena membuat Vania mengeluarkan cairan bening di kedua matanya.

Alena maju mendekati Vania kemudian tangannya menarik kuat rambut halus Vania membuat empunya meringis.

"LO ITU HARUS DIMUSNAHIN TAU NGAK," pekik Alena dan beralih mencengkram kedua pipi Vania dengan kuat.

Vania kembali mengeluarkan cairan bening yang sudah mengumpul di pelupuk matanya, ia kemudian menendang Alena dengan kedua kakinya yang bebas membuat Alena terhuyung ke belakang.

"Bangsat," umpat Alena menatap tajam Vania kemudian ia berdiri lalu mengambil balok kayu yang terletak di samping Vania.

"Berani juga lo," setelah mengatakan itu ia kemudian memukulkan balok kayu itu ke tengkuk Vania membuat empunya kembali hilang kesadaran.

My Cold Boyfriend (SELESAI||SUDAH TERBIT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt