Loe Berbeda

12 2 0
                                    

Maaf baru upload lagi.
Btw author ucapin...


Selamat Merayakan Hari Idul Fitri buat sesama muslim.
Maaf lahir bathin
Semoga hari raya yang berbeda kali ini justru menjadikan kita semua sebagai sosok manusia yang jauh lebih baik dan bertoleransi.
Aamiiiin


Silakan lanjutkan membaca lagi...
Cerita ini murni hasil imajinasi dan kreasi si author. Karena author pingin menuangkan cerita-cerita yang ada di kepala.

Bila ada kesamaan nama dan karakter, itu cuma kebetulan. Bila ada kekurangan, mohon dimaklumkan. Bila ada yang baca n suka, Alhamdulillah... Bila bisa menghasilkan pendapatan, itu bonus namanya 😉😉😉

Selamat membaca
I love u all...

Enam bulan dilewatkan Joan dengan belajar terus menerus. Ia mengisi semester dua dengan memperbanyak belajar. Tiap kali evaluasi, ia mengejar angka paling tinggi.

Itu tak lain ia lakukan untuk melupakan kepedihan sekaligus kebingungan yang terjadi enam bulan lalu. Bukannya Joan ingin lari dari kenyataan. Tidak, tidak sama sekali. Ia hanya ingin mendapatkan jawaban.

Arya yang baru beberapa bulan menjadi pacarnya itu, mendatangi rumahnya dalam kondisi babak belur. Setelah Joan merawatnya, Arya berlalu dan menghilang tanpa kabar, bagai ditelan bumi.

Joan pernah beberapa kali mendatangi kantor polisi tempat Arya bertugas. Usahanya nihil. Arya tak pernah datang ke kantor itu. Menurut teman-temannya, Arya dalam tugas menyelesaikan kasus penting. Entahlah benar atau tidak.

Bahkan, Kevin yang notabene adiknya Arya pun tak tahu di mana keberadaan sang kakak. Kevin mengaku, sejak kejadian di rumah Joan, Arya tak pernah pulang.

Lalu Mario, sepertinya masih kecewa pada Joan. Sejak hari itu, di saat bersamaan Arya meninggalkan Joan, Mario pun melakukan hal serupa. Mario malah tak duduk sebangku lagi dengan Joan di kelas. Mario lebih memilih pindah sebangku dengan Bobby. Tinggallah Joan duduk sendirian.

Joan juga tak mau terlalu akrab dengan teman-teman sekolahnya. Ia hanya berteman sewajarnya. Paling-paling, hanya Shilla dan Kevin yang selalu menemaninya makan di kantin. Selebihnya, ia lebih senang menyendiri di sekolah.

"Woi, kok melamun sih. Tuh baksonya sudah gue pesenin. Bentar lagi dateng," Shilla berseru saat melihat Joan (lagi-lagi) melamun. Joan hanya membalas dengan senyuman.

"Jo, cheer up dong. Gue kangen loe yang dulu. Gue kangen loe yang ceria meskipun dengan orang lain loe menutup diri. Tapi kan loe dan gue berbagi suka dan duka sejak SMP, Jo. Please..."

Joan mendengarkan omongan Shilla. Tapi dia memilih tak peduli. Ia hanya sibuk membersihkan sendok dan garpu dengan tisu basah, lalu tisu kering lagi.

Dua mangkok bakso pun datang ke meja mereka. Shilla mengambil semangkok. Begitu juga dengan Joan. Dua gelas es jeruk pun siap disantap.

"Makasih Bu," ucap Joan sambil menyunggingkan senyum pada si ibu yang membawa pesanan mereka.

"Jo... Loe denger gue kan. Please. Balik kayak dulu lagi ya. Loe bener-bener berbeda, Jo.." Shilla masih berusaha membujuk Joan.

Joan yang sedang mengangkat sendok bersiap menyuap sebutir bakso ke mulutnya pun terdiam jengah mendengar bujukan Shilla. Ia lalu meletakkan sendoknya ke mangkok. Ia menatap Shilla di depannya. Shilla merasakan tatapan itu dingin tapi tajam.

"Shil, kalau loe gak suka gue yang sekarang, loe gak jadi teman gue juga gak apa-apa kok."

Shilla terkesiap mendengar jawaban Joan. Lembut sih nadanya tapi isinya bikin hati Shilla makjleb.

Janji Masa SMAWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu