"mau semangatin calon suami, hehe." jeongin membalas tatapan hyunjin dari kaca, lalu tersenyum.
"kamu ga boleh ngomong gitu, jeongin. kamu masih punya dia."
"itu tau aku punya orang, kenapa masih aja deketin?" sengaja, jeongin ngomong gitu, dia juga kesel, kenapa hyunjin selalu ngedukung hubungan dia sama guanlin.
"kamu juga mau." lalu keduanya terkekeh, berusaha melupakan, bahwa mereka menjadi tokoh antagonis disini, mengkhianati guanlin yang tidak tahu apapun.
malamnya, sebelum jeongin pergi ke alam mimpi, dia bohong ke guanlin, kalo lagi ga enak badan, makanya besok gabisa ikut pergi dulu, ujung ujungnya guanlin khawatir, dia bilang bakal datengin jeongin sekarang juga, tapi lagi lagi jeongin maksa nolak, dan guanlin akhirnya terima aja.
"yaudah, sekarang kamu tidur, besok juga istirahat, jangan lupa minum obat sama makan yang bener."
"iyaaa, bye beb!" setelahnya jeongin memutuskan panggilan itu sepihak, lalu beralih menghubungi hyunjin.
"kenapa?"
"besok aku dateng!"
"bilang apa kamu ke dia?" nada bicara hyunjin bikin jeongin kesel, selalu aja gitu.