Catatan 14 Perang Dingin

6.1K 407 68
                                    

Ini saya unggah lagi karena ada beberapa pembaca yang ga bisa baca secara utuh. Jadi buat yg udh baca, nggak usah dibaca lagi ya 😌.

=======================================


Drupada Sadika Djati POV

Malam ini dingin. Hujan mengguyur sejak siang, bahkan mendungnya sudah menggantung semenjak istriku berangkat kegiatan pagi tadi. Sama seperti hatiku yang dingin karena ini pertama kalinya tidur sendiri semenjak menikahi Alana, kecuali urusan dinas. Malam tadi dia tak pulang dan terjebak di desa yang jauh. Seribu perasaan tak enak membuncah dalam hatiku, tapi tak bisa kuluapkan pada siapapun.

Aku cemas dan khawatir pada Alana. Apa dia baik-baik saja sekarang? Apalagi dia sering sakit akhir-akhir ini. Ponselnya sangat susah dihubungi. Alasannya jelas, kendala signal. Daerah yang didatangi Alana adalah daerah miskin signal, bahkan untuk telepon biasa pun sulit. Rasanya aku ingin menyusul Lana sekarang juga. Namun, sia-sia saja. Alana dan lainnya tak bisa pulang karena kendala jembatan.

Bukan cuma itu yang membuatku cemas, tapi juga seseorang yang sedang kuamati akhir-akhir ini. Ya, ia adalah Daniel, dokter militer itu. Parahnya, Lana terjebak di sana bersama dengan Daniel. Sebenarnya bukan cuma Daniel, dengan banyak orang, tapi keberadaan Daniel di sekitar Alana yang mencemaskanku. Gosip santer di asrama, dia adalah penggemar istriku.

Hah, siapa juga yang tak suka pada Alana? Dia cantik, lucu, ceria, dan selalu bersemangat. Meski berkali-kali ditekan bu Ivana, dia tetap tahan banting. Sedikit aneh karena anak itu tergolong manja dan kekanakan. Namun, Alana bisa menyesuaikan diri dengan baik di dunia ini. Membuatku jatuh cinta berulangkali pada sosoknya.

Ketertinggalan Alana dan lainnya di desa itu tentu saja menghebohkan asrama. Terutama keluarga yang anggota dan istrinya ketinggalan di sana. Berulangkali Pak Hakim menghubungiku, dia bertanya apakah Alana sudah bisa dihubungi atau tidak. Tentu saja nihil. Komandan langsung bergerak cepat membentuk tim penyelamat. Lucu ya, niat membantu masyarakat dalam kegiatan baksos malah diselamatkan macam ada bencana.

Lucu tapi aku tak bisa tertawa. Aku tegang semalaman memikirkan mereka, terutama Alana. Semoga dia baik saja, tidak terlalu terbawa khawatir. Meskipun, jujur aku cemburu karena Daniel pasti gencar mendekatinya. Dasar bujang lapuk, beraninya dia mengganggu istriku. Cuma aku menahan emosi dan cemburu ini saja. Aku takut ditertawakan sebab cemburuku sangat buruk.

Daniel, kenapa pula orang itu? Bukannya dia telah bertunangan dengan Gita, mantan tunanganku? Lantas kenapa masih mendekati Alana? Apa dia memikirkan Gita? Apa dia tidak tahu jika Alana kenal Gita? Kalau Gita tahu tunangannya kembali ‘direbut’ perhatiannya oleh Alana, apa yang akan terjadi? Sepertinya akan buruk dan aku nggak mau istriku terlibat. Cukup sudah masalah antara aku, Alana, dan Gita dulu.

Memang dia tak bisa mencintai Gita? Memangnya Gita kurang apa? Walau dia agresif dan memalukan, tapi Gita tak buruk-buruk amat. Setidaknya dia tak memalukan dibawa kondangan. Lalu kenapa masih naksir istriku? Apa sebegitu cantiknya Alana di mata Daniel? Pandangan matanya sangat beda saat melihat Alana. Andai saja tak kutahan emosi ini, sudah kutonjok Daniel sejak dulu.

Dek, kamu mau ikut atau nggak? Tim penyelamat sudah berhasil memperbaiki jembatan, bisa dilalui sepeda motor atau berjalan kaki,” tulis Komandan di pesan yang sampai ke ponselku.

Siap Komandan!” Aku lantas berlari menyambar kunci mobil. Akhirnya, kabar baik datang juga setelah semalaman aku tak tidur.

Aku menaiki mobil dengan kecepatan sedang karena ini masih di lingkungan asrama. Kendati aku sudah ingin melesat cepat menuju desa itu. Aku ingin melihat dan menjemput Alana. Memastikan dia tak kenapa-napa. Memastikan juga kalau Daniel tak mendekati istriku barang satu senti saja. Ayo cepat, sudah tak sabar aku!

Catatan Dodol Mamah Muda (Serial Alana dan Drupada)/OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang