BRILIAN|24

8.7K 350 11
                                    

"Aku hanya bisa mengingat, mengulang kembali kenangan kita namun, untuk melepasmu aku belum bisa."

-----

Satu persatu siswa SMA Nusa Pelita kini telah mulai pulang, menyisakan Venny, Brilian dan Angkasa.

Brilian cowok tersebut menatap batu nisan bernama Renata Praninta, gadis cantik namun, tidak secantik hatinya.

"Bri, ayo pulang mau malam loh." ucap Venny berusaha membujuk Brilian yang tetap kekeuh.

"Gak!" jawabnya dengan ketus.

"Ayolah dek, kita gak harus terus terusan terpaku pada yang sudah pergi." ucap Angkasa.

"Kakak pulang duluan aja." usirnya secara tidak langsung.

"Kita akan tetap disini kok bri, sampai bri mau pulang bareng kita." ujar Venny.

"PERGI!" bentakan keras serta dorongan yang kuat membuat Venny langsung terjungkal ke belakang.

"Lo! APA APANSIH!" murka Angkasa.

"Ven, bangun!" ucap Angkasa pelan seraya menepuk pipi Venny.

"DASAR KURANG AJAR! GUE GAK PERNAH NGAJARIN LO KAYAK GINI!! DARIMANA LO DAPET AKHLAK KAYAK GINI? DARI RENATA? IYA? JAWAB BRENGSEK!" bentakan Angkasa yang pertama kalinya Brilian dengar, membuat sebagian tubuhnya seakan membeku.

Angkasa menggendong Venny kemudian mencari taksi, menuju rumah sakit terdekat.

Brilian hanya bisa terpaku di tempatnya, apalagi yang dia lakukan? Mengapa dia tidak bisa mengontrol emosinya, mungkin saja jika tidak ada Angkasa dia tidak akan tahu bagaimana nasib gadis itu.

"Arghh!!" teriaknya sambil menjambak rambutnya.

"Bodoh Lo bri! Bodoh! Cowok gila!" umpatnya pada dirinya sendiri.

-----

Venny mengerjapkan matanya secara perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk, menatap langit-langit sebuah ruangan yang tidak dia kenali.

"Udah sadar?" tanya Angkasa.

"Kok, dirumah sakit?" tanya Venny merasa bingung.

"Lo gak ingat yang pingsan?" tanya Angkasa balik.

"Oh ya."

"Kamu gak papa kan nak?" tanya indah entah sejak kapan sudah berada dalam ruangan ini.

"Iya ma." jawaban Venny masih belum bisa memuaskan indah.

"Kok bisa seperti ini?" tanyanya lagi.

"Tadi-." belum selesai berbicara ucapannya telah dipotong oleh Venny.

"Tadi Venny jatuh gak sengaja nginjak plastik ma, ya kebentur trotoar tubuh Venny." jawab Venny berusaha meyakinkan indah.

"Benar kamu?" tanya indah merasa masih tak percaya.

"Iya ma."

"Yasudah, jangan banyak gerak kamu!" perintah indah.

Bahkan saat Lo disakiti sama si brengsek, Lo tetap ngebela dia! Lo memang perempuan yang baik. batin Angkasa merasa kagum.

"Kamu siapa ya?" tanya mama Venny.

"Saya kakaknya Brilian Tan." ucap Angkasa dengan sopan.

BrilianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang