▪️Reality▪️

1.6K 382 20
                                    

Pada nyatanya, tamparan kenyataan lebih menyakitkan dari tamparan seseorang. Sangat-sangat menyakitkan, bahkan melebihi rasa sakit di tampar dengan besi.

Brukk

Nameun mendudukkan tubuhnya begitu saja. Lantai kamarnya yang dingin sampai-sampai tak terasa karena sesak di dadanya.

Dia itu vampir.

Perkataan Felix terngiang kembali di kepalanya, ingat sekali dia menyangkal perkataan kakaknya itu sambil membentak. Entahlah beralasan apa, saat itu Nameun jadi emosi ketika mendengar kalimat itu.

Tapi, setelah tahu kalau kalimat itu adalah fakta, membuatnya kembali berpikir dua kali harus tetap dekat dengan laki-laki itu atau tidak.

T-tapi mata merah Beomgyu tadi... sangat mengerikan.

Nameun memeluk kedua kakinya, menyender punggung pada pintu kamar sambil menatap langit kamarnya yang hampa.

Harus bagaimana sekarang? Nameun tentunya saja masih belum mempercayai apa yang ia lihat atau... tanya saja pada Beomgyu apa yang terjadi? Tidak mungkin, dia masih takut. Apa lagi mengingat mata merah menyala laki-laki itu.

Kala Nameun tengelam ke lamunannya, ponselnya berbunyi membuat pikirannya langsung kacau.

Dengan gerakan lambat, Nameun mengambil ponselnya yang berada di saku celananya, memperhatikan nama si pemanggil dan... helaan nafas pun lolos.

Beomgyu is calling.

Nameun meletakkan ponselnya begitu saja di sisi kanannya, matanya memejam erat. Dia tidak mau mengangkat, mendengar suara Beomgyu saat ini akan memperburuk keadaannya.

Deringan ponsel berhenti yang kemudian berganti menjadi nada notifikasi pesan yang masuk. Nameun melihat saja, tanpa ada nian membuka.

Di bar layar ponselnya, terlihat jelas pesan dari Beomgyu yang memintanya untuk bertemu jika ada waktu luang.

Untuk apa? Itu yang ia pikirkan. Untuk meluruskan masalah tadi kalau yang ia lihat adalah kesalah pahaman? Begitu?

Jelas sekali yang ia lihat bukan hayalan.

"Mungkin memang benar." Ujarnya pada dirinya sendiri.

Sungguh... Nameun ingin menepis anggapan tersebut, tapi entah kenapa pikirannya selalu mengatakan itu memang kebenarannya.

Nameun bimbang. Apa datang saja meminta kejelasan?

Atau menjauh saja dalam diam?

🔓

Pada akhirnya Beomgyu membuang nafas pasrah. Menatap lekat pesan yang ia kirim ke Nameun kemarin tidak dibalas atau pun dibaca. Bahkan panggilnya juga.

Apa Nameun takut dengannya sekarang dan mencoba menjauh?

Tidak, itu tidak boleh. Beomgyu tidak mau gadis itu menjauhinya. Katakan saja sekarang Beomgyu egois, memaksa kehendaknya supaya Nameun tetap bersamanya, tak peduli sesulit apa pun itu.

"Beomgyu!" Jaeyun menyadarkan lamunannya.

Ia pun mendongak, menatap datar temannya yang penuh keringat.

"Kau ini kenapa galau sekali. Habis di putus?" Jaeyun mendaratkan bokongnya tepat di samping Beomgyu yang mana hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Serius? Wajah mu terlihat sekali loh."

"Tidak, sana pergi. Kau bau."

"Ck, ini namanya bau jerih payah. Aku senang bisa satu stage dengan mu nanti."

I'm ComebackWhere stories live. Discover now