O

257 36 0
                                    

Sebisa mungkin aku ingin memperbaiki semuanya denganmu. Walau kau bilang mustahil, tapi tidak dengan Tuhan.

***

Selama pelajaran-pelajaran lain berlangsung, Vie lebih banyak menghabiskan waktu bersama Fasya, Sasa dan Aldo. Dia sama sekali tidak keluar kelas. Mungkin terlalu betah untuk tidak bersosialisasi terlebih dahulu.

Namun saat pelajaran terakhir, guru mata pelajaran meminta salah seorang murid mendatanginya di ruang guru. Biasanya sih ketua kelas yang harusnya bertanggungjawab. Tapi saat ini dia tidak masuk, ditambah memiliki wakil yang enggak berguna. Mana mau dia disuruh-suruh. Seisi kelas merasa menyesal telah memilihnya.

Tapi saat Alya, sang sekretaris kelas ingin menghadap guru, Aldo mencegahnya. Katanya, biar dia saja. Tapi anehnya, dia mengajak Vie.

"Vie, antar gue yuk," ajaknya.

Vie yang sibuk dengan game worm zone di ponselnya merasa terusik. Tak sedikitpun melihat ke arah Aldo karena sangat fokus dengan cacingnya yang sudah menyentuh angka satu juta.

"Ngapain?"

"Ke ruang guru, cepat lah!"

"Ah lo ganggu nih. Liat my Bubu worm gue udah gede. Nanti mati gimana, bisa nangis dua hari dua malam, gue."

Aldo mendengkus sebal. Apakah cacing itu lebih berharga daripada dirinya? Bisa nangis dua hari dua malam gitu, giliran putus dari doi ngambeknya enggak ada tiga puluh menit. Aneh dasar.

Aldo segera meraih ponsel Vie, ia mematikannya dan memberikannya kembali. Jelas saja itu membuat Vie ngambek. "Ih, ih, ih Aldo!" jeritnya, "kok dimatiin, huwaaaa ...."

Aldo tampak cuek, seisi kelas seketika melihat Vie yang berteriak histeris tanpa sebab musabab.

"Cengeng banget sih lo, itu enggak mati kali. Kalo lo on lagi hapenya nanti langsung ke aplikasi cacingnya dan enggak bakalan mati. Gue jamin deh," jelasnya berharap Vie mengerti. Ya Tuhan, mengajak Vie ke ruang guru aja sangat sulit, apalagi ke jenjang yang lebih serius. Fyi, canda.

"Serius lo?" Aldo mengangguk. "Emm ... ya udah deh gue antar. Tapi dengan satu syarat," pintanya.

"Apa deh syaratnya gue jabanin."

"Pokonya abis dari ruang guru kita tanding cacing. Kalo di hape lo enggak ada cacingnya, nanti pinjam hape Sasa, dia punya cacing."

"Apaan bawa-bawa gue?" Sasa tiba-tiba menyahut, memalingkan sebentar pandangannya dari layar laptop di pangkuannya itu.

"Aldo pinjam hape lo buat main cacing."

Baru sadar kalau Fasya tidak ada di belakang. Mungkin dia ke kantin, jam kosong seperti ini sering ia manfaatkan untuk mengisi perut yang tidak pernah berhenti untuk minta diisi. "Bayar!" seru Sasa.

Setelah cengiran kuda andalan Vie tercipta untuk Sasa, dia segera bangkit dan menarik Aldo ke ruang guru. Ia malah yang lebih bersemangat, daripada Aldo yang sudah tidak ada minat karena ulah Vie yang susah sekali diajak keluar. Aldo tuh kasihan, Vie jarang sekali ke luar kelas sekarang-sekarang ini. Jadi, tidak ada salahnya jika mengajak gadis itu ke luar walaupun hanya ruang guru tujuannya.

Jerawat (TAMAT) ✔Where stories live. Discover now