Kebiasaan Manis

18 2 0
                                    

Kebiasaan Manis

"Rio," pekik sebuah suara yang dikenal Rio. Pemilik suara berlari ke arah Rio.

Begitu di depan Rio, pemilik suara itu tersenyum. Matanya berlinang. Rio yang tak tahan dengan pemandangan di depannya pun langsung memeluk si pemilik suara.

"Loe gak apa-apa kan, Yo?" tanya perempuan dalam pelukan Rio itu. Rio menjawab dengan anggukan sambil membelai rambut Joan. Ya perempuan itu tak lain adalah Joan.

"Loe gimana? Gak apa-apa?" tanya Rio lagi. Sama, Joan mengangguk sambil menggigit bibirnya agar tetesan air matanya tidak tumpah.

Rio melepaskan pelukannya. Ia menatap dua mata berbola cokelat di depannya. Lalu Rio tersenyum.

"Yo, pipi loe lebam..." ungkap Joan sambil menyentuh pipi kiri Rio.

Rio meringis. Ia baru merasa nyeri pada pipinya. Entah kapan ia mendapat lebam itu.

"Gak apa-apa kok. Cuma nyeri dikit. Eh btw, gue dan teman-teman mau ke kantor polisi. Mau ngasih keterangan. Loe ikut ya. Mungkin loe bisa kasih keterangan lengkap, karena loe juga korban," ajak Rio dengan tatapannya yang tak lepas pada Joan.

"Iya gue ikut," jawaban Joan mengulas senyum pada Rio.

Keduanya lalu bergandengan tangan menuju motor yang diparkir. Dengan arahan petugas bernama Arya, Rio dan kawan-kawan melesat ke kantor polisi. Sedangkan 10 tersangka penculikan dibawa ke kantor polisi dengan mobil polisi.

----------

Rio dan Joan berjalan cepat menuju sebuah ruang rawat di rumah sakit. Lantai 5 nomor 525.

"Yo, itu ruang rawatnya. Yuk kita masuk," ajak Joan menggandeng tangan Rio. Rio menurut.

Ceklek, pintu ruangan terbuka. Joan melihat Kevin terlelap di sofa seberang ranjang rumah sakit. Rio mendekati sofa, sedangkan Joan melangkah ke arah ranjang.

"Vin, bangun. Nih gue bawain makanan dan baju ganti buat loe," Rio menepuk pundak Kevin hingga terbangun.

Kevin melirik jam tangannya. 8.30 pm, artinya jam setengah 9 malam. Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Ia mengusap wajahnya.

"Hei Yo, Jo. Udah lama?" tanya Kevin setelah sadar Rio dan Joan sudah berada dalam ruangan.

"Baru dateng. Kita tadi ke kantor polisi dulu buat ngasih keterangan," jawab Rio disambut anggukan Kevin.

"Cuci muka dulu gih. Ganti baju loe, terus makan," perintah Rio.

Kevin menurut. Ia masuk ke kamar mandi.

Rio berganti duduk di sofa. Kepalanya ia sandarkan pada sandaran sofa.

"Capek?" tanya Joan yang kini sudah duduk di sofa, di sampingnya.

"Sedikit. Loe?" tanya Rio balik.

"Sedikit," jawab Joan sambil tersenyum. Rio juga tersenyum mendengar jawaban Joan yang mengulang senyumannya.

Joan mengalihkan kegiatannya ke meja depan sofa. Ia mengeluarkan tiga mangkok mi ayam. Ia meletakkan tiga lembar tisu di samping kanan tiap mangkok.

Ia membersihkan tiga pasang sendok dan garpu dengan selembar tisu basah, lalu mengeringkannya dengan tisu kering. Ia kemudian meletakkan sepasang alat makan itu di atas tisu samping mangkok.

"Kebiasaan yang menyenangkan," ucap Rio pada Joan menanggapi kebiasaan Joan itu.

Ya, Rio pernah bertanya alasan kebiasaan Joan itu.

Flashback on ---

"Kamu sudah lama lakuin kebiasaan itu?" tanya Rio suatu hari saat mereka hang out di sebuah kopi.

Saat itu, Joan tengah mengelapkan tisu basah pada dua sendok kecil dan dua garpu makan. Joan dan Rio akan menggunakan sendok kecil untuk mengaduk vanilla latte masing-masing dan garpu untuk menyuap lasagna.

"Sejak SD," jawab Joan yang masih mengeringkan sendok dan garpu di tangannya.

"Kenapa?" tanya Rio lagi.

Joan meletakkan sendok dan garpu di selembar tisu seperti biasanya. Joan lalu membersihkan tangannya dengan tisu lain.

"Mmm supaya bersih," jawab Joan sambil tersenyum mencurigakan. Rio paham Joan asal jawab.

"Maksud gue, ada peristiwa apa sampai loe punya kebiasaan kayak gini," tanya Rio sambil mengaduk vanilla lattenya.

"Ooo... Sejak kakak gue dirawat di rumah sakit. Sebelum itu, gue dan kakak gue makan di sebuah kios makan di pinggir jalan. Nah kita waktu itu gak nyadar ternyata sendok yang dipake ama kakak gue itu bekas dipakai orang. Kalau sendok gue aman. Entah gimana ceritanya kakak gue ambil sendok yang kotor. Pas lagi makan, kakak gue muntah ke arah gue. Gue tanya kenapa, ternyata pada sendoknya ada kotoran cicak menempel. Karena kakak gue shock, dia jadinya dirawat deh di rumah sakit. Karena gue gak mau kejadian yang sama, lebih baik gue membiasakan diri untuk mengelap sendok gue dan sendok orang sebelah gue, daripada gue kena muntahan tuh orang," jawab Joan panjang.

"Oooo... Eh tapi kayaknya gak semua orang yang duduk di dekat loe mendapat perlakuan itu. Sepenglihatan gue, cuma gue dan Shilla. Itupun kalau gue atau Shilla di sebelah loe. Bahkan Kevin pun nggak mendapat perlakuan itu," Rio penasaran.

"Kalau Shilla kan sahabat gue. Kevin kan udah punya Shilla. Jadi Shilla yang urusin dia, walau mereka belom pacaran. Kalau gue dan loe kan sama-sama jomblo. Jadi harus saling memerhatikan dong," jawab Joan lagi.

"Kalau gue duduk gak di dekat loe, apa loe bakal bersihin sendok gue?" Rio makin penasaran sambil menyendok lasagna ke mulutnya.

"Gak tau juga sih. Tapi kan kalau ada gue dan loe, mana pernah loe duduk jauh dari gue," jawan Joan sambil mengaduk-aduk vanilla lattenya.

"Mmmm iya juga sih. Tapi kalau gue udah punya pacar, atau loe punya pacar, terus kita makan bareng, apa loe bakal tetap bersihin sendok gue," Rio makin banyak tanya.

"Gak tau ya. Kan kita belum pernah dalam posisi itu," jawab Joan cuek sambil melirik kepada Rio.

Flashback end ---

"Lho, sendok gue dah disiapin nih? Kerjaan Joan ya. Kalau Rio kan gak mungkin," ucap Kevin yang melihat tata meja usai ia kembali dari kamar mandi.

"Udah makan aja dulu. Abis itu loe ceritain soal kondisi Shilla," jawab Rio.

Nah kan bener, Kevin aja bingung sendoknya sudah disiapkan oleh Joan. Tapi kalau gue mah dengan sangat senang hati mendapat perlakuan Joan. Simpel, langka, tapi manis.

Tbc

Janji Masa SMAWhere stories live. Discover now