14. AB2 • LET GO

17.2K 1.2K 454
                                    

AURORA BOREALIS 2|BAGIAN 14

“Jika bertahan hanya akan saling menyakiti, lebih baik lepaskan, karena sebuah hubungan tanpa rasa cinta akan menimbulkan luka”

****

Meja makan keluarga Cavarson.

Malam ini keluarga Cavarson tengah menikmati jamuan makan malam yang di sediakan oleh asisten rumah tangga yang bekerja di rumah itu.

Hening.

Tidak ada sepatah dua patah kata yang terucap dari keempatnya.

Karl menyentakan sendoknya—membuat yang lainnya menoleh, "Papah udah selesai. Papah harus pergi, ada urusan."

"Pah apa nggak bisa nunggu yang lain," ucap Gladys.

Namun Karl tetap melanjutkan jalannya pergi keluar rumah.

Aurora yang melihat itu menggenggam erat sendok ditangannya, matanya menyiratkan emosinya yang hampir memuncak.

Aurora bangkit dari kursinya, "Aurora pergi dulu, Aurora ada urusan."

Perempuan itu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Meraih jaket hitam dan kunci motornya, kemudian menuju garasi.

Mobil sedan hitam yang berjarak beberapa meter cukup jauh adalah incarannya. Perempuan itu, Aurora, mengatur kecepatan motornya supaya tidak di curigai oleh Karl, ayahnya.

Mau kemana sebenernya Papah?

Semakin lama Aurora semakin tidak merasa asing pada jalan yang dia lewati.

Citt!

Perempuan itu mengerem mendadak motor yang dikendarainya—berhenti mengikuti mobil sedan Karl Cavarson.

Aurora melepas helmnya, "ini nggak mungkin kan?"

"Jangan sampai Ya Tuhan," ucapnya menahan setetes airmata yang perlahan luruh.

Setelah itu dia kembali mengendarai motornya mengikuti arah jalan yang dilaluinya. Setelah sampai di halaman sebuah rumah tempat mobil sedan hitam Karl terparkir Aurora turun.

Brak!

Dia membanting helmnya mengenai kaca mobil Karl.

"Brengsek!" umpatnya lirih dengan isak tangis dan emosinya.

Aurora melenggang menuju pintu rumah yang terbuka itu, baru saja sampai di ambang pintu dia bisa melihat Karl—ayahnya tengah memeluk seorang wanita muda.

Sesak.

Pedih.

Menyakitkan.

Airmata Aurora kembali luruh.

"A–apa haruss kayak gini p–pah.." ucapnya terisak

Karl yang mendengar suara anak semata wayangnya itu melepas pelukannya dan menoleh.

"Aurora?"

"Apa harus kayak gini Pah?"

Karl mendekati Aurora. "Ngapain kamu Aurora? Kamu ngikutin Papah?"

"Papah malem-malem belain pergi cuma buat ketemu dia Pah?"

"Pulang Aurora."

Aurora menggeleng, "Papah harus ikut pulang."

"Enggak Aurora, Nesa butuh Papah disini."

Airmata perempuan itu luruh, dadanya benar-benar sesak di tampar kenyataan.

AURORA BOREALIS 2 [ ✓ ]Where stories live. Discover now