🌻 Chapter 17 : Query

101 19 143
                                    

Query : Menyangsikan.

"Tidak ada kata berakhir, selama kamu masih banyak berusaha."

🌻

Reno, Jae, dan Putra kini tengah melangkah menuju kantin dengan dihiasi tawa cekikikan seperti kuntilanak. Mereka bertiga baru saja kembali dari GOR Gemintang karena dipanggil Pak Arcinta untuk membersihkan GOR yang katanya angker itu.

"Eh, katanya di GOR itu ada setannya, mana? Nggak ada, tuh." Putra menggidikkan kedua bahunya.

GOR Gemintang, memang banyak rumor yang mengatakan bahwa di GOR itu ada mahluk halus yang menghuninya. Namun, sampai sekarang rumor itu masih simpang-siur. Belum terbukti kebenarannya.

"Setannya takut sama lo kali, Put. Makanya nggak keluar itu setan," sahut Jae sembari terkekeh.

"Ye! Si Jahe kalo ngomong suka sembarangan!" Putra mencebik.

Jengah karena Putra selalu membahas hantu, Reno kemudian menimpali, "Lo tuh ya, Put! Hobi banget sih bahas setan."

"Emang kenapa? Lo takut, ya?" tanya Putra sambil menusuk-nusuk pipi kanan Reno dengan telunjuknya.

Seketika Reno mengenyahkan telunjuk Putra dari pipi kanannya. "Ngapain lo pegang-pegang pipi gue!?"

"Ew banget sih lo berdua!" Jae tertawa keras.

Putra terkekeh. "Eh, tapi serius deh. Kayaknya itu setan GOR Gemintang nampakkin dirinya pasti waktu malem, biar enak nakut-nakutinnya."

"Ya, iyalah, Puput! Setan itu kalo nakut-nakutin itu emang malem!" Jae menjitak kepala Putra.

"Sakit, Jahe!" ringis Putra.

Reno menghela napas jengah ketika melihat Jae dan Putra yang tengah jitak-jitakkan. Lelaki manis ini sedikit kesal, karena dia lapar. Dan, perjalanan ke kantin menjadi terhambat karena Jae dan Putra. Reno sangat lapar karena dari pagi dia belum makan apa pun. Dia ingin segera sampai ke kantin.

"Lo berdua lelet banget sih jalannya! Cepet dong! Gue laper, nih!" sungut Reno.

"Sabar, Yeno! Kita kan jalan sambil ngobrol ya makanya jadi lama!" kata Putra.

"Bener banget, Put!" Jae menganggukkan kepalanya.

"Buruan!" semprot Reno memimpin jalan di depan. Sepertinya, rasa lapar pada perut Reno sudah membuat lelaki manis ini sedikit emosi.

Usai perdebatan kecil itu, mereka akhirnya sampai di kantin. Area kantin indoor ini selalu ramai dan bikin ngelus dada, sama saja seperti kantin outdoor yang ramainya bikin ngelus dada juga.

"Kantinnya penuh, kita makan di mana? Masa lesehan di lantai, ya nanti jatuh dong image gue sebagai cowok paling ganteng se-dunia!" kata Putra sambil mengendurkan dasi yang serasa mencekik lehernya.

"Put, lo mau gue tabok? Ngemeng mulu dari tadi lo!" sungut Jae.

Putra nyengir. "Hehe."

Mata Jae kemudian memincing ke arah pojok kantin, tepatnya pada seorang perempuan berambut pirang yang tengah memakan siomaynya dengan sedikit terkekeh. "Eh, eh! Itu bukannya Yora?" tanya Jae sambil menunjuk gadis berambut pirang itu.

Reno dan Putra kemudian mengikuti arah telunjuk Jae. Dan, benar. Itu Yora, dia tengah duduk dan makan bersama Arka, Bayu, dan kakak kelas lelaki yang tidak dikenal oleh Reno dan Jae. Yora makan satu meja dengan Arka? Bagaimana bisa?

Putra mengernyit. "Loh, kok? Mereka bisa makan satu meja gitu? Biasanya kan, Yora selalu dijudesin mulu sama Kak Arka."

Jae menggidikkan bahunya. "Mana gue tahu."

Sunflower (Completed)Where stories live. Discover now