It is The Time

13 3 0
                                    

"Bro. Mereka sudah ada di pulau. Kami masih awasi mereka. Seorang anak buah gue jadi penjaga di pulau itu. Identitasnya dipalsukan. Kalau ada apa-apa , dia akan segera kabari gue. Dan gue bakal sampein ke loe," kata seseorang yang suaranya terdengar dari ponsel.

"Oke. Selanjutnya tunggu info dari gue," kata seorang pria yang memegang ponsel itu.

"Tapi, bro. Ada sesuatu yang mencurigakan," terdengar lagi suara di ujung sana.

"Ada apa?" tanya pria itu.

"Ada lima kapal mencurigakan tak jauh dari pulau. Kapal nelayan. Tapi menurut warga setempat, daerah tempat kapal itu bukan daerah kaya ikan," jawab suara itu.

"Hmmm... Kayaknya gue juga musti siapin anak buah gue. Oke. Nanti gue hubungi loe lagi. Awasi mereka terus. Pastikan keamanan mereka berempat. Duit loe bakal gue transfer," perintah pria itu.

"Siap bro. Gue cabut dulu." Sambungan telepon putus.

Pria yang memegang ponsel itu membersihkan semua riwayat dalam ponsel itu. Tak ada satupun nomor ponsel yang ia simpan di daftar kontak ponselnya. Ia terbiasa untuk mengingat nomor-nomor yang akan ia hubungi melalui ponsel itu.

Brrrrrrtzz brrrrrrz

Alarm pintu depan berbunyi. Pria itu meletakkan ponselnya dalam laci nakas. Nakas itu tak sembarangan bisa dibuka. Karena, hanya sidik jarinya yang bisa membuka laci.

Pria itu menghampiri pintu apartemennya. Ia mengintip dari lubang pintu. Seorang perempuan berdiri di depan pintu.

Pria itu tersenyum. Tunggu, apa arti senyuman itu? Hanya dia yang tahu.

Ceklek. Pintu terbuka. Kepala pria itu menyembul dari balik pintu. Seulas senyum terhias di wajahnya.

"Hai Rayhan sayaaaaaaang. Lama amat sih buka pintunya," seru perempuan itu lalu mendorong pintu lebih lebar dan ia masuk ke dalam unit apartemen itu.

Rayhan, nama pria itu, hanya tersenyum. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Well, it is the time," bisiknya lirih. Hanya ia yang bisa mendengar suaranya.

Di pulau...
Empat sekawan itu menyusuri pulau. Mulai dari villa lalu mereka berjalan menuju ke utara.

Shilla bilang luas pulau itu hanya kurleb 8 hektare. Tidak terlalu besar. Jadi mereka bisa mengelilingi pulau dalam waktu sehari.

Tapi mereka tak mau membuat petualangan itu mudah. Mereka berjalan menuju daerah tinggi menyerupai bukit kecil yang ada di sebelah utara. Bukit terletak di pantai dan cukup tinggi. Sekitar 10 meter dari permukaan laut.

"Bukitnyanya cakep ya. Kita naik yuk," Kevin mengajak teman-temannya setelah tiba di muka bukit.

"Dari atas bukit, kita bisa melihat keseluruhan pemandangan pulau ini dan sekitarnya lho," ujar Shilla yang berjalan di belakang Kevin.

Rio dan Joan menyusul di belakang mereka. Jalan ke puncak bukit terbilang curam. Sudah ada jalan buatan menuju puncak. Namun di sisi kirinya berupa bebatuan. Dan sisi kanannya berupa tebing yang langsung mengarah ke laut.

"Hati-hati, guys. Jalanannya lumayan licin. Salah-salah ntar nyebur lagi ke laut di bawah itu," Kevin memperingatkan teman-temannya.
Joan yang mendengar itu bergidik ngeri.

Setengah jam berjalan, mereka pun sampai di puncak bukit. Mereka ngos-ngosan.

Di puncak bukit, Shilla dan Joan duduk di bangku kayu di sebuah pondok. Pondok itu sengaja disiapkan papanya Shilla untuk pengunjung beristirahat sejenak setelah mendaki bukit.

Janji Masa SMAWhere stories live. Discover now