Catatan 5 Kekacauan Saban Hari

8.6K 812 91
                                    

Penyiksaan terhadap manusia bernama Alana Savannah Wibawa belum selesai sampai di situ, Teman-teman. Masih ada penyiksaan lain yang menunggu Alana hingga esok pagi. Seperti malam ini setelah Isya, aku harus menentang hujan deras untuk datang ke aula. Tentu saja bergelut dengan buah dan keranjang serta beberapa lap dan plastik wrap. Bim salabim jadi apa brok-brok-brok! Masih aja konyol saat hidupku kacau, ya itulah aku.

Buat apa saat masih bertengkar dengan Mas Dru, aku harus sibuk mengurus dunianya. Buat cinta kalik yes, gini-gini aku masih cinta kok. Hingga aku rela mengerjakan tugas aneh ini, mengelap buah satu persatu. Buah kelengkeng dilap buahnya satu-satu, nggak boleh perotol. Buah manggis juga dilap satu-satu sampai mengkilap. Buah salak dilap demi menghilangkan duri kasarnya. Lalu buah-buah itu ditata di piring dan diplastik wrap. Sungguh sebuah pekerjaan yang sangat ‘penting’.

Ngapain coba aku menurut pada suruhan Bu Ivana untuk membersihkan buah-buahan itu? Demi apa cobak! Bukannya buah itu bakalan dimakan? Kenapa pula harus dibersihkan ditata satu-satu supaya cantik. Ngabisin waktu aja, mendingan aku tidur di rumah. Mupuk energi buat besok. Sebab besok adalah hari H, HUT satuan yang merenggut banyak kebahagiaanku, hiks. Dan aku adalah seksi sibuk, sibuuuk sekali.

Kamu bertugas sampai malam!”

Okay baiqlah, aku mengingat itu Ibu! Ingat sampai kapanpun kalau tugas aneh ini buat hukumanku. Tapi gara-gara insiden tadi siang, urusan bebungaan dialihkan ke Ara alias Nyonya Dyo. Halah kenapa nggak dari awal aja sih! Kenapa harus nunggu aku dan Om Paupau apes dulu baru dialihkan ke yang lain? Tapi, tunggu dulu Pemirsa, Alana tetap terlibat dong ngurusin kalung bunga buat bapak dan ibu Danbrig. Oh God why?

Pertama, aku harus pastikan kalung bunga itu ada di aula jam 10 pagi. Entah sekarang dimana itu kalung bunga yang dimaksud. Lama-lama kuganti juga deh pakai kalung emas, sumpek gue. Kedua, aku juga bakalan ngalungin bunga itu ke ibu Danbrig. Ya ampun cuinta sekale sih bu Ivana ke aku. Sampai semua kok aku ya? Ingin rasanya aku mengunyah kerikil, krauk-krauk!

“Dek, ngelapnya yang bersih lho! Jangan ngelamun!” tegur Bu Ivana yang membuatku sadar dari lamunan.

“Siap Ibu,” jawabku lesu sambil mengedarkan pandangan ke arah lapangan depan aula. Radar cinta berfungsilah, aku butuh melihat wajah ganteng Mas Dru, ye walau kami lagi berantem.

"Udah dibilang manggil 'Mbak' aja kok masih Iba-ibu," omel Bu Ivana sambil berlalu. Idih Ibuuu suka-suka Alana kenapa ih. Bentar ya, Alana cari Babang Dru lagi.

Tuing-tuing, ketemu! Suami tercinta yang lagi ngambek lagi ada di depan panggung sambil mengecek kesiapan acara esok. Sesekali dia berbicara dengan HT dan HP. Wajah kalemnya kelihatan serius sekali. Ada gurat lelah dan seperti menahan kesal kadang. Ah, aku merindukan Mas Dru. Sekalipun dia sedang memarahiku, tapi aku memang salah. Kadung bucin sih. Abis gimana dong, semarahnya dia masih ingat jadwal makanku. Betewe nasi padangnya belum sempat aku makan tadi. Keburu dipanggil bu Ivana, hiks.

“Izin Ibu, saya boleh izin pulang? Anak saya sudah rewel. Mana badannya agak panas,” keluh salah satu ibu yang membuatku menoleh.

Seketika kami berpandangan bersama. Benar saja ini sudah pukul 12 malam dan kami masih asyik sibuk di aula. Demi apaan 8 jam kami kongkow di aula sampe tengah malam! Beneran nggak nyadar. Ada yang sedang membuat kerajinan tangan dari toples. Ada yang masih membungkus buah dengan plastik. Ada yang masih membersihkan piring dan gelas. Betapa sibuknya kami hingga tak sadar dengan waktu.

“Oke, pengurus Persit tinggal sebentar, ya? Yang lain boleh duluan.” Bu Ivana akhirnya memberikan kebijakan, tapi tidak berlaku untukku, hiks.

“Ingat ya Ibu-ibu yang bertugas, besok datang ke sini lagi jam 6 pagi! Terima kasih Ibu-ibu,” pungkas Bu Ivana sambil melambai disko, entah apa maksudnya.

“Siap Ibu … ,” jawab para ibu bersemangat. Mereka kan boleh pulang, hiks.

“Ya udahlah ngelap buah lagi,” gumamku sambil menatap kulit manggis yang sudah mengkilap. Nggak tahu berapa lama aku menggosoknya. Keasyikan melamun sih. 8 jam ngelap buah nggak selesai-selesai itu karena buahnya banyak dan aku banyak nglamun, hiks.

Catatan Dodol Mamah Muda (Serial Alana dan Drupada)/OngoingWhere stories live. Discover now