37 | Paradoks

860 122 11
                                    

dimata hyunjin, jeongin bagaikan paradoks; bertentangan dengan kebenaran namun kenyataannya tidak.

kala itu, osis tengah mendisiplinkan murid yang terlambat datang. jeongin yang termasuk kedalamnya memprotes tindakan para osis yang dirasanya terlalu keras dan berlebihan. semua berbicara bahwa jeongin kelewat berani, hyunjin dalam hati mengakuinya dengan sangat. yang paling hyunjin suka adalah, jeongin selalu berani menyuarakan kebenaran, tidak pernah dia lihat jeongin mengeluh dengan sembunyi-sembunyi.

jelas, kagum adalah rasa yang awalnya hyunjin cecap untuk jeongin.

sebagai ketua osis, tugasnya sangatlah banyak. siapa sangka ditahun selanjutnya jeongin yang sebelumnya dipandang buruk oleh anggota osis akhirnya malah menjadi salah satunya? tidak, jeongin bermaksud untuk membantu sekolah menjadi lebih baik, bukan sekedar ingin numpang tenar dan ingin akun sosial medianya diikuti banyak orang ketika meng-ospek nanti. hei, ini jeongin. bocah remaja dengan segala sifat mulianya, mana mungkin dia sudi untuk berbuat hal se-menjijikan itu? sudah gila.

namun agaknya ditahun terakhir hyunjin menjabat ini dia malah menemui satu masalah besar dalam hidupnya ini. hwang hyunjin, dia gay, karena jeongin.

gay..

"argh! sial!" kesal hyunjin seraya banting bolpoin digenggamnya pada meja, jeongin yang tengah buat proposal disampingnya terperanjat lantaran terkejut.

kata-kata mutiara meluncur begitu saja dari bibir cherry nya, "anjrot!"

"heh, lambemu!" peringat hyunjin galak. jeongin merenggut sebal kemudian menghardik hyunjin,

"salahmu!" kemudian dia melanjutkan, "lagipula, wahai kakak hwang, aku ini sekretaris bukan wakilmu! kenapa selalu menahan ku untuk lembur sih?!"

"hubungannya apa dari sekretaris ke lembur?" tanya hyunjin sembari mengernyit heran.

"tidak ada sih, tapi tetap saja aku mau rebahan sekarang juga kak!" protes jeongin lagi.

hyunjin mana peduli, "kembali bekerja wahai bawahanku," ujarnya sok penguasa. tidak, tentu hyunjin hanya bercanda tentunya.

"ish! dasar tidak waras!" lantas jeongin kembali melanjutkan membuat proposal, hyunjin yang memang tidak ada kerjaan menatap sekeliling, tidak ada tujuan pasti sih, hanya ingin lihat-lihat walau sebenarnya sudah kelewat hafal dengan interior ruangan ini, tapi siapa tau hyunjin lihat penampakan hantu kan? bisa jadi bahan obrolan untuk jeongin kedepannya hehe,

"hehehe,"

"sudah gila rupanya.." bisik jeongin pada dirinya sendiri, sayang sekali hyunjin mendengarnya karena ruangan yang kecil dan sepi buat suaranya sedikit menggema.

si rubah meringis, tatap kakak kelas tingkat akhirnya dengan memelas. yang ditatap balik menatap, dengan tajam tentunya. batinnya berkata, "berani sekali bocah satu ini padaku."

karena, hwang hyunjin itu disegani. benar-benar disegani. sikapnya tegas, tiap untaian katanya mengandung kebenaran yang menyakitkan, lirikan matanya pun sangat tajam menusuk hati. jadi, manusia mana yang berani mengatainya tidak waras? yang jeongin namanya.

ah, tidak. bocah itu kan rubah, pantas tidak punya rasa takut. benar, pasti begitu.

"hiiii! kak hyunjin ngapain pula dekat-dekat begini sih? aku ganteng ya?" sembari mundurkan tubuhnya agar tidak terlalu menempel dengan hyunjin yang kini tengah mencondongkan kepalanya ke arah wajah jeongin. jeongin tidak takut, hanya gemetar saja kok..

"siapa yang tidak waras?" tanya hyunjin penuh tuntutan, jeongin teguk liurnya tanpa sadar. yaampun ibuu! baru kali ini jeongin kena omel hyunjin, ternyata lebih menyeramkan dari omelan guru konseling! kalau begini, nyali jeongin jadi menciut dan melayang entah kemana.

[i] Room Full Of LoveUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum