BRILIAN|10

9K 462 2
                                    

"Akan aku coba untuk terbiasa tanpamu, karena memang dari awal kau sudah terbiasa tanpa aku."

-----

Waktu terus berjalan tak terasa hampir dua Minggu gadis itu menjauhi Brilian dia harus terbiasa tanpa cowok tersebut, bukankah memang itu yang cowok itu inginkan dari awal hanya saja gadis itu terlalu kekeuh.

Namun, sekeras apapun dia menjauh tetap saja pada akhirnya tidak bisa semakin ingin menjauhinya semakin besar rasa cintanya mungkin, sebaiknya biarkan perasaan menjauh itu mengalir secara perlahan tanpa adanya tuntutan karena yang dibiarkan akan menjadi terlupakan.

"Kok gue jadi ngerasa bodoh ya, harusnya gue gak ngurus dia dong." gumam gadis itu sambil melihat ke arah jendela yang memanjakan pemandangan tidak enak itu.

"Bahkan kamu bisa tertawa walau tidak ada aku, aku rasa memang benar keputusanku." gumam gadis itu pada dirinya sendiri, jika ada yang melihatnya mungkin akan ada yang menyebutnya orang gila.

"Tapi ini adalah awal dari perjuanganku yang sesungguhnya, akan aku mulai dari sekarang." tekad gadis itu kemudian keluar kelas.

Gadis tersebut berjalan dengan senyuman merekah seakan mendapatkan hadiah gratis, dia memasuki kantin dan pandangan pertama yang dia lihat adalah Brilian bersama temannya dibangku pojok kantin, tanpa rasa takut dia menghampiri meja cowok tersebut.

"Hai bri." sapanya masih dengan senyuman bahagia.

"Eh hai Venny, lagi bahagia nih kayaknya." sahut Arsen.

"Ya gitulah." jawab gadis itu tetap dengan senyuman bahagia walau dia berharap Brilian yang menjawabnya.

"Bri ngapain? Kak Renata mana? Biasanya dekat kamu terus." tanya gadis itu bertubi-tubi.

"BUKAN URUSAN LO, BISA GAK SIH LO GAK USAH GANGGU HIDUP GUE TERUS." bentakan keras tersebut mengundang tatapan para siswa yang berlalu lalang.

"Iya iya tapi jangan bentak venny terus dong, apa tenggorokan bri gak sakit?" tanya gadis itu.

"Justru LO buat gue tersiksa, dengan kehadiran Lo dihidup gue, semua jadi berantakan." ujar cowok tersebut dengan nada suara yang dia tinggikan.

"Lo gak papa kan ven?" tanya Rendy melihat gadis tersebut yang hanya diam sambil tersenyum.

"Enggak kok gak papa." ucap gadis tersebut sambil tersenyum untuk meyakinkan bahwa dia baik-baik saja.

"Yaudah gue mau balik dulu, bri jangan lupa makan nanti sakit, gue tinggal dulu." pamit gadis itu pada Brilian serta temannya.

-----

"Bri tungguin, numpang boncengan ya." pinta gadis itu dengan semangat.

"Enggak." ucapnya dengan cepat.

"Ayolah bri, pelit banget!" gadis itu terus memohon.

"Udah deh bri jangan pelit, kasihan anak orang besok besok Lo nyesel." ujar Renata.

"Tapikan kita ada janji Nat." ucap cowok tersebut dengan kecewa.

"Nanti malam kan bisa." jawab gadis itu dengan senyuman meyakinkan.

Kok bri manis banget ya kalau bicara sama kak Renata, kalo ke gue selalu dingin.

"Yaudah naik Lo." ucap cowok tersebut pada akhirnya.

"Serius bri?" tanya gadis itu tak percaya.

"Sebelum gue pergi."

Mereka pun meninggalkan parkiran sekolah, dalam perjalanan tidak ada yang membuka suara hingga Venny membuka suara.

"Kita mau kemana bri? Ini bukan jalan kerumah gue, apa Lo mau nyulik gue? Jangan deh bri kan aku belum punya anak." tudingnya dengan pertanyaan bertubi-tubi.

"Oh ya gapapa bawak kemana aja asalkan sama bri." lanjut gadis itu sambil terkikik.

"Diem lo!" dengus Brilian dia jengah mendengarnya.

Gadis tersebut kemudian diam agar cowok tersebut tidak marah pada dirinya, gadis itu menatap pengendara yang berlalu lalang tak ada percakapan lagi.

"Ini rumah kamu bri?" tanya gadis itu terus menatap rumah itu.

"Hmm."

"Bun, ini Venny." ucap cowok itu memperkenalkan pada bundanya.

"Oh ini pacar kamu?" tanya Dewi.

"Udah putus Bun." balas cowok tersebut.

-----


"Ma, Venny punya satu permintaan." ujar gadis itu.

"Apa sayang?" tanya indah.

"Bisa gak mama gak usah kerja lagi? Barengin Venny dirumah." pinta Venny.

"Mama gak bisa sayang, tapi mama akan coba, pasti!!" ucap indah dia tahu bahwa dirinya belum bisa menjadi orang tua yang baik.

"Sayang mama." ucap gadis itu kemudian memeluk sang mama.

"Yaudah Venny mau ke atas dulu." pamit gadis itu.

Sesampainya didalam kamar gadis itu mengambil ponselnya yang berada dinakas dan memberi pesan terhadap seseorang.

Venny: hai bri, gimana udah mulai suka gak sama venny?

Venny: gimana kalau suatu saat aku pergi?

Venny: pasti bri bahagia yah.

Venny: capek tau ngetik tapi gak dibalas!!

Venny: venny mau tidur, selamat malam Brilian, have a nice dream.

Kemudian gadis tersebut menaruh ponselnya dan menuju alam mimpi berharap bahwa jika dia bermimpi besok akan baik-baik saja.

-----

Sorry sedikit!

Komen dong kasih saran boleh cerita ini mau seperti apa kelanjutannya!

Gue lagi GAK NEMU IDE!!



BUTUH SARAN KALIAN DONG!

Bosan? Cuman gitu aja kan? Ceritanya emang dibab ini gak terlalu berlebihan Venny ya :( aku gak bisa mikir nih!


22 April 2020

BrilianWhere stories live. Discover now