Tengah Malam

15 1 0
                                    

"Eh guys. Dah sore ni. Kita pulang yuk. Besok kan kita harus sekolah," ajak Rio pada tiga sahabat di depannya.

"Yuklah. Btw, loe Shill n Kevin harus traktirin kita karena loe dah janjian. Oke. Tapi gak boleh cuma makan-makan atau nonton," todong Joan pada pasangan yang baru jadian itu.

"Mmm apa ya. Loe cari ide deh, Shill."

"Gak tau gue. Mau loe apa Jo. "

"Harus spesial. Loe pikirin sendiri lah..., " jawab Joan.

"Iye iye. Ntar kita pikirin. Dah ah yuk. Cabut," ajak Shilla yang menggandeng lengan Kevin. Di belakangnya, Rio dan Joan menyusul ke area parkir.

Di depan rumah Joan...

"Masuk gih. Gue cabut setelah loe masuk n tutup pintu," perintah Rio pada Joan. Namun sebelum Joan keluar dari mobilnya, Rio menarik lengan Joan.

"Ada apa?" tanya Joan yang sudah memegang handle untuk membuka pintu mobil.

"Ada yang lupa," jawab Rio. Ia lalu menarik Joan ke pelukannya. Joan tersenyum dalam pelukan hangat Rio. Pelukan sahabat.

Sesaat, Rio melepaskan pelukannya. Rio tersenyum, Joan membalas senyuman itu.

"Gue turun ya."

"Iya."

Joan kembali membuka pintu mobil. Ia turun dan berjalan menuju rumahnya. Ia membuka pintu. Sebelum menutup pintu, Joan melambaikan tangan pada Rio.

Joan melangkah masuk. Ia melihat kakaknya, Axel, di meja makan. Setelah mencuci tangan di washtafel, Joan duduk di samping kursi Axel.

"Kak, rapi amat. Mau kemana loe?" tanya Joan melihat tampilan Axel.

"Dah balik loe?"

"Heem."

"Gue mau nginep di kampus ya. Loe gak apa-apa kan di rumah?" tanya Axel pada adiknya.

"Iya gak apa-apa. Kan ada Bi Hana dan Pak Rudi. Amaaaaan...," jawab Joan sambil makan jeruk di meja makan.

"Baguslah kalau gitu..." ucap Axel sambil melanjutkan makan malamnya.

"Kak, mama n papa jadi pulang Selasa besok," tanya Joan.

"Sepertinya. Kenapa, loe kangen?" tanya Axel balik.

"Kangenlah. Dah sebulan papa n mama urusin bisnis mereka di Singapura. Tapi gak apa-apa juga sih selama ada Kak Axel bareng aku..." jawab Joan sambil mengedip-ngedipkan matanya ke Axel.

"Iii napain loe kedip-kedip gitu. Cacingan loe?" ledek Axel setelah menikmati suapan terakhirnya.

"Ah kakak mah gitu..."

"Udah ah gak usah baper. Gue cabut dulu ya. Kalau ada apa-apa, telpon gue," pamit Axel lalu mengacak-acak rambut Joan sebelum meninggalkan rumah.

Joan masih sibuk dengan jeruknya. Bi Hana datang ke meja makan untuk membereskan piring Axel.

"Non Joan mau makan? Bi Hana ambilin piring ya," tanya Bi Hana pada Joan.

"Gak, Bi. Makasih. Aku masih kenyang."

"Eh Bi. Sini deh. Duduk deket aku."

Bi Hana menurut. "Ada apa, Non?"

"Bi Hana dan Pak Rudi kan punya anak tuh di kampung. Suruh sekolah di sini aja ya, Bi. Sekolah bareng aku," pinta Joan pada Bi Hana.

"Yaaah sekolah di sini kan mahal, Non. Ini aja Alhamdulillah anak Bibi bisa sekolah yang bagus di kampung," jawab Bi Hana.

"Nanti aku bilang ke Papa, supaya anak Bi Hana sekolah bareng aku n tinggal di sini. Jadi aku ada temen di rumah," ujar Joan.

Janji Masa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang