Serahkan Dia

7 2 0
                                    

Empat sekawan itu kini duduk di sofa depan TV. Tapi mereka tak menyalakan TV. Mereka berkumpul memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.

Shilla masih shock. Ia yang pertama kali menemukan paket menjijikkan itu. Sebuah kardus yang terbuka. Di dalamnya seekor kucing yang sudah tak bernyawa. Kepala si kucing tak lagi satu dengan tubuhnya. Kardus cokelat itu bahkan berubah warna menjadi merah karena darah yang menggenangi.

Shilla masih gemetaran ketakutan dalam pelukan Kevin. Kevin dengan sabar dan berusaha menguatkan Shilla dengan mengelus rambut panjangnya yang sudah lepek karena keringat dingin.

"Serahkan perempuan berambut pendek itu, atau kalian semua akan mati," seorang petugas polisi yang ada di dekat mereka membaca sebuah pesan. Ya pesan itu ditemukan pada kardus berisi bangkai kucing.

"Perempuan berambut pendek. Apakah itu kamu, Joan?" tanya polisi dengan nama Ridho yang tertulis pada seragam di bagian dada kanannya.

Joan tertegun. Benarkah perempuan berambut pendek itu dirinya. Joan menatap Rio yang juga kini menoleh padanya. Wajah Joan tampak khawatir. Keningnya berkerut.

"Apakah kamu memiliki sebuah rahasia? Mungkin terkait dengan kasus sebelumnya?" kata Ridho lagi karena dia memang pernah menyelidiki kasus penculikan yang melibatkan Joan dan Shilla. Mereka berdua menjadi korban.

Joan menatap wajah Ridho lagi, masih dengan tatapan bingung. "Entahlah, saya gak tau banyak soal itu," jawab Joan yang lalu menundukkan kepalanya.

Ia benar-benar bingung. Ia berusaha mengingat-ingat kejadian itu. Kejadian saat dirinya diculik bersama Shilla. Tapi ia selamat sebelum dibawa penculik.

"Tapi waktu itu Shilla yang lebih parah dari saya, Komandan. Shilla yang dibawa penculik sampai Shilla harus dibawa ke rumah sakit. Beruntung kami berdua selamat sebelum sempat dijual," jelas Joan sambil mengingat-ingat kejadian itu.

Joan lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Rio mengambil telapak tangan Joan lalu menggenggamnya menyalurkan kekuatan dan keberanian pada sahabatnya itu.

"Oke. Kami akan menginvestigasi kejadian ini dari markas di darat. Apakah kalian butuh pengawalan di sini?" tanya Ridho pada mereka berempat.

"Atau kalian mau pulang aja dulu?" tanyanya lagi.

"Saya rasa tidak perlu, Komandan. Kalau kami kembali ke daratan, saya khawatir mereka akan memburu Joan dan kami bertiga hingga ke rumah. Saya rasa lebih membahayakan kami bila kami kembali ke kota, dan juga membahayakan keluarga kami. Kalau di pulau, ruang lingkupnya lebih kecil. Selain kami berempat, di sini juga ada Pak Dedi dan empat penjaga," jawab Rio berusaha meyakinkan Ridho.

"Betul. Tak ada satupun yang boleh membuat rencana liburan kami berantakan," Kevin mendukung jawaban Rio. "Kami bukan pengecut," lanjutnya lagi dengan penuh semangat.

"Tapi, Komandan. Saya mohon jangan berikan informasi ini ke orang tua kami. Apalagi pulau ini adalah pulau wisata. Saya khawatir calon pengunjung tak mau lagi menyewa pulau ini karena merasa tak aman. Jadi biarkan kami di sini, setidaknya sampai rencana kami berlibur selesai beberapa hari lagi," pinta Shilla yang tangisnya mereda.

"Kami akan menjaga Joan di sini," tegas Rio lagi.

"Dan kami akan menjaga Joan dan kawan-kawannya selama mereka di sini," kata Peter yang juga berada di ruangan itu.

"Bung Peter, ada berapa penjaga di sini?" tanya Ridho yang beralih pada Peter.

"Ada empat orang. Tiga lainnya ada di pos jaga. Kami semua berlatar belakang atlet bela diri, Komandan," jawab Peter.

Ridho mengangguk. "Oke. Saya akan bertemu dengan yang lain. Tolong antarkan saya ke mereka. Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan pada kalian dan Pak Dedi juga," pinta Komandan pada Peter.

Janji Masa SMAWhere stories live. Discover now