F

422 68 1
                                    

Saat semuanya jelas terlihat. Saat semua nyata ada di depan mata, tapi sebisa mungkin tidak memercayai. Bahwa hal buruk yang ada di hadapan, itu tidak akan pernah terjadi.

***

Hawa panas mulai menelungkupkan sekujur tubuh Vie dan Tita. Banyaknya orang di dalam angkot ini menjadi salah satu penyebabnya. Hanya tersisa dua tempat duduk yang masih kosong, itu pun dekat jendela belakang dan pastinya sangat pengap. Yah, seperti inilah di setiap pagi dan sorenya Vie juga Tita.

Vie sengaja masuk lebih dulu dan duduk tepat di sebelah kaca belakang, lantaran tidak mau dekat-dekat dengan penumpang perempuan yang bertubuh gemuk itu. Pasti menyesakkan. Akhirnya, dengan segenap rasa keterpaksaan, Tita yang duduk di situ. Tita menatap Vie jengah, bola matanya ia ayunkan dengan malas. Vie hanya menyengir kuda, bagai orang tak berdosa.

Beberapa menit mereka semua yang ada di dalam sepi, sibuk dengan urusannya masing-masing. Hanya suara si supir dan seorang penumpang aki-aki di sebelahnya. Mereka sangat ramai. Sampai lupa, di belakangnya ada orang-orang yang mendengar pembicaraan mereka yang terkesan berteriak-teriak.

"Ta?" panggil Vie seraya menabok-nabok tangan Tita.

Tita merasa terusik, ia lantas mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Umm ...."

"Itu. Bukan Novan, kan?"

Vie menunjuk seseorang di luar sana. Tampak memang Novan yang memboncengi seorang perempuan yang pernah Vie lihat dengan sepeda motor metik yang bukan milik Novan. Pastinya.

"Maaf, Vie. Tapi itu emang Novan," ucap Tita pelan tapi masih mampu Vie dengar dengan jelas karena keadaan angkot yang sepi.

Untung saja kaca mobil belakang ini terlihat gelap dari arah luar, jadi Novan tidak melihat siapa yang ada di dalam angkot itu.

Vie melihat ke arah Tita. Bibirnya sudah mengerucut sempurna, matanya sayu. "Aahh ... lo kok enggak bilang aja sih, itu bukan Novan biar gue enggak sakit hati gini. Itu Novan sama siapa sih sebenarnya, Ta?" Vie mulai mewek, dan segera Tita memeluknya.

Jangan tanyakan para penumpang termasuk perempuan di samping Tita. Mereka sedari tadi sudah memerhatikan Vie dan Tita. Bahkan pandangan mereka mengikuti ketika Vie menyuruh Tita melihat sesuatu yang ditunjuknya.

"Udah, lo enggak usah sedih. Lo tau dia cowok kayak apaan, masih aja lo pertahanin. Udah, dianya juga udah enggak ada di belakang lo, kok. Enggak liat lo juga," ucap Tita berusaha menghibur.

Motor yang dikendarai Novan sudah tidak ada di belakang angkot. Mungkin mencoba mendahului. Tapi ada sesuatu yang aneh, sebuah motor besar berwarna hitam yang Tita kenal siapa yang punya.

"Kok ada dia, sih? Apa dia ngikutin?" batin Tita. Vie tidak melihat, dia masih dipeluk Tita.

Beberapa menit kemudian, Vie melepaskan pelukannya. Udaranya semakin pengap ketika dia berada di pelukan Tita. Kemudian mereka turun dari angkot, dan sampailah di sebuah rumah sakit bertuliskan Citra Medika Hospital. Tita kemudian membayar, dan sebelum masuk, memastikan laki-laki tadi masih mengikutinya atau tidak.

Setelah menunggu nomor antreannya terpanggil, Vie dan Tita segera masuk ke dalam ruang dokter. Mereka berdua nampak seperti kakak dan adik, padahal usianya sama. Hanya saja, Tita terlihat lebih dewasa saat bersikap.

Jerawat (TAMAT) ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora