Selamatkan Shilla

24 2 0
                                    

Buuuug... Sebuah bunyi terdengar begitu Rio masuk melewati pagar...

"Hiks, Rio..." Joan terpekik namun ia berusaha menahan diri.

Diko langsung menariknya ke sebuah pojok yang terlindungi.

"Kita di sini aja, Jo. Rio dan kawan-kawan pasti berhasil. Kamu buruan telpon polisi," kata Diko mengingatkan Joan.

Joan mengangguk. Ia langsung memencet nomor polisi di handphone milik Rio.

----------

Di dalam gudang, Rio menatap beberapa pria di depannya. Mereka siap mengadang Rio yang sudah siaga dengan kuda-kudanya.

Berbekal sabuk kirodi karate, Rio berusaha melumpuhkan lawan. Kombinasi geri (tendangan) dan zuki (pukulan) dilayangkan Rio pada lawan.

Satu per satu, lawannya lumpuh. Di lain sisi, Rio melihat Bian dan beberapa temannya kewalahan menghadapi lawan. Rio mendekat.

"Bian, loe aman? Gue bantuin?" teriak Rio pada Bian.

"Gue aman, Bro. Loe bantu Kevin di atas," perintah Bian sambil menunjuk ruangan di lantai dua.

Buuugh...

"Aw berengsek. Gue aman, bro. Sono gih," teriak Bian lagi yang kesal karena tadi sempat lengah sehingga sebuah pukulan mendarat di pipi kanannya. Namun ia segera berkonsentrasi sambil berteriak pada Rio di sela-sela pukulannya.

"Heheee sorry Bian. Gue ke atas dulu," balas Rio setengah bercanda. Ia lalu melesat ke lantai di atasnya.

Rio menelusuri tangga dengan cepat. Di ujung tangga, ia melihat sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Ia mendengar bunyi gaduh dari dalam ruangan itu.

Rio pelan-pelan memasuki ruangan. Ia melihat Kevin sedang melawan dua orang sekaligus. Di satu pojok lain, Shilla duduk di kursi dalam kondisi tak berdaya. Tubuhnya tampak lemah. Rambutnya menjuntai berantakan. Pakaiannya lusuh dan tampak basah. Shilla sepertinya sempat melawan sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

"Woi," teriak Rio. Usaha Rio dapat menghentikan pertarungan.

"Wuah loe bawa kawan, Cuk," ledek seseorang berkaos biru dengan kain merah mengikat kepalanya. Tubuhnya pendek, tapi tampak kekar dan tangguh. Wajahnya terlihat tegas dengan kumis tebal di atas mulutnya.

Sedangkan seorang lagi mengenakan kemeja kotak-kotak biru. Wajahnya tampak klimis namun rambut pendeknya berantakan. Keringat bercucuran di wajahnya. Hmmm, tampaknya ia kewalahan juga menghadapi Kevin.

Rio mendekati Kevin. Punggung mereka berbelakangan. Kedua kepal tangan mengacung. Kaki mereka ditapakkan bersiaga pada lantai.

Syuuuut, sebuah tinju melayang ke perut Rio. Sementara sebuah tendangan mengarah ke kepala Kevin.

Rio mengelak. Ia meraih tinju itu dan mendorong si empunya tangan menjauhi posisinya.

Di saat bersamaan, Kevin menundukkan kepala sehingga kaki lawan menendang angin. Kevin melayangkan tinju ke perut lawan sehingga pria berkemeja biru itu mundur terhuyung-huyung.

Rio terus melancarkan serangan geri dan zukinya. Sebuah zuki dari Rio mengenai leher lawan.

"Aarrg bangsat. Boleh juga loe," teriak pria berkumis itu meradang kepada Rio.

Tak mau basa basi, Rio melayangkan usiro geri pada lawan. Pria berkumis itu pun mental ke dinding gudang. Tubuhnya tersentak di dinding dan jatuh tak sadarkan diri di lantai.

Rio menarik napas panjang. Ia mengedarkan pandangan pada Kevin. Sahabatnya itu pun berhasil melumpuhkan lawannya.

Rio mengacungkan jempol kanan pada Kevin. Kevin tersenyum di sela-sela napasnya yang terengah-engah. Kevin lalu berlari ke Shilla.

Rio juga. Kevin berusaha menyadarkan Shilla. Rio berusaha membuka ikatan Shilla pada kursi yang ia duduki. Shilla belum sadar juga.

"Vin, bawa ke rumah sakit. Loe pake mobilnya Diko. Dia ada di bawah," perintah Rio cepat.

Kevin menggendong Shilla ala bridal style. Rio memungut tas di samping Shilla. Keduanya keluar dari ruangan. Mereka lalu turun ke lantai dasar.

Rio melihat beberapa polisi berseragam mengamankan lokasi. Beberapa polisi membekuk komplotan penculik.

"Vin," seorang polisi mendekat.

"Bang Arya, gue harus ke rumah sakit. Temen gue ini gak sadarkan diri," ujar Kevin pada polisi di depannya.

"Iya. Eko, bawa Kevin dan temannya ini ke rumah sakit, segera," perintah petugas bernama Arya itu pada seorang polisi lain.

"Siap, Komandan," jawab pria tersebut. Pria itu lalu mengarahkan Kevin yang menggedong Shilla ke sebuah mobil. Tak lama mobil dengan bunyi sirine itu meninggalkan lokasi kejadian.

"Bang, di atas masih ada dua orang. Tapi pingsan kayaknya," kata Rio.

Pria bernama Arya itu mengangguk. Ia memerintahkan beberapa petugas ke lantai atas.

"Btw, loe kenal Kevin, Bang?" tanya Rio lagi.

Arya tersenyum. "Dia adek gue," jawab Arya yang disambut Rio dengan ber-ooo ria.

"Kamu dan teman-temanmu ke kantor polisi ya. Kami mau minta keterangan," lanjut Arya.

"Siap, Bang," jawab Rio.

Arya kemudian berlalu dari hadapan Rio. Rio mulai melangkahkan kakinya keluar dari gudang. Tapi langkahnya terhenti.

"Rio," pekik sebuah suara yang dikenal Rio. Pemilik suara berlari ke arah Rio.

Begitu di depan Rio, pemilik suara itu tersenyum. Matanya berlinang. Rio yang tak tahan dengan pemandangan di depannya pun tak tahan untuk memeluk si pemilik suara.

Tbc

Janji Masa SMATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon