22; Pertempuran

290 38 0
                                    

Normal POV

Mori Ougai yang merupakan pemimpin Port Mafia dengan tenang menuliskan sebuah surat yang ditujukan untuk Guild. Dan tentu saja surat itu tiba di tempat yang di tuju, ada dua anggota Guild yang bertugas menjaga kapal milik Guild, mereka adalah Margaret dan Nathaniel. Saat mereka berdua berdebat, salah satu anak buah mereka memberika sepucuk surat dengan gemetar.

"Ada surat, u-untuk Guild."

Nathaniel menerima surat itu dan membacanya dengan seksama, Margaret hanya mendengarkan saja.

"Salam, senang bisa berjumpa lagi dengan Anda. Mohon maaf atas kelancangannya, saya ingin menyampaikan sesuatu kepada pompinan Guild. Terdapat asset Guild yang ingin kami lenyapkan," Nathaniel membaca kertas yang satunya dengan sedikit terkejut.

"Pertama, kapal pesiar, Zelda. Kedua, nyawa Nathaniel, dan ketiga, nyawa nona Margaret. Sekian, dengan hormat, bos Port Mafia, Mori Ougai."

"Melenyapkan kapal dan kita semua? Itu tidak mungkin," seru Margaret.

Nathaniel langsung berbalik kehadapan semua anak buahnya dan bertanya mengenai waktu yang diperlukan untuk mengangkut semua barang. Nathaniel langsung menyuruh mereka untuk menyelsaikan semuanya dalam 30 menit. Tiba-tiba saja ada salah satu anak buahnya yang berkata bahwa dia menemukan mayat mengapung di dekat kapal.

Dan ternyata itu adalah Motojirou Kajii, anggota port mafia, ilmuan gila, dan terkenal dengan bom lemonnya. Nathaniel dan Motojirou saling berdebat sampai akhirnya Motojirou melangsungkan niat aslinya setelah Nathaniel melemparkan satu bom lemon pada Motojirou. Helikopter yang mengangkut barang itu ternyara berisikan bom lemon yang berjatuhan dan langsung meledak.

Nathaniel dan Margaret segara turun ke darat dimana semua anak buahnya sudah kabur duluan ketika Nathaniel melemparkan bom pada Motojirou. Margaret kembali berargumen dengan Nathaniel, Nathaniel juga mengatakan jika ancaman itu bukan main-main, karena dia sadar jika masih ada musuh yang akan datang untuk mengambil nyawanya dan juga Margaret.

Dan tanpa diduga sebelumnya, Rashumon sudah menusuk mereka semua yang ada disana. Termasuk Nathaniel yang membelak tidak percaya. Tentunya Akutagawa dengan senang hati melawan Nathaniel yang belum mati itu.

Sedangkan di tempat para agen detektif bersenjata yang masih berada di katerdal. Fuyu yang awalnya bermain main dengan tangan bayangan yang dibuatnya itu sampai tiba-tiba Fuyu menatap pintu dengan tiba-tiba. Fukuzawa tentu tau gerak gerik Fuyu yang sedari tadi diperhatikannya, walaupun dirinya sibuk dengan kegiatannya itu.

"Ada apa?" seru Fukuzawa.

Fuyu hanya menggeleng,"Dua domba sudah tumbang."

"Dimana?"

"Pelabuhan," seru Fuyu singkat dan kembali bermain dengan abilitynya itu.

"Ada yang akan datang," seru Fuyu kemudian setelah hening beberapa waktu.

Fuyu berheti bermain dengan abilitynya dan berdiri dari posisinya yang tadi sedang duduk disebelah Yosano berpindah menjadi berdiri di sebelah Fukuzawa. Fukuzawa menoleh kepada anaknya itu dan menanyakan ada apa.

"Tidak, aku hanya merasakan firasat buruk," seru Fuyu seraya tersenyum kecil.

Ranpo menghela napas lelah karena bosan, dirinya dan juga Yosano hanya mengamati laptop di hadapan mereka yang menampilkan kamera pengawas yang sudah dipasang di sepanjang lorong bawah yang merupakan jalur kereta api yang sudah tidak digunakkan.

Baru saja Ranpo mengajak Yosano bermain game, dirinya terdiam dengan mata yang membuka. Fukuzawa sudah menduga hal ini, begitu pula Fuyu yang bergumam jika musuh mereka sudah datang. Ranpo mengatakan pada Fukuzawa dan mereka akhirnya menyusun rencana setelah beberapa kamera pengawas dan juga penembak jarak jauh dilumpuhkan.

Yosano dan Kenji turun tangan, sedangkan Fuyu berdiri dekat dengan Ranpo dan juga Fukuzawa untuk mengawasinya. Percuma saja melawan Chuuya yang mempunyai kekuatan gravitasi, sampai pada akhirnya Chuuya memberi tahu niat awalnya datang, dan itu sesuai dengan prediksi Ranpo yang tidak pernah salah. Fuyu hanya mengamati pertempuran singkat itu dan mendengarkan Fukuzawa yang tiba-tiba membuka suara.

