O7 | Brother Zone

1.7K 255 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(click me)

jeongin panik, ia kehabisan obatnya, hyunjin tidak ada dirumah, akhir akhir ini anak itu pergi berkencan bersama felix, pacar barunya, melupakan pemuda kelahiran februari yang di rumah seorang diri.

masih mengurung diri di dalam selimut, jeongin menutup telinganya karena takut akan petir yang menyambar diluar sana, hujan semakin deras bersama dengan rasa takutnya jeongin yang kian menambah, ia ingin sekali menelepon hyunjin, namun takut kakaknya itu akan marah lagi karena waktu kencannya di ganggu.

"jj-jangan" jeongin menangis. penyakitnya kambuh lagi, ia butuh obatnya, dalam hati ia terus berdoa kepada tuhan, meminta agar sesak dan sakit di dadanya segera menghilang, atau mungkin ini waktu untuk ia menyusul kedua orangtuanya.

dengan tangan yang lemas ia segera mengambil handphonenya lalu menghubungi hyunjin, untuk meminta tolong membelikannya obat.

"apansi dek? lagi sibuk."

"obat j-jeongin."

"kamu kenapa?!"

"t-tolong-"

"hah?!" jeongin tersentak ketika hyunjin mematikan panggilannya, ia sedang butuh kakaknya, bahkan sakit di dadanya akan hilang jika saja hyunjin berada disampingnya.

petir diluar sana menyambar daerah rumah jeongin, membuat satu komplek tersebut padam listrik. tubuh lelaki manis tersebut bergetar ia tidak bisa lihat apa apa lagi, semuanya hitam, tangisannya semakin deras bersamaan dengan suara hujan yang semakin berisik karena adanya petir.

pintu kamar jeongin terbuka lebar memperlihatkan seseorang yang terengah engah, "s-siapa?" jeongin bertanya, ia tidak bisa melihat apa apa.

hyunjin dengan segera menghampiri jeongin yang terbaring di kasur, lalu memeluknya erat, jeongin tidak salah ia sedang tidak bermimpi, hyunjin datang.

"cepat telan obatnya." jeongin menerima tablet yang di berikan hyunjin, "airnya k-ka" oh hyunjin lupa ia terlalu panik, yang lebih tua segera berlari menuju dapur kalau saja jeongin tidak menahannya.

"gelap, jangan tinggalin."

"gimana kamu bisa minum obat?"

"gausah udah ada kak-"

"kamu mau mati?!" dengan gerakan cepat hyunjin mendorong tubuh jeongin, hingga terpojok, sang adik tidak bisa bergerak kakaknya itu terlalu kuat untuk dilawan.

hyunjin memasukan satu butir obat tersebut kedalam mulutnya lalu mendekap mulut jeongin dengan bibir tebalnya.

wajah jeongin memerah tanpa alasan, ia memejamkan matanya, terkejut dengan perbuatan hyunjin.

sang kakak menggigit bibir tipis jeongin, membuat lelaki lucu tersebut membuka mulutnya, lalu dengan segera hyunjin mendorong tablet tersebut dengan lidahnya, sungguh niat ia hanya ingin adinknya itu tetap bernafas, sedangkan jeongin berharap hyunjin tidak dapat mendengar degup jantungnya.

"nghh k-ka-" jeongin memukul pelan dada bidang hyunjin, ia kehabisan nafas, air liur mereka berceceran di pakaian masing masing.

hyunjin menghela nafas, sungguh ia hampir kelewatan, untung saja jeongin segera memukulnya, jika tidak entah apa yang terjadi pada mereka.

"maafin kakak." hyunjin menunduk, merasa bersalah karena akhir akhir ini ia sering mengacuhkan jeongin.

jeongin tersenyum, ia sungguh sangat senang, hatinya mengahangat ketika melihat sang kakak, lalu ia mendekap tubuh besar hyunjin dengan erat seolah tidak ingin di tinggal lagi.

"aku hanya menyayangimu, aku tidak berbohong" ucapnya lagi membalas pelukan erat sang adik, sedangkan yang lebih muda pipinya sudah memerah ia bersyukur karena lampu sedang tidak menyala, jadi hyunjin tidak dapat melihat rona merah di pipinya.

"jeongin ingin tidur bersama." ajak jeongin, hyunjin menggeleng cepat, ia tidak ingin khilaf dengan adiknya lagi, adik kandungnya.

"kenapa nda mau?" yang lebih tua mengusap rambut jeongin, gemas dengan tingkah sang adik.

"kamu harus bobo sendiri." lalu hyunjin menempelkan hidungnya dengan hidung milik jeongin, keduanya menunduk lalu terpejam.

"kali ini saja." oke, hyunjin mana bisa menolak bukan? adiknya yang memaksa dengan nada imutnya membuat dia tidak bisa berbohong akan keinginan hatinya.


















𓅟꒦꒷ 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 𝐁𝐘 ꒷꒦𓃠

𓆩 prikizens_ 𓆪

[i] Room Full Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang