🌻 Chapter 31 : Elegy

44 16 79
                                    

Elegy : Ratapan.

"Untuk apa lama-lama meratap? Ingat, masih ada banyak hal yang harus dikejar. Mau sampai kapan meratap terus seperti ini?"

🌻

Arka membawa langkah Yora menuju taman komplek perumahan lelaki itu. Mengapa gadis ini selalu hadir di saat Arka tengah membutuhkan ketenangan? Apa Tuhan sengaja memberikan obat untuk luka Arka lewat gadis ini?

Arka lalu mengajak Yora untuk duduk di salah satu bangku taman tersebut. Dan, lelaki itu kemudian melepaskan cekalan tangannya pada lengan Yora.

Tanpa kata, Arka kemudian memeluk Yora dengan erat. Satu tetes air mata kemudian meluncur membasahi rahang tegas lelaki itu.

Satu tetes, lalu berlanjut hingga menjadi aliran. Arka menangis sejadi-jadinya di pelukan gadis ini. Gadis yang dahulu sangat mengganggunya, namun sekarang, justru gadis ini malah menjadi obat penenang untuk Arka.

Yora membatu sejenak. Dia kemudian mengusap-usap punggung tegap milik Arka. "Kak, ada yang mau lo ceritain ke gue?"

Mendengar itu, Arka mengangguk. Namun, dia masih belum melepaskan pelukannya. Yora mengerti, mungkin Arka masih butuh waktu untuk menenangkan dirinya lewat pelukan yang Yora beri.

Sebenarnya, niat Yora pergi ke rumah Arka hanyalah untuk sekedar menemui Arka saja dan memberikan Arka, satu buket bunga matahari untuk membuat Arka kembali menyukai bunga itu.

Tetapi, yang didapat Yora malah, dia melihat Arka ditampar oleh papanya. Yora sangat terkejut. Sampai-sampai bunga matahari yang dibawanya terjatuh dan itu membuat Arka menoleh padanya.

Siapa coba yang tega melihat orang yang disayanginya tersakiti? Tidak sadar, Yora mengeluarkan air matanya. Yora mungkin tidak akan pernah mengetahui, masalah yang tengah dialami oleh Arka.

Namun, Yora bisa merasakan bagaimana perasaan seorang anak yang ditampar oleh orang tuanya sendiri hanya karena membela orang lain. Sangat sakit.

Setelah dirasa sedikit tenang, Arka kemudian tersenyum tipis memandang Yora. Entah apa yang mendorongnya, Arka kemudian menghapus air mata gadis itu.

Yora melongo. Apakah benar ini Arka? Lelaki dingin yang disukainya itu? Sampai sekarang, Yora masih belum percaya bahwa dia dan Arka bisa sedekat ini.

"Lo ngapain ke rumah gue? Dan, kenapa lo bisa tahu gue di sini?"

Yora mengerjapkan kedua matanya. Kemudian dia terkekeh. "Pake radar dong, Kak."

Arka ikut-ikutan terkekeh. "Apa sih lo!"

"Gue tahu dari Cinta. Cinta ini pacarnya adek gue dan Cinta itu tetangga lo, kan?"

Arka mengangguk, menunggu kelanjutan cerita Yora tentang bagaimana dia bisa tahu kalau Arka ada di rumah papanya dan bagaimana Yora juga bisa tahu alamat rumahnya.

"Nah, kata Cinta, Cinta lihat lo pulang ke rumah. Jadi, dengan itu gue tahu lo ada di rumah. Dan, soal gimana gue tahu alamat rumah lo, gue tahu dari Cinta juga."

Arka menaikkan sebelah alisnya. "Jadi, kesimpulannya, lo nyuruh Cinta buat mata-matain gue?"

Yora tersenyum lebar. "Tepat sekali!"

Memang benar, bisa dikatakan begitu. Yora menyuruh Cinta untuk memata-matai rumah Arka. Tempo hari lalu, Andra mengajak Cinta ke rumah. Dan, Yora kembali bertemu Cinta.

Mereka mengobrol seru sampai Cinta bertanya apa benar Yora itu menyukai Arka. Dan, Yora membenarkan kalau dia memang menyukai Arka. Cinta lalu bercerita bahwa dia adalah tetangganya Arka.

Sunflower (Completed)Where stories live. Discover now