"Jawablah, utusan Port Mafia."

"Memang jika Tantei-sha bisa mengalahkan Guild, kalian bisa mengurangi kemampuan tempur lawan. Dan jika beruntung, kemungkinan kami dan Guild akan saling bertempur," seru Fukuzawa.

"Tapi, itu tak ada ruginya untukmu. Benar, kan?"

"Itu jika informasinya benar. Dengan cara apa Port Mafia bergerak?"

"Tidak perlu sampai bergerak." Ucapan Chuuya membuat Ranpo dan Fuyu terbelak, tidak seperti Ranpo yang tenang, Fuyu sudah mengeluarkan aura tidak menyenangkan dengan wajah datar dan menatap tajam sosok Chuuya yang tidak bisa melihatnya saat ini.

Ranpo menjelaskan semuanya dan kemudian bertanya mengenai hadiah yang di maksud, atau lebih tepatnya dengan apa Port Mafia memancing dua domba dari Guild.

"Kalian menggunakan karyawan kami untuk memancing mereka?!" seru Fukuzawa terkejut.

"Masih sempat bila segera dievakuasi. Guild tidak tau kalau kalian akan bergerak. Mudah, kok," sahut Chuuya dengan santainya.

"Kau memang benar-benar ingin mencari masalah, Chuuya," seru Fuyu tajam seraya menjentikkan jarinya.

Sebuah bayangan hitam berhasil melukai pipi Chuuya dan membuat Chuuya speechless. Chuuya meringis sebelum membuka suara.

"Fuyumi-chan, sambutan yang menarik."

"Aku tidak menyambutmu, tapi aku menyambut nyawamu Chuuya. Persekutuan kita berakhir," seru Fuyu yang langsung memberikan hadiah sebuah serangan mematikan untuk Chuuya.

"Terima hadiahku, kuso Chuuya."

Walaupun tidak parah, tetap saja Chuuya terluka akibat serangan milik Fuyu yang tidak berpengaruh dengan abilitynya. Setelah mengatakan satu kalimat, Chuuya pergi dari sana dan Fukuzawa meminta untuk di sambungkan dengan Kunikida guna melakukan evakuasi karyawan.

Fuyu memijit pelipisnya ketika Fukuzawa sedang berbicara dengan Kunikida. Fuyu sudah tau sekarang bagaimana kondisinya, karena Fuyu memang menggunakan abilitynya untuk memantau seluruh kota. Dan sebenarnya apa yang digunakan Fuyu kali ini bukan hanya abilitynya, melainkan ia juga menggunakan Pandora secara diam-diam guna membuka mata jiwa abilitynya sehingga bisa mengentahui keadaan kota dengan memanfaatkan semua tempat gelap.

Fuyu mengerang frustasi ketika mengetahui semuanya.

"Mori sialan!" makinya seraya mengebrak meja.

Fukuzawa dan Ranpo begitu terkejut dengan kelakuan Fuyu yang tiba-tiba itu.

"Fuyu kau baik-baik saja?" seru Fukuzawa.

"Mana mungkin aku baik-baik saja jika paman sialan itu mengeluarkan Q dari kurungannya!"

Fukuzawa dan Ranpo tidak mengerti apa yang dimaksud dengan ucapan Fuyu. Fuyu mencoba menenangkan diri dan langsung dengan inisiatifnya, dia memutus abilitynya dengan Atsushi dan menghilangkan abilitynya yang berada dekat dengan Haruno dan Naomi.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ranpo.

"Aku memutus abilitiku yang berada pada Atsushi dan juga yang dekat dengan Naomi dan Haruno-san," seru Fuyu serius.

"Aku tidak mau mengambil resiko membunuh kalian disini," lanjutnya.

***

Ditempat Naomi dan Haruno yang sedang melarikan diri itu, terdapat dua anggota Guild yang mengejar mereka, Lovecraft dan John. Dan tentunya Kunikida dan Tanizaki berhasil menyelamatkan mereka tepat waktu, sebelum mereka berdua remuk di dalam mobil yang ditahan dengan tumbuhan yang dikendalikan John. Tentu saja, mereka harus bertarung melawan anggota Guild dan mengulur waktu agar Naomi dan Haruno selamat dan bisa kabur dari sini.

[TBC]

A/N: hai halo apa kabar? Ada kabar baik nihh...
FFn ini akan selesaiiiii yey :)/ dan bakal ku lanjut ke buku keduanya. Semoga tetap betah ya selama sosyel distancing. Dan semoga memuaskan :)

Janga lupa Vote dan komen yaaahhh~~

Sekian,
Ama.

Memorize [Dazai Osamu X OC]✔Where stories live. Discover now