O3 | My Stupid Neighbor

2.9K 351 109
                                    

(click me)

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


(click me)

Kaki panjangnya melangkah tak tentu arah hingga kakinya merasa sudah lelah, dirinya duduk di trotoar. Menatap orang-orang yang lalu lalang mengenakan mobil ataupun sepeda motor, tak lupa diselingi tawa kala dirinya melihat banyak wanita paruh baya mengenakan payung namun mereka tengah naik sepeda motor. Memang lucu sekali semua warga yang biasa disebut warga +62 ini.

Dirasa sudah cukup untuk beristirahat, dirinya kembali berjalan. Sesekali melihat ke keramaian di atas aspal, barangkali ada seseorang yang baik hati menawarinya untuk pulang bersama. Namun, tentu saja tidak mungkin. Sebab, dirinya kurang bergaul dengan teman sekolah ataupun teman kelasnya.

Huh, panas sekali.

Bukan, bukan cuaca yang membuat dirinya kepanasan, ya walaupun ini tengah hari. Tapi yang membuatnya panas adalah si pujaan hati yang kini tengah membawa seorang wanita di jok belakangnya. Tapi yang lebih parahnya lagi, si pujaan hati malah berhenti tepat di sampingnya.

"Jeongin, nilai gue naik jadi 45 njir. Makasih pren, besok gue ke rumah lo lagi buat belajar bareng."

Setelah berucap demikian, si pujaan hati melaju kembali tanpa mendengarkan jawaban dari Jeongin.

"Anjir nyesek, cuma pren."

Jeongin berhenti di halte ke dua yang ia lewati, mungkin perjuangannya pulang ke rumah dengan jalan kaki cukup sampai disini saja. Sebab kakinya sudah tak kuat menahan bobot tubuhnya yang kini bertambah setiap bulan.

"Jadi talas Bogor dah betis gue. Nyesel kagak naek angkot dari tadi." gerutu Jeongin.

Tak lama kemudian angkutan umum berhenti tepat di depan Jeongin, tanpa menunggu lama lagi Jeongin masuk kedalam angkutan umum walau sudah penuh. Ya daripada menunggu lama di halte, mana panas lagi.

"Mang, saya duduk dimana ini? Penuh banget." tanya Jeongin agak judes, entah mengapa mood nya tiba-tiba hancur.

"Dempetan aja lah, muat kok muat." jawab supir angkutan umum.

Angkutan umum sudah berjalan, tapi Jeongin masih belum duduk juga. Alhasil Jeongin duduk berdempetan dengan penumpang lain dan itu tidak berlangsung lama sebab beberapa kali tubuh Jeongin merosot ke bawah. Hingga akhirnya, Jeongin memutuskan untuk turun dari angkutan umum. Jadi Jeongin kembali berjalan kaki untuk pulang.

"Bajir, lutut gue lemes amat. Ternyata badan gue berat juga." gerutu Jeongin seraya melihat lututnya yang gemetar karena menahan tubuhnya agar tak merosot ke bawah saat di angkutan umum tadi.

Butuh waktu sekitar 15 menit untuk berjalan dan akhirnya sampai juga di rumah. Dari kejauhan, Jeongin melihat Hyunjin yang baru saja masuk ke dalam rumah. Iya, mereka berdua tetangga.

"Ngerjain tugas sama gue, giliran yang enak-enak sama orang lain. Minimal anterin balik lah ke rumah, tetanggaan juga."

"Awas aja kalo minta bantuin lagi, gak akan lagi dibantuin. Liat aja."

[i] Room Full Of LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant