26. AB2 • SEBUAH RASA

13.4K 1.2K 979
                                    

AURORA BOREALIS 2|BAGIAN 26

Malam ini suasana di rumah Sean begitu hening, khusus hari ini dia memerintahkan seluruh asisten rumah tangganya untuk pergi, pulang ke rumahnya. Dia tidak ingin ada yang mengganggu rencananya kali ini.

Sean tengah sibuk berkutat dengan minuman dan juga makanan ringan yang sedang dia persiapkan untuk temannya.

Kenapa dia repot-repot untuk membuat makanan sedangkan dia bisa memesan siap saja?

Jawabannya adalah, karena ini untuk pertama kalinya sepanjang hidupnya rumahnya di datangi oleh temannya. Sejak dulu orang tuanya tak akan membiarkan jam belajar anaknya.

Pyar!

Lamunannya buyar, ketika gelas yang tadi dia pegang jatuh ke lantai dan pecah. Sean pun mencoba memunguti pecahan gelas itu.

"Shit!" umpatnya, ketika salah satu pecahan gelas melukai jarinya. Cowok itu mengibas-ngibaskan tangannya.

Sebelum tiba-tiba seseorang mencekal tangannya, "nggak gitu."

Sean tertegun.

"Diobati dulu, bukan dikibas-kibasin kayak gitu," ucap Aurora. Iya. Auroralah yang tiba-tiba datang dan mencekal tangannya.

Aurora menarik Sean menuju meja ruang makan, dan kemudian perempuan itu mengambil kotak P3K yang ada di nakas.

Dengan perlahan dia—Aurora, perempuan berbaju sweater abu-abu dengan surai panjangnya yang tergerai mengobati luka Sean.

"Lo udah dateng duluan Ra?" tanya Sean membuka suara.

Aurora membalas dengan anggukan, karena dia masih fokus mengobati luka Sean. Dari jarak yang cukup dekat ini, Sean dapat mengamati wajah Aurora. Jujur dia terpesona.

Nggak nyangka ya Ra, kalo aja di awal kita ketemu, gue langsung nembak lo mungkin gue nggak akan melihat lo menderita kayak gini. Terlalu naif kalo gue bilang gue udah nggak punya rasa ke lo, cuma rasa itu nggak sebesar rasa gue ke Edeline, batin Sean.

"Udah selesai," ucap Aurora seraya mengangkat kepalanya dan disaat itu matanya menangkat Sean yang tengah menatapnya.

Hening.

Keduanya masih terdiam larut dalam tatapan itu.

"Thanks," ucap Sean.

"I-iya," jawab Aurora gugup.

Tiba-tiba Sean memeluk Aurora dengan eratnya. Mengusap surai panjangnya yang tergerai menutupi punggungnya.

"Gue yakin semua bakal baik-baik aja Ra, semua bakal jadi seperti yang lo harapkan," bisiknya.

Aurora tertegun. Matanya memanas, dadanya terasa sesak. Lidahnya kelu.

"Gue tau perasaan lo gimana Ra, tapi gue yakin kalo lo bakal menemukan orang yang bisa membuat lo bahagia. Tuhan nggak akan memberikan luka tanpa menyematkan tawa setelahnya."

Aurora tidak sanggup menahan tangisnya, dia membalas pelukan Sean dengan eratnya, meredam isaknya di bahu cowok itu. Merasakan Aurora terisak, Sean mengeratkan pelukannya juga.

"Jangan sedih sama keadaan ini, inget ya lo orang baik, pasti lo bakal bersanding dengan orang baik juga."

Sean melepas pelukannya dan kemudian menangkup kedua pipi Aurora, menyapu air matanya yang menetes membasahi pipinya.

"Yakin bahwa semesta punya rencana lebih dari yang lo rencanakan," ucap Sean—diangguki oleh Aurora.

"Udah nggak usah nangis lagi, sekarang lo cuci muka. Bentar lagi pasti yang lain dateng," ucap Sean.

AURORA BOREALIS 2 [ ✓ ]Where stories live. Discover now