Z

262 21 1
                                    

Kepergian itu begitu nyata, teramat nyata sampai aku mengira itu sebuah mimpi yang begitu hidup.

***

Malam itu, setelah Tita memintanya untuk ikut ke Jakarta. Aldo tak punya pilihan lain, ini adalah kesempatan bagus untuknya. Mungkin ini yang terakhir, terakhir kali sebelum dia hilang dari kehidupan Vie, entah sampai kapan.

Sore tadi, Aldo terus saja beradu argumen dengan ibu dan ayahnya. Kenapa, Aldo yang diwajibkan meninggalkan Bandung. Dia sudah besar, bisa menjaga diri walaupun harus tinggal sendirian.

Tapi sebagai anak yang baik, dia harus menuruti keinginan orang tuanya. Besok saat masuk sekolah, Aldo harus mengurusi kepindahan sekolahnya di luar kota. Mengurusi kesiapan hati saat orang yang disayangi tak lagi di sisi. Ini bukan keinginan Aldo, melainkan takdir yang mengharuskannya. Tapi, cinta itu akan selalu ada. Selalu tumbuh subur untuk dia. Untuk orang terkasih. Vienneta Frisdania.

Aldo menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Tangan kanannya menggenggam kotak kecil yang entah apa isinya. Ini pemberian Ema, ibu Aldo. Saat ayahnya pergi, Ema menghampiri Aldo dan memberikan kotak itu. Ia berpesan, beri kotak ini pada dia, orang terspesial di Bandung. Yang mana suatu saat nanti Aldo akan kembali untuknya, si pemilik kalung.

Kalung itu indah. Berwarna emas dan bandulnya adalah bentuk beruang memegang hati bertuliskan AV. Ema bilang, AV adalah sebuah singkatan nama. Nama dari orang tua Aldo. Aditya Ahmad, dan Visinta Ema. Kalung itu juga diberikan Aditnya untuk Ema saat Adit harus pergi untuk tugas dinasnya sebagai TNU. Yang mengharuskannya pergi lama entah kapan pulangnya. Tapi kalung itu adalah alasan, kenapa dia kembali.

***

Hari kamis ini, Vie ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan Aldo. Sebelumnya Vie juga sudah melihat Novan, Sam juga Vidie sudah akur kembali. Dan Sam, dia tidak marah jika Vie menolaknya. Itu membuat Vie lega, lantaran pesannya waktu itu tidak mendapat balasan sama sekali dari Sam.

Tapi tampak berbeda hari ini. Aldo lebih banyak diam, asyik dengan pekerjaannya sendiri. Bahkan, dia tidak ikutan gabung mengobrol seperti biasanya. Ia duduk anteng di kursinya bersama Alfin. Ingat Alfin? Dia teman sebangku Aldo yang kutu buku.

Saat jam pelajaran sudah usai, Vie segera merapikan alat tulisnya. I menghampiri Aldo berniat mengucapkan terima kasih atas pemberian kalung darinya. Laki-laki itu tampak sibuk menulis sesuatu, Vie mengintip dari belakang dan Aldo menyadarinya. Lantaran ponselnya ia letakkan di atas meja, alhasil, pantulan Vie terlihat di sana. Aldo langsung menutup buku tulisnya dengan cepat.

"Maaf," lirih Vie. Ia pun duduk di samping Aldo setelah mengambil kursi di sebelahnya.

"Al, gue mau tanya. Menurut lo ... kalau cewek bilang suka duluan sama cowok yang dia suka, wajar enggak, sih?" tanya Vie antusias.

Namun sangat berbanding terbalik dengan Aldo. Dia macam orang yang kesambet setan patung. Aldo menanggapi tanpa minat. "Wajar."

Vie merasa aneh, tapi juga tetap memberikan senyumnya. "Al, kalau gue suka sama lo gimana?" Ucapan Vie sangat cepat, dan kedua matanya menutup sempurna. Dia tidak ingin melihat reaksi Aldo setelah ini. Akan terdengar sangat gila pastinya.

Memang cepat Vie mengucapkannya, tapi Aldo masih bisa mendengar dengan jelas. Bahkan, Alfin yang menutupi wajahnya dengan buku setebal lima ratus halaman itu sampai menurunkannya sejenak, hanya untuk melihat Vie.

Jerawat (TAMAT) ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon