BRILIAN|07

7.9K 470 5
                                    

"Aku senang melihat kamu perhatian, walaupun bukan aku yang menjadi objeknya."

-----


Sudah dua hari setelah kejadian dimana Venny dipukul oleh Angkasa kini gadis itu tengah berbaring diatas kasurnya dengan harapan bahwa Brilian akan menjenguknya.
Namun, akhir akhir ini cowok tersebut bersikap berbeda pada dirinya, entah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"Venny, ini mama nak." ucap sang mama dari luar kamar venny.

"Masuk aja ma." sahut Venny.

Indah menghampiri putrinya itu dengan senyuman tipis dia tahu alasan mengapa anak gadisnya itu selalu melamun, biasalah anak muda.

"Kamu kenapa sayang?" tanya indah sambil mengelus puncak kepala anak gadisnya itu.

"Kenapa ya ma bri gak jenguk Venny?" tanya gadis tersebut dia juga bingung biasanya jika dirinya mengirimkan pesan setidaknya dibaca ini malah menghilang tidak ada kabar.

"Mungkin bri lagi sibuk sayang." ucap indah memberi pengertian agar tak salah paham.

"Kamu makan dulu ya, mama mau kebawah." ucap indah kemudian melangkah pergi.

Venny tak tinggal diam dia mengambil handphonenya dinakas kemudian mengirimkan pesan pada cowok tersebut.

Venny: bri lagi ngapain? Kok gak dijawab pesan venny? Bri sibuk ya? Kok gak jenguk Venny?

Pangeran: SIBUK! JANGAN GANGGU!!

Venny: emang bri lagi ngapain?


Pangeran: Bukan urusan Lo!

Venny: bri kenapa sih?

Pangeran: besok gue mau ngomong sama Lo! Penting!

Venny: sepenting itukah?

Pangeran: hm.


Venny menaruh handphonenya ada rasa sesak menyelimuti sekujur tubuhnya bukan sebuah hantaman benda namun hantaman sebuah rasa menyakitkan bukan? Saat kita berharap pada dirinya namun yang dia harapkan bukan kita, Bagaimana? Jujur pasti sakit tapi mau gimana lagi, kalau bahagia itu tidak bisa dipaksakan bukan? Kita tidak boleh egois memaksa seseorang untuk menetap namun bukan kita yang dia harapkan.

Gadis itu berjalan menuju balkon kamarnya untuk melihat keindahan alam saat sore menjelang malam, dia sangat menyukai itu kemudian udara dingin yang membuat dirinya betah tak ingin pergi.

Hari semakin larut tak terasa gadis tersebut sudah lama berdiri di balkon kamarnya hingga suara menghentikan aktivitas gadis itu.

"Sayang kamu ngapain disitu? Udah malam masuk udara malam tidak baik loh buat kesehatan." peringat indah pada anak gadisnya itu.

"Iya ma." jawabnya kemudian menutup pintu balkon tersebut.

-----

Matahari pagi nampak bersinar melewati celah jendela kamar seorang gadis membuat tidurnya terusik namun, tak membuat gadis itu terganggu.

"Huaam, jam berapa?" tanyanya pada sambil meraba letak jam wekernya.

Kemudian gadis tersebut berjalan menuju kamar mandi untuk menghilangkan rasa lengket pada tubuhnya.

Setelah selesai gadis tersebut turun kebawah untuk membantu sang mama saat hari libur seperti ini.


"Assalamualaikum wr.wb." suara seseorang mengucapkan salam terdengar oleh kedua orang yang sedang sibuk dengan aktivitasnya tersebut.

"Coba kamu liat Venny." perintah indah.

"Iya ma." ucap Venny kemudian melangkah pergi.

Venny melangkah pada asal suara tadi kemudian membuka pintu tersebut betapa terkejutnya dia saat melihat seorang cowok bertubuh tinggi berada dihadapannya iya sosok yang dia idam idamkan.

"Eh bri, ada apa?" tanya gadis tersebut sangat gugup.

"Soal kemarin." tukasnya dengan cepat.

"Siapa Venny?" tanya indah dari arah belakangnya.

"Brilian ma."

"Suruh masuk aja."

"Gak usah Tan, cuman perlu sama Venny." tolak cowok tersebut dengan sopan.

"Bicara dimana ini?" tanya Venny merasa bingung.

"Disini aja boleh."

"Jadi ada apa?" tanyanya sambil membenarkan posisi duduknya.

"Gue mau kita sampai disini saja, dan anggap aja kita gak pernah punya hubungan, soal Renata sebenarnya gue suka sama dia, dan lo harus jauh-jauh dari hidup gue!" cowok tersebut kemudian pergi meninggalkan gadis tersebut dengan tatapan sendunya.

Venny menatap kepergian Brilian, ada rasa sakit yang menjalar ditubuhnya, kenapa ia sebodoh ini? Dengan menerima dan mempercayai perkataan Brilian waktu itu, apakah takdir sedang mempermainkannya? Dia lelah terus terusan menjadi boneka cowok tersebut.

Harusnya gue dari awal gak percaya gitu aja sama lo.

-----

Gadis tersebut menatap langit-langit kamarnya, apakah selama ini perjuangannya salah? Atau terlalu berlebihan? Rasanya melupakan tidak segampang mengucapkan, ingin dia tertawa keras lalu berkata 'AKU BODOH' namun rasanya seperti orang gila kalik ya.


"Venny makan nak kamu kenapa sih? Ayo bicarakan sama mama kamu boleh nangis, sini nak buka dong pintunya." ucap indah sambil mengetuk pintu kamar anak gadisnya.

"Ma kak Revan mana?" tanya gadis itu dari dalam kamarnya.

"Apa kamu mau bicara sama Revan?" tanya indah dia tahu pasti Revan lah satu satunya orang yang tepat.

"Revan adek kamu nyari tuh." teriak indah kemudian datanglah sosok laki laki tersebut.

"Kenapa? Mau curhat?" tanya Revan setelah sampai dihadapan Venny.

"Kak pengin nangis, Venny capek kayak gini terus." ucap gadis tersebut sambil terisak dalam pelukan sang kakak.

"Lebih baik kamu tidur, pasti capek gak usah pikirin, suatu saat orang akan mendapatkan balasan dari perbuatannya dimasa lalu." ucap Revan memerintah agar Venny segera tidur dia kasihan tapi tidak ada cara lain selain memberi saran dia tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan.

-----

Halo 🙌

Vote and komen 👇
Jangan lupa😉

Gak nyambung ya?
Maaf akan diusahakan bagus tenang saja, hanya perlu vote and komen kalian.

Terimakasih ❤️

Salam hangat
BRYLIAN ARGANTARA
(•‿•)

Si dingin dengan sejuta misteri, sampai jumpa👋

Ketemu di chapter selanjutnya.

07 April 2020

BrilianWhere stories live. Discover now