Masih Ada Waktu

12 2 0
                                    

"Joan..." Joan menoleh pada pemilik suara yang memanggilnya. Lalu Joan menjawab, "Ya, Bang?"

"Nanti malam kamu ada rencana kemana?" Arya bertanya pada Joan. Joan menjawab dengan cuma mengedikkan bahu.

Keduanya kini ada di dalam mobil Arya. Siang itu, Arya menjemput Joan pulang sekolah.

"Gak ada rencana, Bang. Ada apa?"

"Aku boleh ke rumahmu?"

"Boleh dong. Dateng aja."

"Papa mamamu ada di rumah? "

"Gak ada, Bang. Papa mama masih di Singapura."

"Ooo. "

"Iii Bang Arya kok jadi kaku gitu? Biasa aja keleus, "

"Hehee... Gak apa-apa. "

Lalu Arya fokus pada jalan di depannya. Ya sejak Rio dirawat, Arya menjadi orang yang mengantar Joan ke sekolah. Sekalian Arya berangkat ke kantornya.

Bila sempat, Arya akan keluar dari kantor untuk menjemput Joan dari sekolah. Seperti Jumat hari ini.

Joan juga tidak keberatan. Joan mengakui ia makin dekat dengan Arya. Tapi suasana canggung kerap tercipta di tengah-tengah mereka. Joan tidak bisa menceritakan ada apa di antara mereka. Karena Joan hanya menjalaninya.

"Jo, waktu itu kamu belum jawab pertanyaanku," Arya bersuara lagi.

"Ooo, soal apa, Bang?" Joan mencoba mengingat-ingat pertanyaan apa yang ia belum jawab.

Arya tersenyum sambil tetap berkonsentrasi pada setirnya. Sesekali ia melirik Joan yang berseragam kotak-kotak ungu khas sekolahnya.

"Apa kamu pacaran dengan Rio?"

Heheee....... Joan malah terkekeh mendapat pertanyaan itu. Dahi Arya berkerut.

"Ada yang lucu, Jo?" tanya Arya lagi.

"Ya adalah. Pertanyaan Bang Arya yang lucu," jawab Joan sambil melihat ekspresi Arya yang tampak bingung.

"Kita sahabatan kok, Bang. Tapi memang aku sayang dia, n dia juga sayang banget ama aku," jawab Joan yang kemudian mengakhiri kebingungan Arya.

"Oooo... Gitu."

"Heem."

"Kalau gitu, boleh aku jadi pacar kamu," tanya Arya tanpa basa basi. Oooo come on, Arya, harus gitu tembak langsung gitu, pikir Arya dalam otaknya. Ah sudahlah. Sudah telanjur ucap.

Sedangkan Joan diam. Mendengar pertanyaan Joan bikin detak jantungnya berdebar lebih kencang. Wajahnya terasa panas. Jemarinya saling berkait. Entah harus ia jawab apa.

"Jo, kok diem?" tanya Aryo tiba-tiba. Aryo sebenarnya ingin langsung mendapat jawaban itu. Tapi .....

Aryo membelokkan mobil masuk ke halaman rumah Joan. "Jo, udah nyampe. Mau turun?" Joan menoleh keluar mobil. Tapi ia tak kunjung turun.

Semenit, dua menit. Joan tidak turun juga. Ia malah tetap duduk di kursinya.

"Jo...?" tanya Arya lagi. "Gak perlu jawab sekarang. Masih ada waktu, kok," kata Arya lagi berusaha tersenyum saat menatap wajah gadis di sebelahnya. Ya, Joan berdiam diri setelah Arya bertanya soal menjadi pacarnya.

"Boleh, Bang," Joan akhirnya bersuara.

"Apa?" Arya seolah tak percaya dengan apa yang dia dengar.

Joan tersenyum. Dia menarik napas panjang lalu menoleh ke Arya. Matanya menatap pupil Arya. Ia mengedarkan tatapannya ke hidung Arya yang mancung, wajah Arya yang putih, bibir Arya yang merah kecoklatan, dan jangan lupakan rambut-rambut tipis di dagunya.

Janji Masa SMAWhere stories live. Discover now