🌻 Chapter 23 : Wavering

90 15 190
                                    

Wavering : Membingungkan.

"Karenamu, kini aku sadar sepenuhnya. Bahwa yang dapat tergapai, belum tentu membahagiakan."

🌻

Yora mendudukkan dirinya di kursi tempat biasa gurunya duduk. Saat ini, kelas Yora belum kedatangan guru. Mungkin guru mereka telat masuk, atau bisa saja tidak masuk untuk saat ini.

Headphone yang terpasang memutarkan lagu berjudul Maze Of Memories, yang membuat Yora seketika kembali mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu, ketika dia pergi bersama Alova, Elang, Lily, Ozy, dan Sasha ke hutan tempat di mana Vivy ditemukan tewas.

Sampai saat ini Yora masih ingat betul, di sana mereka semua mencari petunjuk. Dan, hasilnya nihil. Mereka tidak menemukan apa pun. Sampai mereka menyadari bahwa Sasha hilang dan tidak lama kemudian dia ditemukan dengan keadaan terluka. Penyebab Sasha terluka, karena perempuan itu terlalu fokus pada sebuah cincin yang ditemukannya. Entah, itu cincin apa. Tetapi, yang pasti menurut Yora, cincin itu adalah cincin yang sudah pasti harganya mahal.

Jika saja cincin itu bukan barang yang bisa dijadikan petunjuk untuk mengungkap kasus Vivy, sudah Yora pastikan cincin itu akan Yora jual. Lumayan, pasti sangat mahal harganya.

Saat itu juga dan tanpa diduga, tiba-tiba sebuah peluru melesat. Yora juga tidak tahu itu peluru nyasar atau bagaimana. Tetapi yang pasti, peluru itu sangat berbahaya jika terkena seseorang.

Dikarenakan keadaan yang memaksa mereka untuk pergi dari tempat itu, Lily kemudian menyuruh mereka semua untuk berlari menuju parkiran. Yora sendiri heran, sebenarnya apa sih maksud Lily menyuruh mereka untuk berlari? Dan, siapa juga yang tengah mengejar-ngejar mereka?

Yora mengepalkan tangannya saat mengingat Lily mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi untuk menghindari kejaran mobil-mobil penguntit di belakangnya.

Sebenarnya, Yora juga tidak tahu mereka penguntit atau bukan. Tetapi, dari gelagat beberapa mobil itu, bisa Yora pastikan mereka penguntit dan mereka bukan orang-orang yang baik.

Setelah aksi balap-balapan yang menurut Yora menyebalkan itu-karena Yora hampir saja meninggal di dalam mobil hanya karena gemetaran, mengingat Yora tidak pernah menaiki mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi-mereka kemudian mengistirahatkan diri sejenak melihat-lihat pemandangan Bukit Kawah Putih Ciwidey.

Sepertinya, otak Yora perlu refresh sedikit. Dia sangat menikmati pemandangan waktu itu. Tuhan sungguh luar biasa menciptakan semua ini. Kemudian Yora tersenyum mengingat pada saat itu, Elang menyampirkan jaketnya pada kedua bahu Lily. Melihat itu, Yora yakin, Elang pasti sudah sedikit bisa melupakan Oliv. Baguslah.

Dan pertemuan kali itu dengan Alova, Elang, Lily, Ozy, dan Sasha saat itu ditutup makan malam di salah satu restoran yang ada di kota Bandung. Sebelum pada akhirnya Lily memutuskan untuk pergi duluan dan entah pergi ke mana, mereka juga banyak mengabadikan momen-momen hari itu dengan kamera ponsel.

Yora sebenarnya tidak pernah tahu, mengapa dia bisa cepat sekali akrab dengan Alova, Lily, dan Sasha. Mengingat, Yora jika akrab dengan adik kelas, hanya sebatas hubungan kakak dan adik kelas saja.

Tetapi, dengan Alova, Lily, dan Sasha, Yora bisa cepat akrab sekali. Dengan Elang dan Ozy memang Yora sudah lama akrab. Mengingat, mereka kan salah satu anggota OSIS.

Sepertinya, mengungkap kasus Vivy bersama-sama ini bisa dijadikan alat untuk mempererat pertemanan mereka yang bisa dibilang masih sangat baru. Mungkin saja. Dan Yora, juga merasakan hal yang nyaman ketika berteman dengan mereka. Sama halnya dengan yang dia rasakan saat berteman dengan Jae, Reno, dan Putra. Nyaman.

Sunflower (Completed)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu