BRILIAN|20

8.6K 341 3
                                    

"Jangan membenci seseorang tanpa sebab, carilah alasan mengapa kau membencinya sebab, yang di benci tanpa alasan akan berujung pada kecewa yang sulit di lupakan."

-----


"Bri, tungguin Lo belum sembuh." teriak seorang gadis.

"Gue, BUKAN ANAK KECIL LAGI! GUE BISA JAGA DIRI! MANA ADA CEWEK BISA JAGAIN COWOK? SANA!" bentak Brilian.

"Tapi, Venny disuruh bundanya bri." ucap Venny.

"Nih, Venny punya makanan buat bri biar sehat lagi." ujar Venny seraya menyodorkan sebuah kotak makan dan diterima oleh cowok tersebut.

"Hmm." jawab Brilian kemudian berlalu dari hadapan gadis gila itu.

"EYY!! GUE SENANG BANGET! AKHIRNYA GAK SIA SIA PERJUANGAN GUE!" teriak gadis itu dengan senyuman bahagia tak ada yang bisa menandingi kebahagiaannya saat ini.

Venny gadis itu berlari dengan semangat menuju kelasnya.

"Assalamualaikum wr.wb." ucap Venny dengan pelan.

"Waalaikumsalam wr.wb." jawab Bu Shinta.

"Darimana kamu?" tanya Bu Shinta.

"Hehehe maaf Bu."

"Maaf maaf, sekarang keliling lapangan lima belas kali." perintah Bu Shinta.

"Baik bu." Venny menaruh tas miliknya di dekat pintu, baginya tidak masalah dapat hukuman yang penting sekarang dia bahagia banget!

"Mimpi apa gue semalem, sumpah hari ini hari terindah dalam hidup gue." cerocos gadis itu sambil berjalan tanpa melihat sekitar.

Bruk.

"Kamu ini! Cepat bangun." seru sebuah suara yang sangat dia kenali.

"Ehh Pak Setyo." ujar Venny seraya tersenyum kaku.

"Kamu ngapain diluar?" tanyanya.

"Mau melaksanakan hukuman pak, telat."

"Yasudah laksanakan! Jangan telat lagi!" peringat Pak Setyo.

"Mari pak." ucap Venny dengan sopan.

"Bri, itu Venny kan?" tanya Arsen sambil menatap ke arah lapangan.

Brilian menoleh pada arah pandang Arsen dan saat itulah dia tau bahwa gadis itu terlambat masuk kelas, untung saja bukan dirinya.

"Hmm."

Venny gadis itu tengah berdiri di pinggir lapangan sesekali mengusap wajahnya yang di penuhi keringat.

"Huh, capek dasar ibu nyebelin!" gumam gadis itu kemudian memilih duduk menghilangkan lelah sedikit.

"Tapi, gapapalah pokoknya hari ini gue bahagia!"

"Berharap sakit kan? Jadi ngapain gue berharap sih!" kesal gadis itu pada dirinya sendiri.

"Gila!" seruan seseorang membuat gadis itu menoleh ke arah belakang.

Disana berdiri seorang cowok bertubuh tinggi dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celananya, wajahnya yang dingin menambah kesan seperti bak pangeran.

"Ngapain kesini?" tanya Venny berusaha tetap tenang.

"Terserah gue!" sahutnya dengan ketus.

"Bri, kok diluar?" tanya Venny.

"Dihukum."

"Kok bisa?"

"Arsen!"

"Oh gara gara Arsen." Venny mengangguk mengerti.

BrilianWhere stories live. Discover now