Catatan 17 Kejujuran Terpahit

8.5K 1K 437
                                    

Cuaca kota Malang sedang tak bersahabat. Di luar hujan deras mengguyur dan menyisakan hawa dingin. Namun, di sebuah ruangan bernuansa hijau muda suasana justru sebaliknya. Seorang tentara gagah memandang tajam pada tentara yang lain. Wajah gantengnya yang biasanya sabar tak ada lagi. Kini berganti amarah yang panas seperti api. Kesabarannya mulai menipis pada tentara di hadapannya itu.

“Jujur saja Dok, sebenarnya gimana pandanganmu pada istri saya?” tuding tentara yang habis kesabaran bernama Drupada Sadika Djati.

Tentara satunya bernama Daniel itu hanya bisa menunduk tanpa bisa berkata. “Izin Bang. Saya mengagumi Abang dan keluarga.”

“Hah, jangan bohong kamu!” Dru terperangah heran. Dia mengunci ruangan itu hanya khusus untuknya dan Daniel. ‘Interogasi’ kecil-kecilan dibuat Dru demi membuka tabir yang gelap.

“Izin, mana berani saya macam-macam Bang,” tukas Daniel sungkan.

Dru mendekatkan wajahnya pada Daniel, “kamu dokter, kan? Kalau saya pukul bisa ngobati luka sendiri gak?”

Daniel mendongak keheranan, “Izin, kenapa harus memojokkan saya Bang?”

“Perhatianmu pada keluarga, terutama istri saya, sangat aneh Dokter Daniel. Anda sangat detail memperhatikan Alana. Kita lelaki normal, bukan? Saya tahu kemana arah mata Anda!” Dru setengah berteriak dan membuat kaget para anggotanya yang menguping dari luar ruangan. Mereka tak menyangka si kalem bisa keluar tanduknya juga.

“Izin Bang, saya tidak berani,” bela Daniel dengan wajah datar.

Dru mengacak rambut tipisnya frustasi, dia berkacak pinggang sambil mengumpat kecil. “Perlu saya kasih pertanyaan jujur, Dok?” tanya Dru tegas.

“Siap, apapun itu asal bisa membuktikan kalau saya tidak bersalah.” Daniel menjawabnya dengan tegas.

“Oke!” Dru menghela napasnya kencang, “Alana sering menerima hadiah misterius selama saya di Bogor, apa itu Anda?”

Daniel terperangah, “buk – bukan Bang, siap izin mana berani saya Bang.”

“Oke, itu masih dugaan dari para anggota saya yang curiga dengan tingkah Anda. Mungkin mereka bisa salah dalam penelusuran. Sekarang jawab saya tentang ini!”

Dru mengeluarkan ponselnya, ada sebuah video yang siap diputar. “Izin Bang apa ini?”

Alana Sayang tunggu.”

“Apah … ?”

“Alana, jangan marah dong. Ayo makan dulu, nanti kamu tambah sakit.”

“Lho Dan, ini siapa?”

“ … ini tunanganku. Dia lagi marah. Sorry ya Met, tolong jangan ganggu aku lagi. Aku nggak mau berantem sama tunanganku kayak gini.”

Daniel hanya terdiam melongo hingga Dru menggebrak meja emosi. “Brak!”

“Jawab!” bentak Dru keras. Dia bukan tentara yang sabar-sabar amat. Apalagi ada yang mengusik istrinya.

“Siap … mohon izin Bang, ini bisa saja editan,” jawab Daniel kikuk.

“Editan katamu! Baru tahu saya ada dokter suka ngeles. Mana mungkin letting saya seniat ini ngedit video demi menghancurkan pernikahan saya,” jelas Dru tajam. Mata sendunya berubah setajam samurai.

“Izin Bang … ,” tukas Daniel yang tetiba dipotong Dru.

Stop! Jangan bicara apapun lagi, Dok! Nanti sore datang ke tempat yang saya suruh. Kalau kalian dipertemukan, nggak akan ada lagi kebohongan!” tutup Dru sambil menunjuk pintu. Daniel gelagapan hingga Dru mencengkram kerahnya penuh emosi.

Catatan Dodol Mamah Muda (Serial Alana dan Drupada)/OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang