Q

215 33 10
                                    

Bukan tentang siapa yang berani di garis terdepan, tapi lihatlah di akhir. Siapa yang menggapai finish terlebih dahulu padahal start berada beberapa langkah menjauhi!

***

Kamis sore, Vie sibuk merias dirinya di depan cermin. Mengoleskan sedikit bedak pada wajahnya, lips ice memoles bibir mungilnya, serta warna-warna seperti merah jambu untuk rona pada pipinya. Tidak terlalu tebal atau menor, simple saja.

Setelah usai, ia lantas menggaet tas selempangnya dan bersiap keluar kamar. Setelah mengecek-ngecek kembali takut jika ada yang tertinggal. Ternyata tidak ada.

"Mau ke mana lo?"

"Jalan," jawabnya santai.

Tita segera masuk ke kamar, duduk di depan cermin yang tadi Vie tempati. Merasa aneh dengan tingkah Vie yang menurutnya berlebihan. Hanya jalan tapi tampilannya seperti mau menghadiri pesta.

"Coba sini dulu, duduk sana gue mau tanya," perintah Tita seraya menunjuk kasur yang ada di hadapannya.

"Ih ... apaan sih, Tita. Gue buru-buru, nih."

Tita memelototkan matanya pada Vie, membuat nyali gadis itu menciut dan akhirnya menurut untuk duduk di kasur.

"Jalan sama siapa?" Nada bicara Tita santai, namun juga berat.

"Sama Kak Sam. Tadi dia ajak gue waktu di sekolah, katanya sih mau cari hiburan aja tapi minta ditemani sama gue."

"Emangnya dia enggak punya teman lain apa? Sampai-sampai harus ngajak lo segala?"

Vie memutar bola matanya, kedua pundaknya dia naikkan, seperti bahasa tubuh..

Tingtongg ...

"Tuh, Ta! Dia udah datang," kata Vie. Dia segera berlari menghampiri pintu dan mengabaikan Tita yang jengkel.

Tita mengembuskan napas kasar, lantas mengikuti anak itu menuju pintu rumahnya.

Saat setelah terlihat Vie yang mengobrol dengan Samuel, Vie berbalik badan dan menghampirinya.

"Ta, gue berangkat du---"

"Mau jalan ke mana, Kak?" tanya Tita pada Sam.

"Mau nonton aja kok, sebentar enggak lama. Jam tujuh pulang," jawabnya.

Tita menganggukkan kepalanya. "Nonton langsung pulang, iya. Jam tujuh, enggak ngaret!" tegasnya dan lantas pergi kembali ke kemarnya. "Jangan lupa kunci pintunya, Vie!" teriak Tita.

"Siap!"

Kini Tita sendiri. Ada rasa yang kurang setiap kali anak kecil itu tidak ada bersamanya. Vie bagai pelengkap untuk Tita, tanpanya hampa. Bukan masalah apa-apa. Bukannya Tita sok-sokkan bersikap layaknya ibu bagi Vie. Bukan pula Tita yang melarang-larang sepupunya itu untuk bepergian. Tapi, Vie kini tinggal di rumahnya. Orang tua Vie yang artinya paman dan bibinya itu sudah mempercayai Vie untuk bersamanya. Itu artinya, tanggung jawab besar ada di keluarga Tita. Jika kini orang tua Tita sedang tidak ada di rumah, jadi Vie menjadi tanggung jawab Tita. Siapa tahu, paman dan bibinya itu menanyakan kabar anaknya.

Jerawat (TAMAT) ✔Where stories live. Discover now