Satu |•| Truth or Dare

2.5K 278 624
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

SETELAH pulpen itu berputar cukup lama, akhirnya berhenti tepat di depan pria yang sedang bersedekap di dada dengan wajah tanpa ekspresi.

"YESS SI KENZIE KENA!" Seru pria yang sering dipanggil Ervan.

"Truth or dare?" Tanya temannya satu lagi yang bernama Gibran.

Kenzie memutar bola matanya sambil mendengus kesal. Sebenernya ia malas mengikuti game ini, tapi sedari tadi kedua sahabatnya terus saja memaksanya sampai gendang telinganya terasa panas.

"Dare" ucapnya singkat. Ia sengaja memilih dare, karna itu lebih baik daripada harus ditanya-tanya, apalagi kalau pertanyaan yang aneh-aneh.

"NAH MANTEP!"

"Bentar-bentar harus nyari dare yang langka ni, kapan lagi si kulkas ikutan maen game" ucap Ervan terkekeh.

"Yoii" Balas Gibran.

Sedangkan pria dingin itu hanya diam. Tangannya beralih memainkan ponsel, tak mau ambil pusing.

"GUE TAU DARE YANG PAS" seru Gibran tiba-tiba.

"Gausa teriak juga bego!" Jawab Ervan.

"Apa?" Lanjutnya.

"Lo liat tuh meja ujung ada anak SMA yang lagi ngumpul"

"Iyaiya gue liat, terus?"

Kenzie mengalihkan pandangannya dari ponsel itu, mengikuti arah yang ditunjukkan temannya. Ia melihat tiga gadis SMA yang sedang bercengkrama dengan sekali-kali tertawa.

Ralat-- nyatanya netra kenzie terfokus pada gadis berambut cokelat dengan lesung pipi yang terlihat manis ketika kedua sudut bibir itu terangkat.

"Dare nya si Kenzie harus kenalan plus gombalin tu cewek yang duduk ditengah-- gimana?" tanya Gibran yang dihadiahi tatapan tajam oleh Kenzie.

"Anjiir iya bener, tu cewek yang ditengah paling cantik. Setuju!" Balas Ervan.

"Tuh dare-nya Lo harus ngajak kenalan cewek yang duduk ditengah plus gombalin!"

"Gausa macem-macem" kata Kenzie dengan wajah malasnya.

"Tuhkan, gue bilang apa. Si Kenzie emang gapunya nyali!"

"Tau tuh cemen banget"

Dengan malas kenzie akhirnya beranjak dari duduknya setelah menghela nafas pasrah. Meninggalkan kedua sahabatnya yang sedang menatapnya dengan wajah bingung.

"Eh anjir mau kemana Lo?"

"Gausa kabur Lo!! Ini dare nya gimana"

"Bacot!" ucapnya sambil melirik ke arah Ervan dan Gibran.

KENZIELLWhere stories live. Discover now