Bang Arya ...

13 2 0
                                    

"Jo, kita ke sini dulu ya. Gue ada janji ama temen. Kita ketemuan di kedai es krim tempat biasa kita nongkrong dulu deh ya," kata Axel begitu mobilnya kini berada di area parkir Galaxy Mall.

"Oke, Kak. Btw berapa lama gue harus nunggu?" tanya Joan bersiap melepas sabuk pengamannya.

"Dua jam kurleb. Is it oke buat loe?" jelas Axel.

"No prob, Kak. Toh gue juga gak pake seragam sekolah. Jadi gak risih-risih juga guenya keliling di mal," jawab Joan.

"Oke, ntar kabarin gue kalau loe dah di kedai."

"Siaaap, Bos. Tapi loe yang bayarin es krim gue ye... " rayu Joan sambil mengedip-ngedipkan kelopak matanya.

"Napa loe? Cacingan? Sekalian aja beli obat cacing di apotek..." ledek Axel lalu keluar mobil.

"Asem loe, Kak..." balas Joan.

Axel hanya tertawa mendengar balasan Joan. Keduanya pun masuk ke area mal dan berpisah ke tujuan masing-masing. Joan seperti kebiasaannya di mal adalah mendatangi toko buku. Dia memang tak punya agenda berburu buku. Hanya saja, tiap kali ke mal, toko buku selalu jadi tujuannya.

Ia juga tak punya list buku yang dibeli. Apapun bukunya, selama menurut dia menarik, ya pasti dia beli. Gak peduli berapa harganya, gak peduli apapun temanya.

Joan menyusuri lorong demi lorong di toko buku itu. Sisi kiri dan kanannya terdapat rak kayu yang memuat jajaran buku berdasarkan klasifikasi.

Alunan musik instrumental terompet terdengar dari speaker di toko buku membuatnya rileks.

Joan mengambil sebuah buku yang bungkus kemasannya sudah terbuka. Lima Sekawan. Buku yang bercerita tentang pengalaman tiga bersaudara bersama seorang sepupu mereka dan anjingnya.

Joan senang membaca cerita itu. Joan juga mengoleksinya. Joan membaca tulisan di belakang buku sesaat lalu mengambil buku lain yang kemasannya masih rapi.

Saat Joan akan meninggalkan lorong itu untuk menelusuri lorong lain, seorang anak tampak di depannya. Anak berusia kurang lebih lima tahun. Dia sedang celingak celinguk seorang diri.

"Hai, sayang. Kamu kenapa? Mau cari buku atau mainan? Kakak temenin ya?" Joan menyapa bocah perempuan itu yang tampaknya akan menangis. Joan berjongkok di depan si bocah agar si bocah dapat melihatnya dengan jelas.

"Hiks, hiks. Mama... Mama," ucap si bocah itu sambil matanya mulai berlinang.

Ooo, ini anak terpisah dari mamanya, bisik Joan dalam hati.

"Nama kamu siapa?" tanya Joan lagi.

"Karin..." jawab bocah berbando merah itu.

"Kamu terpisah dari mamamu?" Joan mendapat anggukan sebagai jawaban dari pertanyaannya.

"Karin, yuk kita cari mamamu. Kakak temenin ya," Joan mengulurkan tangannya pada Karin. Tapi Karin ragu menyambut. Mulutnya manyun.

"Kakak bukan orang jahat kan?" tanya Karin dengan polosnya.

"Enggak sayang. Kakak cuma mau beli buku aja kok. Nanti kalau mamamu udah ketemu, Kakak lanjut cari buku lagi. Orang jahat gak akan beli buku, kan..." Joan menjawab dengan lembut. Karin malah terkekeh mendengar jawaban itu.

Lalu Karin menyambut uluran tangan Joan. Keduanya pun menyusuri lorong-lorong. Mamanya Karin tak ketemu juga.

Hingga akhirnya, Joan mengajak Karin ke pusat informasi toko buku. Keduanya melangkahkan kaki ke meja informasi.

"Mamaaaaaaa," Karin berteriak lalu melepaskan genggaman tangan Joan. Ia berlari ke seorang perempuan yang mengenakan blus bermotif bunga-bunga di kursi bagian informasi.

Janji Masa SMAWhere stories live. Discover now