🌻 Chapter 26 : Zigzag

76 14 189
                                    

Zigzag : Berliku.

"Tidak akan ada lagi orang yang sepertiku. Yang masih mengharapkannya agar bersamaku. Padahal, semesta saja tidak mengizinkanku dengannya bersama."

🌻

Di kamarnya, saat ini Yora tengah memandangi oleh-olehnya. Lebih tepatnya, hadiah kepulangan dari papanya. Papanya sungguh baik sekali membelikan album baru boygrup favorit Yora, padahal Yora belum meminta dibelikan.

Setiap papanya pulang, Yora dan Andra selalu mendapatkan hadiah dari papanya. Padahal, baik Yora maupun Andra, tidak ada yang mengharapkan hadiah. Yang mereka berdua harapkan adalah papanya selalu sehat dan selalu selamat.

Sebenarnya, tadi sore, Yora sempat heran dengan perkataan papanya terhadap Arka. Dan, jujur Yora sedikit memikirkan hal itu.

"Ish, Papa ngapain sih narik Yora ke sini? Kan Yora masih pengen ketemu sama Kak Arka," protes Yora saat Papanya menariknya pelan menjauh dari kantin outdoor dan kemudian mereka duduk di bawah pohon Tabebuya.

"Kamu itu, ya! Masa nggak ngerti, sih? Tante Serli itu mau ngomong sama Arka," sahut Cakra.

Yora mencebik. "Ya kan Yora pengen tahu, Pa."

Cakra menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis pikir pada sifat putrinya yang satu ini. Sifat keingintahuan Yora pada hal yang bukan urusannya, memang sulit untuk dihilangkan.

"Tapi, Yor. Kamu ngerasa ada yang aneh nggak sih sama Arka?"

Yora mengernyit. "Aneh gimana maksud Papa?"

Cakra menggidikkan kedua bahunya. "Entah. Sifat dia itu lho, rada nggak ramah."

Mendengar itu, Yora menghela napasnya. Papa nggak tahu aja itu bukan sifat asli Kak Arka, Pa.

Cakra mengernyit memandangi putrinya yang hanya diam. "Kok kamu diem, sih?"

Yora tersentak. "Oh, nggak kok, Pa."

"Kamu udah kenal lama sama Arka?"

"Lumayan sih, Pa. Yora kenal Kak Arka pas hari pertama masuk sekolah. Waktu itu, Kak Bayu minta tolong sama Yora buat anter Kak Arka ke ruang kepala sekolah. Karena, Kak Arka murid pindahan soalnya."

Cakra mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu, dia bertanya hal ini dengan hati-hati, "Kamu bisa nggak, nggak usah terlalu dekat sama Arka?"

Yora terkejut. Karena biasanya, Papa Yora tidak pernah melarang Yora dekat dengan lelaki mana pun. Tetapi, sekarang Yora tengah mencoba untuk dekat dengan Arka, papanya malah menyuruhnya untuk tidak terlalu dekat dengan Arka. Yora tidak bisa kalau seperti ini.

"Emangnya kenapa, Pa?"

Cakra tersenyum sambil mengacak-acak rambut Yora. "Nggak apa-apa."

Yora mengulum bibirnya. "Papa kenapa, sih? Kok, aneh."

Cakra kemudian mengerjapkan kedua matanya. Kenapa dia berbicara seperti itu tadi? "Eh, besok kamu sama Andra pulang ke rumah kita, ya? Rumah kita udah dibersihin kok, Sayang."

Yora hanya mengangguk sekenanya. Meski, Yora belum tahu apa maksud papanya berbicara seperti itu tentang Arka. Membingungkan.

"Yor!"

"Eh, kaget!!" pekik Yora karena Kinta tiba-tiba menyentuh bahunya saat Yora tengah melamun.

Seketika Kinta mengusap-usap kedua telinganya yang dirasanya sedikit berdengung karena pekikan Yora. "Astaga! Telinga gue lama-lama budeg karena sering denger teriakan lo, Yor!"

Sunflower (Completed)Onde histórias criam vida. Descubra agora