A Special Mate

18 2 0
                                    


Bel pulang pun berbunyi. Akhirnya, hari pertama di sekolah baru usai. Anak-anak berlarian keluar kelas. Ada juga yang janjian untuk menelusuri sekolah baru mereka.

Di parkiran...

"Lho Jo. Loe belum pulang?" tanya Mario pada cewek yang lagi berdiri di pintu parkiran.

"Mau sih. Tapi kakak gue gak jadi jemput. Ni baru mau pesen ojol," jawab Joan sambil menunjukkan hapenya pada Mario.

"Ya udah. Bareng gue aja. Rumah gue di Komplek Melati Villa 2. Loe dimana?" tanya Mario lagi.

"Gue di Melati Villa 4."

"Ooo searah kita. Yuklah gue anter sekalian. Gue pakai motor sih. Tapi helmnya ada dua. Yuk," ajak Rio sambil menarik lengan Joan.

Joan mengangguk dan tersenyum tipis.

Setelah Joan memakai helm dan naik ke boncengan, Rio pun memacu Vixionnya membelah jalanan. Dengan arahan Joan, Vixion itupun tiba di tujuan.

Setibanya di depan rumah, Joan turun dari motor dan menyerahkan helm itu ke Rio. Rio menolak.

"Loe pegang aja helmnya. Besok gue jemput loe, kita barengan ke sekolah. Oke?" kata Rio sambil juga turun dari motor.

"Tapi gak apa-apa nih gue berangkat n pulang sekolah bareng loe?" tanya Joan ragu.

"Gak apa-apa lah. Coba aja kalau ada yang protes ke loe, gue labrak. Pokoknya gue janji ama loe, mulai hari ini sampai kapanpun, gue yang akan anter jemput loe. Kecuali kalau ada suatu alasan yang kuat. Oke? " kata Rio tegas.

"Udah ah, gak usah dipikirin. Yuk gue anter loe sampe ke pintu rumah loe," ajak Rio sambil menarik lembut tangan Joan.

Joan menurut. Hatinya terasa hangat. Tapi bukan berarti dia GR ya. Dia hanya gak nyangka ada pertemanan seperti Rio. Ya mungkin seperti dia yang juga menyiapkan sendok dan garpu bersih buat Rio tadi di kantin sekolah. Logika Joan berbicara.

"Makasih ya. Mau masuk dulu?" tanya Joan.

"Enggak usah. Gue langsung pulang. Loe masuk dulu gi. Loe masuk, gue cabut, " kata Rio.

Sebelum Joan masuk ke rumah, Rio menarik tubuh mungil cewek itu ke peluknya.

Joan kaget. Tapi dia menurut. Hatinya makin hangat. Tapi, lagi-lagi logika tetap menguasai perasaan Joan.

"Gue janjiin itu. Itu janji gue ke loe, Joan," kata Mario sambil memeluk Joan, hangat.

Tak lama, Rio melepas pelukannya. Lalu menyampirkan rambut yang turun dari puncak kepala ke belakang kuping kanan Joan.

"Ingat itu, oke?" tanya Rio pada gadia di depannya.

Joan mengangguk.

"Oke..." jawab Joan, senyumannya manis.

Setelah itu, Joan pun membuka pintu rumah dan masuk ke rumahnya. Sebelum menutup pintu, ia melambaikan tangan ke Mario dan tersenyum.

Rio membalas senyum. Ia lalu membalikkan tubuh ke arah motor. Ia memasang helm dan bersiap memacu Vixionnya.

Sekilas ia memandangi rumah yang akan ia tinggalkan.

"Because you are a spesial mate, Jo. Kalaupun gue punya pacar, loe punya pacar, loe tetap paling spesial buat gue, " bisik Rio dalam hati.

----------

Sejak itu pula, Rio menjemput Joan di rumahnya, dengan motor atau mobil, menuju sekolah. Pulang sekolah, Rio pula yang menghantar Joan ke rumahnya.

Sesekali mereka janjian dengan Shilla dan Kevin untuk hang out bareng pas weekend. Kadang berenang bareng, makan bareng, nonton bareng, atau sekadar ngopi bareng.

Bagaikan sudah takdir, selalu Rio barengan Joan, dan Shilla bersama Kevin. Di luar itu, Rio menjadi ketua klub basket di sekolahnya. Kevin juga masuk klub basket tapi tidak menjadi pengurus klub.

Sedangkan Joan aktif di kegiatan OSIS. Sedangkan Shilla lebih senang bergelut dengan klub medis sekolah.

Terlepas dari kegiatan minat masing-masing, mereka akan selalu bersama berempat. Joan dan Shilla sudah pasti makin akrab. Sedangkan Kevin dan Rio makin akrab juga.

----------

"Yo," panggil Joan membalikkan tubuh ke cowok di belakang mejanya.

"Hmmm..." jawab Rio mengalihkan mata ke Joan.

"Loe belom kelar tugasnya?" tanya Joan.

"Belom. Loe duluan aja ke kantin. Pesenin gue mi bakso kayak biasa ya. Ntar gue nyusul," ujar Rio.

"Ya udah. Gue tunggu di kantin ya..." jawab Joan lalu berlalu meninggalkan kelas.

Rio kembali berkutat dengan tugas di depannya. Tak lama, Kevin duduk di depannya.

"Woi, Yo. Loe gak ke kantin?" tanya Kevin pada Rio.

"Sstt, gue lagi ngerjain tugas ni," sela Rio. Kevin pun diam sambil menunggu temannya mengerjakan tugas.

"Yes, kelar. Yuk temenin gue ke kantor guru, mau nyerahin tugas. Abis itu ke kantin," ajak Rio.

Kevin menyusul. Setelah menyerahkan tugas, Rio dan Kevin melangkahkan kaki ke kantin. Di sana, sudah ada Joan dan Shilla.

"Cieee yang sibuk siapin pertandingan antarsekolah," ledek Shilla saat melihat Rio dan Kevin duduk di kursi kantin.

"Bakal sibuk dua kali dong loe, Yo?" tanya Kevin pada Rio.

"Iya nih. Sibuk nyiapin panitianya, dan sibuk nyiapin timnya," kata Rio sambil melirik sendok dan garpu yang sudah ada di samping mangkok mi baksonya.

"Makasih ya Jo," ucap Rio pada Joan.

"Sama-sama. Makan deh," ujar Joan.

"Terus loe main juga?" tanya Kevin lagi.

"Iya..." jawab Rio.

"Udah udah. Makan dulu baru omongin basket," sela Shilla.

Sesaat mereka makan dalam hening. Tapi tak lama ...

"Jo, pulang sekolah, gue mau rapat dulu. Loe mau nungguin gue kelar rapat atau mau pulang duluan?" tanya Rio pada Joan.

"Oiya gue juga latihan basket dulu, loe gimana, Shil?" tanya Kevin pada Shilla di sebelahnya.

"Gak apa-apa gue pulang aja dulu. Gue lagi pingin maen ke rumah Shilla. Ntar loe jemput gue di rumah Shilla terus abis itu kita pulang bareng ya," jawab Joan, sekaligus menjawab pertanyaan Kevin.

"Ooo oke. Hati-hati aja di jalan ya," ujar Rio. Mereka lalu melanjutkan acara makan sebelum bel kembali belajar bernyanyi.

-----------

Seperti yang sudah dibicarakan tadi di kantin, Rio dan Kevin langsung berurusan denga kegiatan basket setelah bel pulang berbunyi. Sedangkan Joan dan Shilla langsung meninggalkan sekolah.

Dua gadis itu memilih berjalan kaki menuju rumah Shilla. Mereka melewati sebuah taman yang masih sepi di jam 3 sore. Karena biasanya, keramaian di taman itu baru muncul pada jam 4 sore, saat para baby sitter mengasuh anak-anak sambil memberikan mereka makanan.

Joan dan Shilla berbincang hangat. Tanpa mereka sadari, sebuah mobil van mendekat. Begitu berada di depan mereka, mobil van itu mengerem mendadak.

Empat orang keluar dari mobil. Mereka mendekati Joan dan Shilla. Joan curiga dengan kedatangan empat orang itu.

Tak lama, empat orang lagi keluar dari mobil. Mereka mengepung Joan dan Shilla.

Joan mengeluarkan handphonenya. Ia menekan satu tombol darurat dan sambungan itu tersambung.

"Halo, ya Joan?" tanya suara di seberang sana.

"Mario toloooong. Gue di taman di dekat rumah Shilla..... Prak," ...

Tbc

Janji Masa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang