Because

21.2K 1.8K 377
                                    


Semua orang di dalam ruangan itu hanya mengangakan mulutnya tidak percaya.

Yeonwoo yang sedari tadi hanya melototkan wajahnya. Jeno sedang mencium anaknya. Di bibir. Apakah itu wajar? Apakah, cinta Jeno pada anaknya memang sebesar itu?

Sebenarnya, mereka ini punya hubungan yang seperti apa?

Jaehyun hanya menggaruk tengkuknya. Taeyong menutup mulutnya sendiri. Mark hanya memandangi.

"Oi, botjil gak boleh liat!" segera Jaehyun menutup mata Mark.

"Kasep Dad. Markeu udah liat!" Taeyong melirik Jaehyun. "Nih, kalo didik anak gak betul!"

"Baru berantem udah dimarahin, ngajak ngewe?" Taeyong udah beringas mencubiti bahu Jaehyun. Sang korban hanya bisa meringis kesakitan. Bukan main cubitan Taeyong itu 10kali lebih sakit. Diibaratkan seperti digigit semut api sebanyak 20kali.

Satu gigitan aja nyawa ga ketolong, apalagi 20 kali(?)

Bayangkan bagaimana sakitnya.

Gausah di bayangin, entar ngeri sendiri.

Yeonwoo menghampiri Jeno yang masih mencium Nana. "Jeno, sudah. Kau terlalu sayang pada anakmu." kekehnya.

Jeno malah semakin memperdalam ciumannya. Lalu, melumat bibir Nana sebentar. Lalu, menjilat kecil ujung bibir anaknya.

Sleppp!

Jeno meraup semua benang saliva yang masih menggantung di kedua bibir itu.

Matanya menatap malas pada Yeonwoo. "Kau ini pura-pura tidak tahu atau bagaimana? Atau, jangan-jangan kau ini bodoh?" Yeonwoo kembali tersenyum.

"Aku tahu, cintamu pada anakmu tidak lebih dari sekedar cinta ayah pada anaknya. Kau sudah lama tidak menjalin kasih suami-istri. Jadi, wajar jika kau melampiaskan hasrat seksualmu pada anakmu yang bahkan, kau jadikan korban pelecehan." mendengar itu, tangan Jeno mengepal dengan kuat.

"Aku benar-benar mencintanya. Berhentilah menyembunyikan sifat busukmu dan segera tinggalkan ruangan ini." Jeno menatap ke arah pintu keluar.

Yeonwoo hanya mengangguk. "Baiklah, tapi setelah ini kabari aku lagi." ia memberikan kartu namanya.

"Jika kau berubah pikiran, jika memang hatimu adalah milikku. Jika- jika memang kau ingin bersamaku. Aku akan selalu menunggu kehadiranmu untuk kembali. Kembali ke rumah barumu."

Ia segera memapah sang Ibu yang masih memegang dada nya sesak. Lalu, matanya menyicing ke arah Jaemin. Sang mungil yang mendapat tatapan membunuh hanya menunduk saja.

Yeonwoo menutup pintu putih itu. Sang Ibu hanya memandangi putrinya.

"Anak itu tidak bisa di toleransi. Kita harus menyingkirkan nya juga." Yeonwoo hanya tersenyum tenang. "Sudahlah, Ibu. Kita tidak perlu repot-repot menyingkirkan anaknya. Jeno sendiri yang akan menyingkirkan anak kandungnya."

Sang Ibu sekali lagi bersyukur diberkati putri sepintar dan secantik Yeonwoo.

.
.
.
.

"Nana, Dad tinggal dulu ya. Jika ingin makan, Dad akan kirim pelayan kemari. Tinggal bunyikan bel ini dan bicaralah." ia menunjukkan tombol-tombol darurat. Tombol-tombol itu berbeda warna, dan dibawahnya ada keterangan fungsi bel itu masing-masing.

Bel merah untuk emergency, bel hijau untuk mendapatkan perawatan ekstra; misal jika kalian ingin diperiksa kembali sebelum hari pemeriksaan intensif, dan tombol kuning untuk perawatan kamar dan konsumsi. Tombol ungu untuk mendapat konsultasi dokter mengenai perawatan lanjutan pasien.

KissMark|| Jaeyong ⚠️🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang