Catatan 3 Dunia Alana = Dunia Sibuk

10.1K 831 74
                                    

Dunia Alana adalah dunia yang sibuk. Itu bener banget pakai iya sekali. Sekarang Alana telah menjelma dari manusia kurang kerjaan menjadi manusia sibuk sendiri. Selain sibuk mengurus Mas Dru dan dalamannya, aku juga mengurus Persit dan skripshit. Uh, ngurusin mas Dru sih enak, disambi merem melek juga hayuk. Tapi ngurusin Persit dan skripshit ini yang bikin aku cepet tuwir.

Bayangin di usia semuda ini, 21 tahun, aku didapuk menjadi ketua seksi sosial yang mengurus bejibun urusan. Mulai dari bayinya orang lain sampai kesehatan manusia lain, ya pokoknya gitu deh. Urusan kesehatan ibu hamil dan anak bayi masuk dalam lingkup posyandu, yang tentu saja jadi urusan seksi sosial. Sebelumnya posisiku ditempati oleh Ibu Evalia, tapi beliau udah pindah tepat setelah aku masuk ke sini. Sungguh pas sekali, apesku.

Okay, mari yuk kita bahas kesibukanku satu persatu, diharap tidak pusing, ya? Pertama, aku harus membaca setumpuk laporan seksi sosial yang dikerjakan ibu-ibu. Dan aku menangis guling-guling. Bukannya nggak bisa baca, tapi karena aku nggak ngerti apaan maksudnya. Mau nanya bunda, udah diultimatum untuk tidak mengganggunya selama sebulan. Bunda super sibuk penataran mendampingi ayah hingga membuangku gitu aja, hiks.

Akhirnya, dengan berat hati aku bertanya pada si pendiam, Mbak Maria, dan aku dikacangin Gaes. Akhirnya dengan berat mata, aku googling saja. Kenapa kamu nggak nanya bu Ivana saja, Alana? Pasti kalian nanya gitu, kan? Alasannya simpel, daripada aku cari mampus mendingan aku nggak nanya. Serius ya, bu Ivana itu super perfeksionis dan rewel abis kayak kucing birahi. Nglihat mukaku aja, kayak ngelihat samsak yang harus ditinju, huks.

Kedua, aku juga sibuk mengurus skripshit um skripsi yang mencekik. Hari ini aku harus konsul ke bu Franda demi kelangsungan nasib masa depanku. Setor muka dulu aja, masalah bener atau salah urusan belakang yekan. Kemarin kan aku udah susah payah revisi di perpus. Semalam juga udah dibaca sama Mas Dru tercinta. Beliau bilang oke sip langsung minta 'bayaran'. Okelah wkwk, w ketawa w ketawa.

Ketiga, di pagi yang sebuta ini saat baru saja melek, aku dapat tembusan dari ibu ketua yang cantik dan sekseh badai, ibu Ivana, untuk menjadi salah satu panitia HUT satuan. Ini serius nggak ada orang lain apa? Urusan sosial yang bejibun, Alana. Urusan posyandu, Alana. Dan sekarang HUT satuan, Alana juga! Mungkinkah ada Alana lain di asrama ini? Tidaaak!

“Mas, harus jawab apa dong?” aku menggelendot manja pada Mas Dru yang masih segar habis mandi. Tubuhnya hanya terbalut handuk hijau tua.

“Ya kalau bisa jawab ‘siap’ aja, Sayang,” jawabnya cuek sambil mengambil kaos oblong doreng.

“Alana bimbang jawab ‘siap’, Lana sibuk. Jawab ‘izin mohon maaf saya tidak bisa’, apa nggak langsung disantap nih, Mas?” keluhku sambil terus menarik handuk itu tadi. Senangnya jadi handuk itu.

“Tarik aja terus biar melorot ini handuknya,” gumamnya yang jelas menyindirku.

Aku menunduk malu, “ups … .”

“Nggak usah khawatir Sayang, kalau memang nggak bisa ya nggak usah maksa. Mas kan sering bilang ke kamu, nggak semua harus diiyakan.” Mas Dru duduk di sebelahku sambil mesem.

“Mas juga sibuk?” tanyaku pelan. Dia mengangguk yakin.

“Nggak usah ditanya, jelas dong. Mas aja jadi ketua panitianya!” jawabnya spontan.

“Ya udah Alana jawab iya deh. Ada Mas Dru, kan?” aku tersipu malu-malu kucing garong.

“Kamu nggak usah modus, ya? Mas sibuk!” Mas Dru berpura-pura judes.

“Ih, Mas Dru … Mas pasti bantuin Alana, kan?” Sumpah Alana kamu jijikin.

“Mas kerja Sayang, nggak mainan!” jawabnya cuek sambil melempar handuk ke mukaku yang nggak tahu malu.

Catatan Dodol Mamah Muda (Serial Alana dan Drupada)/OngoingWhere stories live. Discover now