Joan Ikhlas

9 2 0
                                    

Joan dan seorang cowok yang tadi ia tabrak kini duduk di sebuah kafe. Joan masih berusaha menenangkan diri. Ia masih tertegun dengan peristiwa di kedai es krim itu. Entah apa yang terjadi.

"Hhhh, mungkin bener gue salah orang kali ya, Yo. Ya sudahlah gue ikhlas. Tapi kalau gue salah orang, masa mereka perlakuin gue kayak gitu. Layan melayani hikssss... " Joan kembali menangis. Harga dirinya seakan runtuh.

Mario, cowok yang Joan tabrak itu hanya diam sambil duduk bersandar di sofa kafe. Dia tadi sedang jalan-jalan di mal. Tiba-tiba, seseorang menabraknya dari belakang.

Flashback on

Buggg...

Joan tanpa sadar bertabrakan dengan punggung seorang pria. Pria itu membalikkan badannya.

"Joan ..." panggilan itu tak disadari Joan.

"Maaf gue gak ...," Joan mengangkat wajahnya dan tersadar akan sesuatu.

"Loe...?" Joan terkejut. Air mata makin berlinang di wajahnya.

Pria yang ditabrak Joan itu ternyata Mario. Joan langsung memeluk Rio. Dia tak peduli bahwa mereka sedang dalam masalah. Dia juga tak peduli dengan tatapan orang lain yang melintas.

Yang Joan pikirkan hanya bisa melampiaskan kesedihan, kekecewaan, dan kebingungan di benaknya. Joan makin memperdalam kepalanya di dada Rio. Ya, Joan masih ingat bagaimana dada itu bikin pikirannya lebih tenang meski lengan Rio tak membalas pelukannya.

Setelah tangis Joan mereda, Mario melepaskan pelukan Joan. Mario menangkup pipi Joan. Mario melihat kesedihan dan kesepian di pancaran mata Joan yang juga menatapnya itu.

"Maafin gue. Gue salah. Gue gak akan ninggalin loe lagi. Gue akan selalu tetap menjadi sahabat loe. Maafin gue, Jo. Gue juga kangen loe," ucap Rio yang menyentuhkan keningnya pada dahi Joan.

Serasa menemukan oase di gurun pasir, oase yang ditunggu-tunggu, Joan tersenyum. Ia bernapas lega. Ia terkekeh lembut. Ia lalu memeluk tubuh Mario lagi dan kini Mario membalas pelukan itu.

Flashback off

"Sudahlah, Jo. Stay think possitive oke. Btw Kak Axel mungkin bentar lagi ke sini. Loe mau pulang ama Kak Axel atau ama gue?" tanya Mario pada gadis di sebelahnya.

"Tapi gue belum makan es krim," Ooo ya Tuhan. Mario menepuk jidat Joan. Dalam kondisi sedih begini, Joan masih aja mikirin es krim.

Akhirnya Joan memutuskan untuk pulang bersama Mario. Axel yang merasa tak perlu mengantar adiknya pulang justru pergi ke kampus untuk kongkow dengan teman-temannya di sana.

Lantaran hatinya senang bisa akrab lagi dengan Rio, Joan mulai melupakan kejadian di kedai es krim tadi. Ia juga menghubungi Shilla dan Kevin untuk ketemuan di rumahnya. Aaaaah, reuni yang menyenangkan.

Mario yang melihat senyuman Joan yang kini duduk di sebelahnya itu pun tersenyum. Namun ia masih tetap fokus menyetir mobil.

Setibanya di halaman rumah Joan, Rio dan Joan keluar dari mobil. Di depan mereka sudah ada sepeda motornya Kevin. Sudah dipastikan Kevin dan Shilla ada di dalam rumah Joan.

"Naaaaah gitu dong. Gue ngerasa adem liat loe berdua akur gitu. Capek gue muka dua dalam enam bulan ini," seru Kevin begitu Joan dan Rio membuka pintu rumah.

Rio dan Kevin pun salaman ala anak laki-laki. Itu lho yang jabatan di atas kepala gitu deh.

Shilla hanya senyum lalu menarik Joan duduk di dekatnya. Kini Rio pun sudah duduk di sebelah Kevin.

"Asyiiiik... Jadi boleh nih kita lanjutkan rencana liburan kita yang tertunda enam bulan. Enam bulan guuuuys," Shilla menekankan kata enam bulan pada kalimatnya.

"Boleh tuh. Yuklah, kapan kita mau pergi. Seminggu di sana. Jadi pas pulang, kita tinggal siapin keperluan tahun ajaran baru. Jadi gak bosen-bosen amat kelamaan liburannya," Rio menimpali usulan Shilla.

Joan mengangguk setuju. Kevin tentu saja bersorak riang. Dia sudah membayangkan empat sekawan berpetualang di pulau. Main ombak, snorkeling, wuaaaah pasti seru deeeeh.

Mereka berempat pun membuat rencana. Menurut Shilla, pulau itu milik ayahnya. Ada beberapa fasilitas di pulau kecil itu.

Di sana, kata Shilla, ada sebuah villa yang cukup besar. Villa itu dirawat oleh dua pasang suami istri dan dijaga empat warga. Desa paling dekat ada di pulau lain yang berjarak lima kilometer dari pulau Papanya Shilla.

Seminggu sekali akan ada kapal yang datang ke pulau atas permintaan Papanya Shilla. Kapal itu mengantar kebutuhan logistik untuk penghuni pulau.

Biasanya Papanya Shilla yang notabene adalah pengusaha properti menyewakan pulau itu. Tapi untuk liburan kali ini, Shilla meminta papanya tak menyewakan pulau. Karena, Shilla pingin liburan ke pulau untuk membuat Joan dan Mario akur kembali.

"Tapi gue seneng. Rencana gue belum dijalankan, loe bedua udah akur. Senengnya gue...," ungkap Shilla sambil memeluk pundak Joan.

"Iya, iya. Maafin gue ama Rio ya. Tapi gue makasih banget ama loe berdua, Vin, Shil. Kalian emang bener-bener temen terbaik," Joan membalas pelukan Shilla.

"Jadi, kita berangkat ........"

Tbc












Janji Masa SMAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant