17. AB2 • DIFFERENT

14.6K 1.1K 277
                                    

AURORA BOREALIS 2|BAGIAN 17

Now Playing : Can You Hear Me — Ben

"Kita hanyalah pemeran yang sama di drama yang berbeda"

****

Seorang perempuan berusia 10 tahun itu menangis tersedu bercampur emosi kala berhadapan dengan seorang pria gagah yang tidak lain adalah Ayahnya.

"Aurora nggak boleh bilang kayak gitu lagi, dia temen Papah."

"Tapi tadi Mamah nangis Pah!"

"Aurora! Kamu itu masih kecil, kamu nggak tau apa-apa, jadi diem aja!"

"Tapi Aurora-"

"Kamu nggak berhak ikut campur urusan orang dewasa, kamu itu cuma nyusahin!"

Deg!

Perempuan itu. Aurora Pelangi Cavarson. Tertegun, dan kemudian berlari menjauh.

Tak di sangka. Perempuan mungil itu mendekati sebuah rumah berlantai dua yang sudah tidak di tinggali dan menaiki atapnya.

"Nenek! Aurora rindu," teriaknya.

"Semua disini jahat! Aurora mau ketemu nenek aja."

Baru saja kakinya akan menapakan ke udara, seseorang menarik tangannya.

"Kamu apa-apaan sih!" bentak cowok yang mungkin sepantaran dengannya.

"Kamu siapa! Ngapain kamu narik Aurora! Aurora mau nyusul nenek."

"Hei! Hidup kamu masih panjang! Nggak cuma karena omongan papah kamu, kamu jadi potong umur kamu kayak gini! Tuhan bisa benci kamu!"

"Ka-kamu tau aku dimarahin papah?"

"Iya, aku liat. Makanya aku bisa nolongin kamu" cowok itu menghela nafasnya, "asal kamu tau, Tuhan itu benci sama orang yang nggak bersyukur."

"Tapi papahku bilang aku ini nyusahin."

"Papahmu kurang bersyukur."

"Jadi Tuhan benci papah Aurora?"

"Karena itu makanya kamu harus jadi anak yang baik supaya bisa membuat Tuhan nggak membenci Papah kamu lagi."

Aurora kecil terisak kembali. Cowok itupun merengkuhnya.

****

Borealis menatap Aurora yang tengah fokus mengobati lukanya. Mata sembabnya menunjukkan betapa pedihnya luka yang perempuan itu rasakan. Betapa banyak beban yang dia pikul sendirian.

Beruntung dia tidak terlambat.

Bagaimana jika tadi dia tidak menemukan Aurora. Pasti yang dia lihat sekarang adalah jasad kekasih masa kecilnya.

Ternyata semesta benar, masa lalu ada bukan untuk di lupakan. Tapi untuk menjadi pelajaran di masa depan.

Dan Borealis merasakan itu. Andai saja 7 tahun yang lalu dia tidak bertemu Aurora, mungkin saja dia tidak akan tau apa yang akan di lakukan Aurora ketika dia tergores hatinya.

"Jangan kayak gitu lagi ya Ra," ucap Borealis lirih membuat Aurora menghentikan aktivitasnya dan menoleh pada Borealis.

Borealis meraih tangan Aurora dan menggenggamnya, "inget kata Rere, Tuhan benci sama orang yang nggak bersyukur."

AURORA BOREALIS 2 [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang