D

493 82 3
                                    

Sebuah kebahagiaan tersugesti dengan bagaimana cara kita menilai sesuatu hal. Begitu juga rasa sakit hati. Sugesti yang menjadikan hatimu itu sakit.

***

Belum genap ada sepuluh langkah kaki menjauhi kelas Novan, suara teriakan menyeru nama Vie terdengar dari telinga kanan juga kiri. Membuat si pemilik nama menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap sumber suara.

"Kak Sam?"  batin Vie.

Refleks, Tita berbisik tepat di telinga kanan Vie. Sontak, Vie mengerjap kaget kemudian membiarkan Tita berbisik. "Kak Sam mau ngapain, Vie?" tanyanya.

Lantaran Vie juga tidak tahu menahu apa yang diperlukan kak Sam, Vie pun mengendikkan bahunya.

Lelaki tampan dengan rambut yang belah tengah itu menghampirinya. Pemilik nama dada Samuel Liem dari ketururan keluarga Liem itu salah satu dari teman-teman geng Novan.

"Iya, Kak. Ada apa?" tanya Vie.

"Gue mau kasih tau lo aja. Sebenarnya, Novan itu enggak benar-benar jadikan lo pacar. Dia lagi terlibat taruhan," ucapnya dengan cepat agar tidak ada orang yang mendengar.

Vie mengerutkan dahinya, merasa bingung apa yang Samuel katakan. Apakah Sam ingin menjatuhkan temannya sendiri di hadapan orang lain? Apakah sejahat itu Samuel?

"Maksud Kakak, apa, ya?" Ekspresi bingung Vie ia perlihatkan tanpa disembunyikan.

"Gue curiga, kalau Novan lagi taruhan dengan seseorang. Gue belum tahu siapa, sih. Tapi dia sering melibatkan nama lo."

Dalam hati, Vie tidak langsung percaya begitu saja. Mana mungkin Novan bisa setega itu. Taruhan? Taruhan untuk apa. Cewek model Vie yang berjerawat banyak ini bisa-bisanya dijadikan taruhan? Mana mungkin. Enggak masuk akal banget.

Vie sebisa mungkin merespon Sam dengan santai dan tidak merasa terpengaruh apa pun.

"Emm ... iya, Kak. Makasih, iya Kak. Saya permisi dulu, udah mau bel," ujar Vie lantas pergi bersama Tita.

Sam rupanya masih belum bisa diam ketika mendapati Vie hanya dengan ekspresi biasa saja padahal ini berita yang seharusnya membuatnya marah sama Novan.

"Mungkin sekarang lo gak percaya, tapi gue akan buktiin ke lo!" teriak Sam dari jarak lima langkah dari Vie dan Tita.

Vie menoleh kembali dengan kakinya yang terus berjalan.

Sebelas IPA satu. Sampailah Vie di depan kelasnya yang sudah dia tempati hampir satu semester ini. Banyak teman-temannya yang sudah berada di dalam kelas. Terlebih dahulu Vie melepaskan sepatunya dan meletakkannya ke rak sepatu dengan kelas berjejer dengan sepatu-sepatu lainnya.

Sekilas, Vie melirik Aldo. Laki-laki itu sibuk wara-wiri membawa LKS dan pulpen hitam di tangannya. Ada beberapa pulpen lainnya yang dia selipkan di saku baju seragamnya. Tanpa minat lebih lama apa yang dia kerjakan, Vie segera menghampiri Sasa, teman sebangkunya.

Di belakangnya, ada Fasya yang sepertinya juga sibuk mengerjakan sesuatu.

"Gays, gue bawa berita bagus!" ucap Vie dengan girang.

Jerawat (TAMAT) ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя