Catatan 11 (Masih) Terjebak dalam Kesalahan

4.8K 543 82
                                    

Kejadian laknat tadi masih terbawa hingga pulang ke rumah. Aku masih ingat jelas runtut kejadian memalukan di mall itu tadi. Kayaknya aku nggak bakalan ke mall itu lagi deh, udah di-banned wajahku ini. Semua karena gara-gara si dokter halu belagu itu. Demi apaan sih kami ketemu di mall itu? Dia buntutin aku apa gimana sih!

Kejadian ini tak kuceritakan kepada Mas Dru. Alasannya ada dua. Satu, takut kalau dia murka dan langsung balik ke Malang. Biar dia konsen sama penatarannya yang tinggal beberapa hari ini. Dua, mengingatnya saja sudah membuatku malas, apalagi sampai menceritakannya pada orang lain. Yang tahu cuma Mas Dyo, dia, dan Tuhan. Suaminya Ara yang ajaib itu saja sudah kuultimatum untuk tidak bocor kemana-mana.

Masih nggak habis pikir sama tindakan Daniel yang sembrono. Apa sih maksudnya melakukan semua kekonyolan ini? Cari masalah? Cari muka? Atau emang beneran suka sama aku? Hiii, Mas Dru udah cukup buatku. Satu aja nggak abis-abis kok. Lagian dia itu nggak puas ya sama Gita, masih aja noleh cewek lain. Aku kan bukan cewek lajang lagi, udah bersuami hoey! Dasar pebinor!

"Bikin kesel aja, mana lapar lagi. Makanan yang tadi kubuang gitu aja," sesalku sambil mengingat rice box Hokben yang ngendon manis di tempat sampah mall. Dodolnya aku!

"Diirrttt!" ponselku bergetar hebat dan menampakkan nama Mas Dru di sana. Alamak, suami tercintrong menelepon di saat suasana hatiku butek. Mau cerita takut, nggak cerita kalut. Aduh bingung berat akutuh.

"Halo, Assalamualaikum Mas?" sapaku lembut. Semoga aku nggak nyeplos, semoga mulutku bisa kerja sama.

"Walaikumsalam, Sayangku lagi apa?" tanyanya manis. Aduh nggak kuku denger suaranya.

"Memikirkan Mas," jawabku asal. Dia langsung terbahak renyah.

"Kangen ya? Udah balik dari mall? Kirim foto dulu dong wajah abis perawatannya," cerocosnya pelan. Perawatan apa, yang ada wajahku kayak abis kena tornado level 5.

"Ya sama aja Mas," tolakku halus.

"Kirim aja Sayang, aku kangen berat," aduh makin nggak kuat denger suaranya. Rasanya pengen nemplok terus ngadu semua. Mamas, Alana takut di asrama sini.

"Iya iya, mendingan v-call," pintaku yang membuat nada suaranya sedih.

"Signal buat video call nggak begitu bagus, Sayang. Kalau telepon biasa lancar. Gimana dong!" hem, pantesan dia jarang video call, ternyata masalah signal. Kirain dia bosen gitu sampai-sampai malas lihat wajahku. Nggak mungkinlah Lana!

"Hem, ya udah balik lagi aja ke zaman dulu. Telponan doang!" godaku yang membuatnya melenguh. Suara seksimu Mas, kangen lenguhanmu aku, waktu kupukuli hoey! Omes Kalian!

"Besok jam berapa riasnya?" Ya ampun, besok aku harus bangun pagi ya?

"Jam tiga, Mas," jawabku lesu. Dia ngakak.

"Semangat ya Sayang. Nanti aku pesan ke fotografer staf 1 buat fotoin kamu banyak-banyak. Candid aja biar aslinya kelihatan. Kalau kamu foto sendiri posenya aneh-aneh, yang kepalanya miringlah, yang bibirnya manyunlah. Bikin gemes," cerocosnya ceriwis. Ini suamiku kena virusnya bunda deh, ceriwis banget sekarang.

"Mas Dru sekarang jahil ya? Minta diapain nih kalau pulang?" lha kok malah aku sekarang yang gemes sih.

"Nggak minta apa-apa," idih bohonglah, "Alana minta dibawain apa dari Bogor? Ibu bawakan sekardus makanan buat Lana nih."

"Mas Dru aja udah cukup kok. Pulang dengan utuh dan selamat, Alana kangen," terbesit kerinduan yang mendalam di suaraku. Kerinduan sekaligus ingin meminta kekuatan. Aku lemes bahkan untuk keluar rumah. Takut kalau kejadian laknat itu bocor ke asrama.

Catatan Dodol Mamah Muda (Serial Alana dan Drupada)/OngoingWhere stories live. Discover now