Catatan 2 Alana dan Dua Dunia

13.2K 943 131
                                    

Maaf nih kalau judulnya gaje, nggak jelas. Maksud judul catatan kedua ini adalah antara Alana dan dua dunia yang berbeda gitu lho. Dunia apa yang beda, dunia anak gadis dan dunia ibu rumah tangga, Anak-anak. Sudah jelas kan maksud saya, iyes bagus pintar! Dunia yang kujalani sekarang benar-benar berbeda. Dunia Alana waktu masih jadi porselen bunda sangat beda dengan saat jadi istrinya Babang Drupada.

Perbedaan pertama, saat di pagi hari. Dulu saat bangun pagi yang kulihat cuma bekas iler di guling. Setelah nikah, kulihat bekas iler di pelukan pak tentara ganteng yang mirip karya seni itu. Ngilernya mah teteup yak! Artinya, sekarang aku nggak bobok sendirian. Udah ada guling dan selimut superhot yang siap menghangat malam-malamku, ahihihi.

Perbedaan kedua, masih di pagi hari. Biasanya bangun tidur kuterus makan, sekarang bangun tidur kuterus bingung. Bahkan semenjak sebelum tidur malah aku udah bingung menentukan mau masak apa. Saban hari sejak tidur di sini, Mas Dru banyak makan masakan kiriman bunda. Masakanku paling cuma telur ceplok yang overcook alias gosong. Atau mungkin telur ceplok yang tak pernah matang alias mentah. Iyelah gas elpijinya habis dan aku nggak nyadar, plak!

Perbedaan ketiga, kemalasanku tak lagi legal, udah harom. Kalau aku malas bersih-bersih, rumah tak lagi rapi dan nyaman. Kalau aku malas masak, Mas Dru pergi dinas dengan kelaparan. Udah pasti para anggota di kantornya yang jadi santapan. Puyeng ngadepin istri di rumah bisanya cuma ngambil tenaga doang nggak kasih energi, ups. Ala bisa karena terpaksa, sekarang aku bisa masak telor ceplok mateng sambal kecap, wkwk.

Perbedaan keempat, masalah fasilitas. Alana sekarang udah harom pakai fasilitas negara yang dipunyai ayah. Biasanya kemana-mana dianter Om Paupau pakai mobil dinas atau mobil ayah, sekarang harus gerak sendiri. Malah aku yang kadang jadi supir mobilnya Bu Ivana. Serius ya Ibu cantik satu itu, sensinya nggak abis-abis sama aku. Untung aku ingat selalu pesan bunda di malam sebelum pernikahanku.

Alana, mulai esok, kamu bukanlah anak seorang perwira tinggi. Kamu adalah istri seorang perwira pertama. Kamu tak lagi bisa seenaknya, harus berusaha sendiri. Hormati aturan di manapun kamu berada. Jaga nama baik suami. Perubahan ini pasti berat, tapi Alana harus berusaha. Jangan menyerah ya untuk berbakti pada suami.”

Ah, kata-kata bunda bikin aku menitikkan air mata. Alih-alih menikmati makanan sedap di acara ini, aku malah mikirin suami tercinta. Anda benar, aku masih di acara Table Manner apalah itu. Kasihan sekali Babang Dru harus kutinggal-tinggal. Perasaan di dunia tentara, suami deh yang suka ninggal-ninggal, lha ini? Malah aku yang sering eksis pergi sendiri, hwaaa. Sedang apa ya dia?

Akhirnya aku pulang ke rumah dengan letih dan mendapati suami sedang pulas. “Mas sedang tidur, ya? Udah makan belom, ya?” gumamku lembut sambil mengelus kepalanya.

Pukul 8 malam, aku baru sampai di rumah. Perasaan letihku berganti sedih karena mendapati Mas Dru merem di depan TV yang menyala. Di meja depannya tersaji kotak makan berisi singkong goreng keju yang masih utuh tapi sudah dingin. Sepertinya dia menyiapkan itu untukku, mungkin dia kira aku akan pulang dengan kelaparan. Aduh peluk Mas Dru ah, melas banget sih.

“Sayang udah pulang?” tanyanya sambil berusaha melek.

“Udah mandi? Kapan datangnya? Kok nggak bangunin Mas,” berondong Mas Dru dengan suara serak baru bangun tidur.

“Maafin Alana, Mas,” ucapku sambil mengecup bibirnya. Kesempatan aja lu Lana, asal nganggur aja itu bibir langsung sikat.

Mas Dru menyela ciuman ini, “kenapa Sayang? Kamu ada masalah lagi?”

“Enggak,” aku menggeleng pelan, “maaf karena udah ninggal Mas Dru kegiatan. Nggak tahu kenapa bu Komandan suka banget nyuruh-nyuruh Alana.”

It’s okay, Sayang. Nggak usah dipikirkan. Istri tentara itu emang nggak kalah sibuk sama suaminya. Alana harus mulai membiasakan diri,” ujarnya teduh.

“Alana merasa bersalah sama Mas.” Aku menutup mukaku dengan kedua tangan.

Mas Dru membuka tanganku, “jangan gitu dong. Mas pengen lihat wajahmu. Kangen.”

Catatan Dodol Mamah Muda (Serial Alana dan Drupada)/OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang