Angelus Island

13 2 0
                                    

Kemarin seharian, empat sekawan itu menyiapkan bermacam keperluan untuk berlibur di pulau. Hari ini mereka pun memasukkan keperluan-keperluan itu ke dalam mobil milik Rio.

Mereka berangkat dari rumah Shilla. Tak banyak yang dibawa. Joan dan Shilla hanya membawa satu ransel, satu tas selempang, dan satu tas jinjing berukuran kecil.

Joan menggunakan ransel untuk membawa baju, tas selempang untuk membawa dompet dan perkakas gadgetnya. Tas jinjing tentu untuk membawa cemilan.

Begitu pula dengan Shilla. Hanya saja, tas jinjing Shilla lebih besar. Karena, dia bawa cemilan lebih banyak.

Kevin dan Rio tak membawa tas jinjing. Alhasil mereka pasti akan meminta cemilan dari Shilla dan Joan. Sedangkan tas selempang Kevin berisi kamera, dompet, dan perkakas gadget.

Sedangkan Rio, ia hanya membawa ransel. Perkakas gadgetnya disimpan dalam ransel. Dompetnya ia simpan di saku dalam jaketnya.

Untuk makanan, mereka tak perlu khawatir. Tiap seminggu sekali akan ada kapal pengangkut bahan makanan yang bersandar. Bahan makanan disimpan di tempat penyimpanan di vila.

Pasokan listrik juga aman. Menurut Shilla, aliran listrik menggunakan pembangkit bersumber dari air laut. Sinyal telepon seluler pun lancar. Jadi bila mereka kekurangan makanan, mereka tinggal menelpon papanya Shilla untuk pengiriman. Amaaaan kaaaan...

Kata Shilla, tempat berlibur mereka itu disebut Angelus Island. Itu bahasa Latin. Dalam bahasa Indonesia, artinya Pulau Malaikat. Konon, lanjut Shilla yang kini berada dalam mobil bersama tiga temannya menuju dermaga, pulau itu tak pernah dihantam badai dari laut. Jadi kesan yang didapat adalah kedamaian.

"Ya asal jangan malaikat kematian aja," celetuk Kevin yang duduk di samping Rio dan mendapat lemparan kacang dari Joan yang duduk di belakangnya.

"Hush, sembarangan aja ngomong."

Kevin hanya meringis. Rio dan Shilla tertawa. Tanpa terasa, mereka sudah tiba di Dermaga Muara Kelapa. Dari dermaga, mereka melanjutkan perjalanan menuju Pulau Malaikat dengan kapal sewaan.

"Horeee, liburan yang tertunda pun terjadi juga," pekik Shilla yang duduk di bangku depan kapal sewaan.

Angin laut menerpa wajahnya. Percikan ombak pun membuatnya makin senang. Beberapa kali ia mengelap percikan air namun ia tak peduli. Yang penting, liburan.

Di bagian belakang, berderet tiga kursi yang ditempati Joan, Rio, dan Kevin. Joan takjub dengan laut di depan matanya. Begitu luas dan biru. Terasa damai.

"Suka?" tanya Rio yang duduk di sebelahnya.

Joan menoleh sesaat ke Rio dan tersenyum. "Iya. Keren ya," jawab Joan.

Kapal menyeberangi lautan kurang lebih dua jam. Kapal memperlambat lajunya. Dengan hati-hati, nahkoda mengarahkan kapal ke dermaga yang bertuliskan "Angelus Island. Nikmati damainya."

"Selamat datang, Non Shilla. Bapak barusan telpon saya untuk memastikan kedatangan Non Shilla dan teman- teman. Mari, Non. Saya bantu," seorang bapak bertopi baseball mendekat.  Dia menyapa Shilla dan teman-teman yang merapat ke dermaga.

Shilla menjawab sapaan itu. Shilla memperkenalkan satu per satu temannya.

"Teman-teman, ini Pak Dedy. Dia pengurus villa yang akan kita tempati nanti," Shilla menjelaskan.

"Yang di sebelah sana itu pos jaga. Biasanya sih ada 3 atau 4 orang berjaga tiap hari," lanjut Shilla.

Shilla lalu melambaikan tangan pada dua orang di pos jaga. Shilla tak bisa mengenal siapa di pos jaga itu. Karena jaraknya lumayan jauh, sekitar 300 meter. Tapi Shilla yakin mereka adalah petugas jaga.

Janji Masa SMAWhere stories live. Discover now