Y

186 23 1
                                    

Di situasi apa pun, jujur itu lebih baik walau pun terasa sulit untuk mengungkapkan yang sejujurnya.

***

Vie melamun menghadap tembok. Pikirannya melayang membawanya pada ingatan saat obrolannya dengan Novan. Ia heran, dengan apa yang dikatakan mantannya itu. Sebetulnya, Novan salah paham. Bahkan dia dan Sam belum resmi jadian. Tapi kenapa Sam bilang di depan umum kalau mereka berpacaran. Secinta itu kah Sam dengan Vie? Tapi jujur, hati Vie bukan untuk Sam.

"Woi! Perawan bengong aja malam-malam. Kesambet baru tahu rasa lo! Gue enggak bantuin, ahaha ...."

Tita duduk di samping Vie. Ia mengikuti posisi Vie yang menghadap tembok. Ia menaruh mangkuk camilannya dan botol air mineral terlebih dahulu. Lalu kemudian, mencari imajinasi Vie yang mungkin nempel di tembok.

Vie mencebikkan bibirnya, merasa terganggu dengan ocehan Tita yang terkesan meledeknya.

"Ta, menurut lo ... gue cantik, enggak?" tanya Vie tiba-tiba.

Tita hampir tertawa mendengar itu, namun sebisa mungkin ia tahan agar Vie tidak marah padanya. Lalu mencari jawaban yang tepat, yang tidak menyinggung perasaan Vie.

"Emm ... menurut lo, gue cantik, enggak?"

Vie menghadapkan pandangannya pada Tita dengan malas. Ekspresi wajahnya sudah sangat bete. Lantaran yang ditanya malah nanya balik. Ngeselin juga.

"Kok lo malah nanya balik, sih! Ya ... tapi menurut gue, setiap perempuan itu cantik. Hanya letak kecantikannya aja yang berbeda ...."

"Laki-laki juga semuanya ganteng, tampan. Tapi letak ketampannyan aja yang beda." Tita melanjutkan.

Vie diam, otaknya bekerja menangkap sinyal isyarat dari Tita. Mengolahnya agar tidak salah tangkap. Sebenarnya, ucapannya tadi hanyalah asumsi. Apakah semua orang berpikir demikian?

"Lo cantik, Vie. Bukan hanya di wajah, bahkan lo bisa cantik dari hati," kata Tita yang membuyarkan lamunan Vie sehingga beralih menatapnya.

Itu dikatakan Tita dengan jujur. Semoga pendapat semua orang sama dengannya. Ia pun melanjutkan perkataannya. Menurutnya, wajah cantik belum tentu membuat tertarik.
Tapi mereka--orang-orang-- akan lebih mudah tertarik dengan perempuan sederhana yang mampu mengendalikan emosi.

Tita menawarkan camilan yang dibawanya dari dapur Vie. Kali ini, ia membawa makaroni asin. Kebiasaan Tita di rumah tak serta dapat hilang ketika dia berpindah tempat.

Vie pun mengambil makaroni itu untuk ia makan. Sambil menunggu percakapan selanjutnya antara dia dan Tita.

"Ta, gue mau nanya deh. Kemarin Vidie cerita, katanya lo sama Sam udah jadi--"

Uhukk ... uhukk ...

"--an," lanjut Tita yang ucapannya terputus karena Vie terbatuk. Vie cepat-cepat mengambil air mineral, dan menenggaknya tanpa ampun.

"Hoax. Enggak usah didengarkan. Dia bohong," sanggah Vie.

"Lah, tapi kata Vidie gitu ...."

"Lo lebih percaya siapa?"

Tita pasrah, ia yakin kalau Vie tidak sedang berbohong dan tidak mungkin berbohong. Mereka kembali hening, fokus pada apa yang dikerjakannya masing-masing.

Jerawat (TAMAT) ✔Where stories live. Discover now