🌻 Chapter 14 : Nonsuch

102 18 121
                                    

Nonsuch : Sesuatu yang tidak ada bandingannya.

"Baginya, aku hanyalah tempat untuk sekedar singgah. Bukan tempat untuk menetap selamanya."

🌻

Bel istirahat pertama sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu dan Yora kini sudah duduk santai di bangku pojok yang berada di sudut kanan kantin dengan Putra yang duduk di sampingnya sambil mengetuk-ngetuk meja.

Reno dan Jae? Mereka berdua tengah memesan makanan.

Kemudian bibir Yora melengkungkan sebuah senyuman manis. Karena, dia kembali teringat akan Arka. Senyuman tidak pernah luntur dari bibirnya.

Kak Arka tadi mikirin gue katanya? Apa jangan-jangan karena pelukan itu? Haduh! Makasih ya bangkai tikus, walaupun gue takut plus jijik setengah mati sama lo, tapi gue harus berterima kasih karena lo, gue bisa pelukan sama Kak Arka!

Setelahnya senyumannya pudar, karena Yora tiba-tiba memikirkan tentang teror bangkai tikus mati itu. Sebenernya siapa yang ngirim teror-teror itu ke gue? Gue salah apa sih sebenernya? Perasaan banyak banget hal kayak gitu yang gue alamin di tahun ini. Tahun kemarin, perasaan hidup gue di sekolah ini fine-fine aja. Tapi, kenapa tahun ini rasanya cringe banget?

Putra yang sedari tadi mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuknya dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, kini pandangannya terkunci pada Yora yang tengah melamun.

"Yora! Jangan ngelamun, dong! Nanti kesurupan setan GOR Gemintang!" ucap Putra sambil menarik-narik lengan kanan Yora yang dibalut blazer navy.

"Apa sih, Put? Siapa yang ngelamun coba?" sahut Yora sambil mengenyahkan tangan Putra dari tangan kanannya.

Putra mencebik. "Ye, gue kirain lo beneran ngelamun. Ini si Jaelani sama Yeno mana sih? Lama banget! Udah tahu gue udah laper."

"Sabar kali, Put. Lo nggak liat noh, antriannya panjang." Yora menunjuk ke salah satu kios pedagang yang antriannya penuh.

Beberapa menit kemudian, Jae dan Reno datang dengan membawa masing-masing nampan berisi makanan dan minuman.

"Yuhu! Pesanan dat---! EH!!" seru Jae sempoyongan karena terbelit kakinya sendiri, untung Jae sigap menyeimbangkan tubuhnya. Jika tidak, maka dia akan terjatuh.

Yora tertawa. "Makanya jangan kebanyakan gaya lo! Untung nggak jatoh!"

Jae mencebik. "Nyenyenyenye!"

Reno terkekeh, kemudian menyerahkan pesanan Yora. Siomay dan Pop Ice rasa permen karet. "Nih, pesanan lo."

Yora tersenyum lebar. "Makasih, Yeno."

Reno tersenyum manis, namun hatinya teriris. "Sama-sama, Yor."

Tangan kanan Putra menengadah ke arah Jae. "Mana pesanan gue?"

"Nih, Tuan Putra Erlang Raharja!" Jae menyerahkan bakso dan minuman boba pada Putra.

"Makasih loh, Jae." Putra tersenyum lebar.

Setelahnya, mereka pun memakan makanannya dengan tenang.

"Habis ini pelajaran siapa, sih?" tanya Reno sambil mengunyah bakwannya.

"Pak Yaqin, coy! Matematika!" sahut Putra sambil sedikit menggebrak meja.

"Santai, Put! Elah, matematika doang." Jae meminum minumannya.

"Buat lo santai! Buat gue mah cringe, oy!" Putra mengipasi mulutnya, kepedesan.

Yora yang melihat itu, langsung terkekeh. "Minum, Put! Minum!"

Sunflower (Completed)Where stories live. Discover now