Catatan 12 Kesalahan Terindah

7.6K 796 58
                                    

Berulangkali kutonjok hati sendiri sembari berjalan pulang dari kegiatan sore ini. Berusaha meyakinkan diri dengan kejadian barusan di RST. Tempat penuh kenangan itu tak hanya menyisakan ingatan suram dengan Mas Dru dulu, tapi juga dengan orang misterius yang ternyata dokter Daniel! Semua anggapan dan dugaanku benar, orang yang sering mengirim benda-benda aneh via babang Gojek itu adalah dokter Daniel. Apah, lelaki yang notabene nggak jomblo lagi itu? Yes, sureeee!

Jadi dia melakukan semua itu semata-mata karena apa? Tertarik? Suka? Cinta? Hiiiiiiii, nggak mau! Atau mungkin hanya obsesi semata, kayak Dika! Ahhh, takut ya Tuhan. Nggak mau kejadian serem itu terulang lagi. Traumaku yang lalu saja masih ada, masa iya mau ditambah lagi? Aku menyerah kali ini. Sekarang tuh aku kayak terjebak dalam kesalahan terburuk sepanjang masa. Pengen gulung-gulung di tanah basah deh, gatel semua badan gue.

Lapor ke Mas Dru? Nggak mungkin! Aku nggak mau bikin semua ini makin kacau. Makin runyam kalau dia sampai ngamuk. Bisa tertohok lagi wajahku di asrama ini. Aku kan pengen hidup tenang. Dengan berat hati, kuputuskan untuk diam dan tidak membocorkan ini ke siapapun. Bahkan, ke teman terdekatku Ara. Padahal sedari tadi dia sudah cemas karena berulangkali aku memegang tangannya dengan berwajah kacau. Dia kira aku abis lihat hantu. Inimah lebih serem dari setan, Ara.

Eh, kok pintu rumahku buka sedikit sih? Jangan bilang kalau Daniel diam-diam masuk rumahku!” batinku kacau sambil mengendap mengintip ke dalam rumah.

Kupandangi suasana rumah yang lengang, “aduh kok sepi. Siapa dong yang di dalam?”

Seketika seluruh badanku ketakutan. Bulu kudukku baris siap-siap kabur duluan. Tangan dan bibirku gemetaran, dingin plus ketakutan. Tanpa sadar kuremas payung yang akan jadi senjata untuk memukuli seseorang yang membobol rumahku. Siapapun dia, kurang asam betul itu manusia. Beraninya masuk ke rumah tentara, di asrama pulak!

Blak!” aku membanting pintu dan mendapati lantai rumah berserakan kelopak mawar merah. Harumnya semerbak tapi bikin aku pengen nangis. Aku takut Cuy. Apa si Daniel ingin memberiku kejutan kayak di tipi-tipi, hiiiii nggak mau!

“Apa aku bakalan dikejutkan dengan lautan bunga romantis lalu dirayu dan diapa-apain. Hiiii lindungi Alana, ya Tuhan!” batin dan pikiranku sudah kemana-mana.

“Siapa di dalam? Siapa!” teriakku dengan suara bergetar.

Tetiba dari arah belakang ada yang memelukku, bahkan dia mengangkat tubuhku ke udara, “aaaarrrggggg lepasin! Kamu siapa! Lepasin!” rontaku sambil berteriak ketakutan.

“Sssstt!” orang itu membungkam mulutku.

Kontan kugigit tangan itu dan, “aaauuuwww!”

“Hah suara itu!” batinku mulai encer. Aku membalik badan dan mendapati suamiku mendesis kesakitan.

“Mas Drupada!” panggilku sambil membuang payung. Aku menghambur ke arahnya.

“Sayangku, iya Mas Drupada ini! Kok digigit tanganku?” Mas Dru mengusap tangannya sambil menatapku lekat.

“Mas … ,” tangisku pecah sambil melihatnya. Ketakutanku tak ada berganti dengan kesedihan luar biasa.

“Sayang, kamu kenapa? Kamu kaget, ya?” Mas Dru memegang kedua lenganku erat. Aku hanya menunduk sambil mewek, sumprit jelek banget pasti wajahku. Udah lecek kumel kayak kain pel.

“Ya ampun maaf Sayang kalau ngagetin,” Mas Dru lantas memelukku erat. Aku menangis tersedu di pelukannya. Kagetnya cuma 10%, takutnya 30%, yang 60% adalah gusar karena menyimpan rahasia besar.

“Alana takut dan kaget tauk Mas. Takut kalau rumah ini tadi dibobol orang,” kataku lirih sambil menangis di pelukannya.

Mas Dru mengelus rambutku, “asrama ini aman, Sayang. Tenang saja. Lagian yang punya kunci rumah ini kan cuma aku dan kamu.”

Catatan Dodol Mamah Muda (Serial Alana dan Drupada)/OngoingWhere stories live. Discover now