T

214 30 0
                                    

Ini bulan bahagia, kupastikan itu. Di setiap langkahku, takkan kubiarkan orang lagi-lagi kecewa denganku. Tidak, tidak untuk kali ini dan seterusnya.

***

Ponsel Vie yang diletakkan di atas kasur berbunyi kencang. Volumenya semakin naik jika tidak segera diangkat. Seperti mode alarm saja.

Tita menunjuk arah keberadaan ponsel Vie, sedangkan pemiliknya masih asyik memakan keripik. "Vie, hape lo?"

Vie mengangkat kepalanya, ekspresinya seperti orang kaget. "Oh iya, Ta. Hape gue!"

"Dih dasar. Suaranya kenceng gitu masa enggak sadar," dumal Tita.

Asyik Vie berbicara di telepon, sedang kangen-kangenan dengan seseorang dan melupakan Tita. Lalu Tita pun melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda itu.

"Iya, Yah. Besok Vie pulang," ucap Vie pelan.

Samar-samar, Tita mendengarnya. Sepertinya sepupunya itu sedang berbicara dengan orang tuanya.

"Iya janji. Vie juga akan nginep kok di sana. Oke, bye Dady. Love you!"

Sambungan telepon terputus, Vie melemparkan ponselnya di atas kasur lagi. Kembali dia duduk lesehan bersama Tita, langkahnya gontai saat menapaki kakinya di lantai.

Tita masih diam, sebenarnya sangat penasaran apa yang terjadi hingga membuat perubahan drastis pada sepupunya. Tapi kesempatan bertanyanya tidak digunakan, ia lebih memilih Vie yang akan mengatakannya sendiri pada Tita.

"Nih anak enggak nanya gue kenapa?" batin Vie.

"Ta?"

Tita menoleh pada Vie yang menatapnya sangat melas. Ditambah sikap cuek Tita, yang semakin membuat hancur mood  Vie menjadi berkali-kali lipat.

"Ah, males deh. Gue disuruh pulang sama ayah!"

Kini Tita tahu masalahnya. Masalah Vie dengan paman Tita yang tidak lain adalah ayah Vie. Lagian heran juga, kenapa Vie sangat-sangat tidak ingin pulang? Apa dia tidak rindu dengan keluarganya? Ayah, ibunya?

"Ya udah lagi, pulang aja. Paman pasti kangen sama lo, udah satu tahun lebih enggak pulang. Dari pertama masuk SMA. Kalau belum mereka yang ke sini, kalian belum bisa bertemu," kata Tita menjelaskan.

Vie tidak merespon, ia mengerucutkan bibirnya dan bersandar di dinding terdekat. Pikirannya mulai ribut, apa yang ia rasakan, apa yang dia pikirkan seolah tidak sejalan dengan kerinduan.

Tita melihat ke belakang, sepertinya Vie sedang tidak baik-baik saja. Tita mendekatkan diri ke arah Vie, mengusap-usap tangannya yang menyatu dan mengikat kakinya yang ditekuk.

"Enggak apa-apa, Vie. Gue tau lo kecewa sama orang tua lo, karena enggak pernah kasih ruang untuk kalian kumpul jadi satu keluarga bahagia. Mungkin, sekarang saat yang tepat, Vie. Lo harus coba, maafin mereka. Lunakkan hati lo, walau bagaimana pun, mereka tetap orang tua lo."

Vie menatap Tita, raut wajahnya berubah sendu. Dalam hidupnya, dia sangat beruntung memiliki sepupu sebaik dan sepengertian Tita. Tidak perlu dia menjelaskan secara lengkap bagaimana isi hatinya. Tita bahkan sudah tahu, sudah paham. Vie mendekatkan dirinya lebih dekat pada Tita. Ia memeluknya, air matanya meluruh. Tita membalas pelukan Vie dengan kehangatan yang diberikannya.

Jerawat (TAMAT) ✔Where stories live. Discover now