🌻 Chapter 15 : Obsession

118 20 99
                                    

Obsession: Obsesi.

"Jika dalam pikiranmu cintaku hanyalah sebuah obsesi, aku meminta maaf. Karena, pemikiranmu itu sungguh salah."

🌻

Yora menyeret langkahnya, bibirnya mengerucut. Dia kini tengah berjalan bersama dengan Elang, Ozy, Alova, Sasha, dan Lily untuk menuju ke apartemen Ozy. Berkat teror-teror sialan itu, mereka berenam menjadi sering berkumpul.

Alova mengatakan bahwa ada hal yang ingin disampaikannya. Tetapi, di sekolah terlalu sukar untuk menjelaskannya secara detail. Dan, Alova tidak mau seorang pun---kecuali mereka---tahu karena ini hal yang amat mencengangkan.

Jadi, Ozy mengusulkan untuk membicarakan ini di apartemen milik orang tuanya dan semuanya pun setuju. Ya walaupun mereka harus keluar lewat jalan belakang untuk pergi ke apartemen Ozy. Karena, siswa-siswi Gemintang dilarang keluar dari area sekolah sebelum bel jam pulang berbunyi.

"Aduh! Gue capek, guys! Masih jauh nggak sih, Ji?" keluh Yora sambil menyeka keringat yang menetes di pelipisnya.

"Bentar lagi, Yor," sahut Ozy.

"Gue capek, tahu!"

Sasha mendelik sinis. "Lo lebay banget sih, Bule!"

Yora menoleh ke arah Sasha. "Gue tuh dari pagi belum makan, makanya lemes gini!"

"Suruh siapa belum makan!" cibir Alova.

Sedangkan dua orang beraura dingin itu, Elang dan Lily, hanya menatap interaksi mereka dengan pandangan datar.

Wajah Yora kemudian sumringah ketika menatap Elang. "Elang sayang, gendong gue dong!"

Elang mendelik seketika. "Gak!"

Tawa Alova dan Sasha kemudian pecah. "Hahaha! Kasihan!!"

"Berisik lo berdua!" Yora kemudian menarik-narik lengan kanan Ozy yang dibalut blazer berwarna navy. "Bang Oji, gendong, ya? Gue capek banget, Ji! Masa lo tega sih biarin cewek cantik kayak gue kecapekan gini."

"Nggak! Lo berat!" Ozy menolak mentah-mentah.

Yora memasang ekspresi wajah terluka yang terkesan lebay. "Apa yang kalian lakukan ke aku itu, jahat!"

Tidak lama kemudian setelah drama itu, mereka sampai di apartemen Ozy. Mereka kemudian langsung duduk di sofa, melepas lelah sebentar sebelum dibuat berpikir keras kembali atas kasus Vivy.

Alova kemudian mulai menceritakan kronologi bagaimana malam itu dia diculik dan disekap oleh seorang lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya. Tubuh Alova penuh luka, terlebih lehernya. Yora bahkan sempat bergidik ngeri melihat leher Alova yang dibalut diperban, pasti itu sangat sakit sekali. Kasihan Alova.

Alova kemudian menaruh secarik kertas, Yora tidak tahu kertas apa itu.

"Vivy dibunuh. Dan, kertas ini buktinya," ucap Alova.

Yora mengernyit, bagaimana bisa Vivy dibunuh? Bukannya sudah dikonfirmasi bahwa Vivy itu meninggal karena jatuh di jurang?

Yora bersiap membantah, "Bukannya waktu itu udah dikonfirmasi sama kepolisian dan forensik kalau si Vivy itu meninggal gara-gara jatuh ke jurang, kan?"

Alova menatap Yora. Alova mengatakan bahwa lelaki misterius yang menculiknya itu berkata bahwa soal Vivy yang meninggal karena jatuh ke jurang itu adalah manipulasi semata. Manipulasi bagaimana maksudnya?

Yora tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang-orang. Sudah jelas-jelas Vivy itu meninggal karena dia itu jatuh ke jurang, ini muncul lagi dugaan kalau Vivy itu dibunuh. Yora pusing, dia menggaruk kepalanya.

Sunflower (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang