Bangun, Rio

14 2 0
                                    

Joan kini duduk di kursi samping sebuah ranjang rumah sakit. Ia menggenggam tangan pemuda yang menjadi sahabatnya dalam setengah tahun terakhir ini. Sahabat yang selalu bertekad untuk menjaga Joan. Sahabat yang selalu menenangkan dan tak ingin Joan menangis sedih.

Flashback on ------
"Rio. Kalau loe punya pacar, gue gak masalah kok, Yo. Selama loe happy, gue juga happy. Jadi kalau loe punya pacar, loe gak perlu antar jemput gue ke sekolah lagi. Loe gak perlu selalu temenin gue kemanapun gue mau," kata Joan suatu hari, di dalam mobil Rio, sepulang sekolah.

"Gak bisa. Gue adalah orang yang selalu nepatin janji. Meskipun gue udah punya pacar, gue akan tepatin janji gue ke loe," Rio membantah seolah tak mau tahu.

"Tapi kan kasian pacar loe. Bisa cemburu dia ama gue."

"Ya itu risiko dia kalau mau jadi pacar gue."

"Ih kok gitu sih loe, Yo. Trus, kalau gue yang punya pacar?"

"Gue harus seleksi dulu. Bisa gak dia jagain loe. Kalau dia gak bisa jagain loe, bisa gak dia nerima gue untuk selalu nepatin janji gue ke loe."

"Ooo gitu ya."

"Kecuali kalau loe sendiri yang minta gue buat jauhin loe. Tapi pasti gue sedih, Jo," Joan mendengar rasa sedih dari kalimat Rio. Joan jadi merasa bersalah.

"Bukan gitu, Yo. Gue gak khawatir buat repotin loe. Karena loe pasti seneng kan gue repotin," jawab Joan sembari menggoda Rio.

"Lalu...?"

"Kan loe tau sendiri. Gue gak suka berkonflik. Gue gak mau berkonflik ama pacar loe," lanjut Joan.

Rio tertawa. Wajahnya makin tampan saat tertawa.

"Joan Alexandria Hanafi. Gak perlu mikirin itu. Gue ikhlas kok jagain loe. Gak tau kenapa alasannya. Yang jelas itu dari hati gue. Oke?" ujar Rio sambil tetap berkonsentrasi pada setirnya.

Joan tersenyum. Entahlah, bagi Joan, Rio sangat berharga. Joan tidak mau kehilangan Rio. Joan merasa tidak akan pernah ada sahabat setulus Rio.

Flashback end -----

"Yo, bangun. Bangun, Rio. Loe gak capek tidur mulu seminggu ini. Loe gak kangen ama gue, Kevin, Shilla, Daffa dan lain-lain?"

Joan membuka suara. Tangannya menggenggam erat tangan Rio. Sesekali ia mencium punggung tapak tangan sang sahabat. Air mata tumpah ke tangan sang sahabat.

"Yo, minggu depan sekolah ujian. Loe bangun dong. Ikut ujian. Itu kan ujian akhir semester pertama buat loe di SMA. Trus, abis itu, loe harus nyelenggarain pertandingan basket antarsekolah kan."

Sesekali Joan menatap wajah Rio. Ia berharap Rio mendengarnya. Ia berharap Rio membuka matanya dan memanggil nama Joan.

"Sekarang, rencana kegiatan dihandle Bian. Tapi kayaknya dia kewalahan deh, Yo. Tadi pagi pas gue berpapasan ama dia, dia bilang capek juga urusin persiapan pertandingan. Dia bilang kalau ada loe pasti kelar tuh urusan. Dia juga bilang, entah apa yang loe punya sehingga loe bisa menghandle kegiatan itu, sementara loe tetap menjaga nilai akademik loe gak turun, plus loe juga sibuk latihan basket ama tim."

Janji Masa SMAWhere stories live. Discover now